Rabu, 05 Oktober 2011

haa iki : Kearifan merupakan buah perenungan. Manusia cerdas mengendapkan kecerdasannya berdasar kausalitas kemanusiaan.

Sumber : http://www.detiknews.com/read/2011/10/05/082921/1736985/103/petruk-wakil-rakyat?9922032
Rabu, 05/10/2011 08:29 WIB -Kolom Djoko Suud

Petruk Wakil Rakyat 

Djoko Suud Sukahar - detikNews



Jakarta - Pertemuan KPK dan DPR-RI meresahkan. Institusi pemberantasan korupsi itu terasa ditekan. Dihakimi, dan implisit 'diancam' untuk tidak gampang-gampang memeriksa atau menuduh wakil rakyat korupsi. Ini preseden buruk demokrasi. Dan tentu sinyal merah bagi harapan terciptanya pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Melalui tayangan televisi rakyat melihat tontonan tidak indah itu. Bahasa wakil rakyat kasar dan retoris. Melihat yang lain rendah dan salah. Itu dipaksakan via penghakiman keroyokan, yang dikemas sebagai 'rapat konsultasi' atau apalah namanya.

Tontonan macam ini tidak hanya kali ini saja terjadi. Saban kebijakannya dikritisi selalu sikap itu yang dipertontonkan. Itu belum komentar ceblang-ceblung Fakhri Hamzah dari FPKS yang tidak malu membuka aibnya sendiri, punya gagasan untuk membubarkan KPK.

Sebagai salahsatu rakyat yang mungkin mereka wakili, saya merasa malu. Kenapa wakil rakyat itu selalu tampil pemberang. Tidak arif dan berwibawa. Tidak sopan dan mengesankan diri sebagai jagoan. Jagoan yang hanya punya jurus 'pokoke'.

Di balik rasa malu melihat sikap wakil rakyat yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat itu akhirnya ada pemakfuman. Pemakluman. Sebab demokrasi berjalan baik kalau rakyat cerdas. Kecerdasan itu modal menuju kearifan. Namun jika kecerdasan itu belum terpenuhi, maka format negara yang baik adalah otokrasi. Sendiko dawuh. Apa kata raja. Indonesia baru memasuki tahap-tahap itu.

Kecerdasan memang lebih didominasi dari pendidikan (formal). Tetapi itu saja tak cukup. Kearifan merupakan buah perenungan. Manusia cerdas mengendapkan kecerdasannya berdasar kausalitas kemanusiaan. Dari olah rasa itu muncul etika. Sopan santun. Roh seni memerintah, yang aplikasinya 'kalah nora ngisin-isini, menang nora ngasorake'. Kalah tidak malu-maluin, menang tidak merendahkan yang kalah.

Rakyat bukanlah hanya representasi dari yang diperintah. Demokrasi, demos dan kratos memberi kesetaraan, dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Rakyat yang memerintah dan yang diperintah adalah sama. Jadi kalau di tingkat grass-root aksi anarkhis acap muncul, maka bisa dipahami jika wakilnya juga berulah sama. Tapi bagaimana dengan sebutannya sebagai wakil rakyat? Pemimpin rakyat?

Dalam pakem Jawa ada kalimat sarkastis soal pemimpin seperti ini, yang disebut 'kere munggah bale'. Orang miskin masuk pendopo. Rakyat jelata tampil sebagai penguasa. Kalimat bersayap ini padanan kekagokan. Seseorang yang kagok karena tiba-tiba punya kuasa. Kagok karena tiba-tiba punya banyak harta.

Ekspresi kekagokan itu terbaca dalam sikapnya memegang kekuasaan. Adigang, adigung dan adiguna tampil telanjang. Siapa yang dianggap melecehkan dilawan. Siapa yang terkesan mengungguli harta atau kuasanya ditantang. Konklusinya serba 'lo jual gue beli'.

Sosok pemimpin yang kagetan macam ini dalam pewayangan digambarkan dalam figur Petruk. Rakyat jelata anak Semar yang biasa ngawulo (mengabdi) keluarga Pandawa itu ketika belum berkuasa rendah hati, polos, dan sederhana. Dia juga humoris dan populis.

Tapi tak sangka, ketika dewa memberinya kuasa, tiba-tiba wataknya berubah 180 derajat. Dia suka marah. Menginjak yang lemah dan memerangi yang tinggi. Boros dan mengoleksi perempuan untuk dizinahi. Akibatnya negara morat-marit, acak-acakan, dan dewa mengembalikannya pada maqomnya semula, rakyat biasa.

Demokrasi adalah fox populi fox dei. Suara rakyat itu suara tuhan. Tuhan atau dewa yang berkuasa itu adalah rakyat. Adakah para wakil rakyat yang sedang berkuasa itu sadar, kelak mereka juga kembali lagi ke rakyat, seperti Petruk yang setelah berkuasa itu tidak dihargai lagi oleh rakyat karena habis mencederai hati rakyat?

*) Djoko Suud Sukahar adalah pemerhati sosial budaya. Penulis tinggal di Jakarta.

(vit/vit) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar