Senin, 31 Desember 2012

haa iki : Makanan Super yang Patut Dicoba di 2013

http://gayahidup.plasa.msn.com/makanan-super-yang-patut-dicoba-di-2013#image=1


1. Kacang Adzuki
Mulai dari biji-bijian yang kaya omega-3 hingga rempah-rempah yang mampu melawan kanker, kami memilih makanan yang tidak terlalu familiar yang harus harus Anda coba.
Kacang adzuki adalah kacang merah yang memiliki kadar antioksidan yang paling tinggi dan juga sumber karbohidrat, protein dan juga serat baik yang dapat menjaga kolesterol dalam darah. Kacang adzuki juga memiliki tingkat potasium yang tinggi, yang dapat membantu menurunkan darah tinggi dan juga mengandung zinc yang berguna untuk menjaga kadar gula darah dan kesehatan sendi.


2. Goldenberries
Juga dikenal sebagai cape gooseberries atau berri Inca yang kaya akan manfaat kesehatan. Tidak hanya mengandung antioksidan dengan dosis yang bagus, buah ini juga mengandung mengandung bioflavonoid  antiradang dan merupakan sumber vitamin A dan C yang bagus. Buah ini dipercaya mampu mempertahankan berat badan yang sehat, mencegah penyakit, dan meningkatkan fungsi organ.


3. Bawang Hitam
Bawang hitam mengandung antioksidan dua kali lebih banyak dari bawang putih biasa dan memiliki level senyawa S-Allylcysteine yang tinggi untuk melawan kanker. Bahkan bawang hitam ini memiliki rasa yang lebih manis yang berarti tidak akan meninggalkan rasa aneh di mulut Anda.


4. Kelabat (Fenugreek)
Tanaman herbal yang sering digunakan dalam masakan Asia ini terkenal mampu menyembuhkan pilek dan mengatasi gejala sakit tenggorokan. Tanaman ini juga dianggap bisa membantu meningkatkan daya tahan terhadap gejala diabetes serta mengatasi gejala menopause dan meredakan kram menstruasi.


5. Biji Chia
Minyak ikan seperti salmon, tuna, dan sarden sumber adalah sumber yang paling sering dikatakan mengandung asam lemak penting omega-3, yang dibutuhkan tubuh untuk mencegah penyakit seperti kanker, menjaga level energi, dan meningkatkan fungsi kognitif. Para ahli merekomendasikan untuk mengonsumsi minyak ikan 2-3 kali sepekan, tapi ternyata minyak ikan bukan satu-satunya sumber lemak penting Anda.
Biji chia, yang dapat Anda konsumsi dengan salad, sup, sayuran ataupun muesli. Biji chia sendiri tidak memiliki rasa, namun mampu memberikan dosisi omega-3s, serat dan protein yang dibutuhkan tubuh Anda dan membantu Anda merasa kenyak lebih lama.


6. Mangga Afrika  
Beberapa penelitian membuktikan bahwa ekstraksi dari mangga Afrika meningkatkan pembakaran lemak melalui akselerasi metabolisme secara alami, dan membantu tubuh membakar lemak yang tersimpan dalam tubuh. Buah yang berasal dari pesisir Afrika Barat ini memiliki kandungan serat larut yang membantu menekan nafsu makan Anda.


7. CupuaƧu
Dianggap sebagai buah super yang baru, cupuacu memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi dalam daging buah dan bijinya serta kandungan lemak penting yang membantu mengurangi kolesterol dan meningkatkan energi. Buah ini juga digunakan sebagai bahan dalam krim wajah dan tubuh karena mengandung sifat yang berfungsi untuk memelihara, memperbaiki, dan meregenerasi sel kulit, serta melembapkan dan melembutkan permukaan kulit.


8. Teh Ranting Kukicha
 Terbuat dari ranting dan batang tanaman Kukicha dan merupakan teh hijau yang tinggi akan antioksidan yang mampu membunuh penyakit. Ranting ini memiliki efek basa dan keasaman yang rendah yang membantu mengurangi perut kembung dan mual.


9. Artichoke Yerussalem
Sayuran yang lebih mirip seperti jahe daripada artichoke ini kaya akan potasium dan magnesium yang keduanya penting untuk kesehatan jantung. Sayuran ini juga kaya serat yang bisa meningkatkan energi dan meningkatkan metabolisme Anda.


10. Spirulina
Alga biru hijau ini tersedia sebagai suplemen dalam bentuk bubuk, tablet, atau kapsul dan terkenal menjadi salah satu sumber protein terbaik di dunia karena alga ini mengandung 65 persen protein termasuk delapan asam amino esensial. Alga ini juga mengandung lebih dari 100 nutrisi penting berbeda yang membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh Anda meningkatkan energi Anda yang tidak bisa dilakukan teh atau kopi. Manfaat kesehatan lainnya termasuk membantu Anda mengatasi tekanan darah tinggi dan kolesterol, melindungi Anda dari kanker dan berguna sebagai penekan nafsu makan untuk menurunkan berat badan Anda. (da/ik)

Jumat, 28 Desember 2012

haa iki : Basuki: Sekian Puluh Tahun "Ngapain"?


Penulis : Indra Akuntono | Jumat, 28 Desember 2012 | 09:02 WIB
 
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengkritik pemimpin Jakarta di era sebelumnya. Hal ini terkait dengan diameter gorong-gorong di Jakarta yang hanya sebesar 60 sentimeter sehingga tak mampu menampung debit air yang besar saat Jakarta diguyur hujan.

"Kita kan enggak tahu kalau gorong-gorong 60 cm. Sekian puluh tahun ngapain? Baru sekali ada Gubernur turun ke gorong-gorong, coba kalau Pak Gubernur enggak turun? Kita enggak tahu," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Jumat (28/12/2012).

Untuk itu, Basuki akan memasukkan rencana deep tunnel dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang secara otomatis akan masuk ke rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD).

"Dulu bang Yos (Sutiyoso, red) sudah punya kajian awal, tapi dulu uangnya belum ada. Sekarang keuangan kita sudah cukup," ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur DKI Joko Widodo mengatakan bahwa Jakarta membutuhkan saluran raksasa di dalam tanah atau disebut sebagai deep tunnel. Terowongan ini dibutuhkan untuk mengatasi persoalan banjir yang berimbas pada kemacetan parah.

Kebutuhan ini dinilai mendesak sebab banjir dan macet semakin mengganggu aktivitas warga. Menurut Jokowi, deep tunnel nantinya bisa berfungsi untuk beragam kepentingan. Selain sebagai saluran air raksasa pada saat banjir, di saat yang lain juga bisa sebagai sarana transportasi.

Deep tunnel yang dimaksud mirip dengan konsep smart tunnel yang ada di Kuala Lumpur. Rencananya, deep tunnel akan membentang dari MT Haryono sampai Pluit.

Sampai saat ini belum ada investor yang berminat mendanai proyek yang diperkirakan mencapai Rp 16 triliun tersebut. Namun, Jokowi percaya diri nantinya akan banyak yang berminat mendanai proyek tersebut.

Kepercayaan diri Jokowi itu karena ia berpikir bahwa proyek terowongan tersebut tidak hanya berfungsi untuk pencegahan banjir, tetapi juga multifungsi. Misalnya, untuk jalur kabel optik, kabel listrik, air limbah.

Jokowi pun memastikan ingin memulai pembangunan ini secepat-cepatnya dengan target empat sampai lima tahun. Untuk pendanaan, Jokowi kembali menegaskan ingin menggunakan pendanaan dari investor agar dapat melakukan sebuah terobosan.
 

haa iki KPK, Semakin Dihadang Semakin Garang

Penulis : Sabrina Asril | Jumat, 28 Desember 2012 | 09:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sepanjang tahun 2012 ini layak diapresiasi. Meski banyak ujian dan upaya untuk mengurangi kewenangan lembaga ini, KPK tetap mampu menjaga eksistensinya dalam menangani pemberantasan korupsi.

"Dengan berbagai tantangan dan hambatan yang menghadang, KPK tetap menunjukkan profesionalisme dan progresivitasnya dalam pemberantasan korupsi. Penarikan penyidik KPK oleh Polri dalam beberapa momen tidak membuat KPK surut dan tetap menunjukkan progresivitas dalam penanganan kasus," ujar Anggota Komisi III Indra, Jumat (28/12/2012), di Jakarta.

Indra mengatakan, peningkatan kinerja KPK cukup signifikan. Hal ini terlihat dengan banyaknya tangkapan kelas "kakap" yang dilakukan KPK seperti penahanan politisi partai politik penguasa, penggeledahan Korlantas Polri dan penahanan jenderal aktif, penetapan tersangka seorang menteri aktif yang merupakan orang dekat Istana, kasus Century ditingkatkan tahapannya menjadi penyidikan dengan menetapkan dua mantan deputi Gubernur BI sebagai tersangka, dan menahan seorang pengusaha yang dikenal dekat dengan penguasa.

Menurut Indra, salah satu faktor utama KPK bisa terus eksis adalah besarnya dukungan dan harapan publik kepada KPK. Oleh karena itu, KPK harus bisa menjawab dukungan dan harapan besar tersebut dengan meningkatkan kerja-kerja cerdas dan profesionalismenya. Di tahun 2013 mendatang, tantangan KPK diperkirakan semakin berat.

"Melihat berbagai kasus besar yang masih berproses di tahap penyelidikan dan penyidikan, dan apabila KPK mampu mempertahankan konsisitensinya, maka di tahun 2013 nanti KPK akan panen tangkapan koruptor kakap," ucap politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.

Indra mengatakan, pada tahun 2012, masih ada beberapa pekerjaan rumah KPK yang perlu diselesaikan. Pertama, KPK harus lebih mengefektifkan penggunaan UU Tindak Pidana Pencucian Uang untuk melakukan pembuktian terbalik dan pemiskinan koruptor. Kedua, KPK harus memperkuat sektor pencegahan dan pendidikan anti korupsi bagi masyarakat luas.

"Ketiga, KPK harus menjadikan pemberantasan korupsi disektor pertambangan, kehutanan, perpajakan, aparat penegak hukum dan peradilan, sebagai salah satu fokus utama," kata Indra.

Keempat, KPK harus memperkecil ketergantungan SDM dari instansi lain. Oleh karena itu, menurutnya, KPK harus merekrut penyidik dan penuntut mandiri dan independen dalam jumlah yang banyak.


http://nasional.kompas.com/read/2012/12/28/09124361/KPK.Semakin.Dihadang.Semakin.Garang?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=Refleksi%202012%20Polhukam 

Kamis, 20 Desember 2012

haa iki Mengendus Jejak Gog Magog

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/12/20/mfbaue-mengendus-jejak-gog-magog

Kamis, 20 Desember 2012, 11:23 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rahmad Budi Harto

Dari penakwilan Imran Hosein, dijelaskan bahwa Ya’juj dan Ma’juj se cara langsung atau tak langsung berperan dalam membantu kembalinya Bani Israil ke Yerusalem setelah mereka berdiaspora.

Menentukan apakah Ya’juj dan Ma’juj itu sesungguhnya kaum yang kini menyebut dirinya se bagai warga negara Israel yang menguasai Palestina, perlu pe nafsiran yang lebih luas lagi dengan melihat peristiwa sejarah dari sejak zaman Nabi hingga sekarang.

Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya menyebut bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah keturunan Adam, artinya mereka memang manusia, bukan makhluk lain. “Mereka adalah keturunan dari Nuh melalui putranya Yafith (Japheth) yang kemudian menjadi bapak dari bangsa Turki. Bangsa Turki inilah kaum yang ditinggalkan di belakang tembok penghalang yang dibangun oleh Zulkarnain,” tulis Ibn Katsir.

Bila merujuk Ibn Katsir, tentu kita tak bisa menyebut bahwa bang sa Turki yang dimaksud adalah mereka yang kini menghuni ne gara Turki modern karena Turki merupakan sebuah bangsa nomaden yang dahulu menghuni wilayah yang sangat luas dari sekitar Laut Hitam sampai padang sabana di Asia Tengah.

Suku-suku Turki yang terkenal di antaranya adalah Hun yang pernah menguasai Bulgaria dan pernah memorakporandakan Kekaisaran Romawi, Pecheneg yang menguasai Eropa Timur, dan Khazar yang menguasai wilayah Laut Hitam dan Kaukasia. Suku-suku Turki lainnya juga banyak yang tinggal di wilayah timur meliputi Asia Tengah sampai Cina, misalnya, suku Kimak dan Kipchak.

Raja Khazar Joseph Ben Aron dalam suratnya kepada Hasdai Ibn Shaprut, sekretaris urusan luar negeri kekhalifahan di Kordoba, Spanyol, pernah menyebut menge nai asal usul mereka. Dalam korespondensi yang terjadi pada abad ke-10 itu, Joseph menyebut bahwa bangsa Turki merupakan ke turunan dari Japheth putra Nuh, lewat putra Gomer, lalu putra Togarmah. Menurut Joseph, dalam buku genealogi bangsanya, Togarmah punya 10 putra, yaitu Ujur (Agior-Uyghur), Tauris (Tirosz), Avar (Avor), Uauz (Ugin- Oghuz), Bizal (Bizel-Pecheneg), Tarna, Khazar, Janur (Zagur), Bulgar (Balgor-Bulgar), dan Sawir (Szavvir/Szabir-Sabir).

Ibn Shaprut merupakan Yahudi Spanyol yang menjadi pejabat tinggi kekhalifahan Umayyah. Dia berkirim surat kepada raja Khazar bukan tanpa alasan karena saat itu Joseph memang memeluk agama Yahudi. Sejak abad ke-9, ketika di bawah kepemimpinan Raja Bulan, suku Khazar memutuskan untuk memeluk agama Yahudi. Saat itu, posisi mereka terjepit antara Kekaisaran Romawi Timur di Konstantinopel yang memeluk agama Kristen dan Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad yang memeluk agama Islam. Sebagai jalan tengah menghadapi dua ke kuatan raksasa itu, Raja Bulan akhirnya memilih memeluk agam Yahudi diikuti seluruh penduduknya.

Berbagai teori sejarah menyebutkan bahwa suku Turki Kha zar inilah yang akhirnya menye bar ke seluruh Eropa setelah kerajaan mereka runtuh pada abad ke-12 di tangan Abbasiyah maupun kerajaan-kerajaan asal Rusia. Mereka kemudian membentuk komunitas Yahudi terbesar di luar keturunan Israel. Lalu, apakah suku Khazar inilah yang disebut sebagai Gog Magog?
Redaktur: Heri Ruslan

haa iki Duar! Arteri Ginjal Diledakkan 30 Menit, Tensi pun Turun

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth | Kamis, 20/12/2012 10:05 WIB
 
Ilustrasi (dok: Thinkstock)

Jakarta, Selama ini tekanan darah tinggi dapat diatasi dengan perubahan pola makan atau konsumsi obat-obatan penurun tekanan darah. Namun kini telah ditemukan sebuah prosedur baru menggunakan gelombang radio yang dapat menghancurkan saraf-saraf overaktif di sekitar ginjal untuk membantu meredakan tekanan darah tinggi alias hipertensi.

Prosedur invasif minimal yang disebut dengan denervasi ginjal berbasis kateter (catheter-based renal denervation) ini menggunakan probe atau semacam kawat yang dimasukkan lewat arteri femoralis (arteri besar pada paha) yang nantinya dapat mengeluarkan 'tembakan' gelombang radio intens untuk menghancurkan saraf-saraf di sekitar ginjal yang bertingkah terlalu aktif pada pasien hipertensi, terutama yang tidak mempan dengan obat-obatan tertentu.

Tim peneliti dari Australia yang menciptakan teknik ini meyakini prosedur yang berlangsung selama 30 menit ini akan merevolusi pengobatan tekanan darah tinggi dengan mengakhiri penggunaan pil tertentu untuk menormalisasi tekanan darah.

"Karena pencapaian penurunan tekanan darahnya yang signifikan, pengurangan tingkat serangan jantung dan stroke pada pasien bisa mencapai lebih dari 40 persen," ungkap ketua tim peneliti, Profesor Murray Esler dari Baker IDI Heart and Diabetes Institute in Melbourne, Australia seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (20/12/2012).

"Ginjal partisipan pun tidak mengalami kerusakan maupun cacat fungsional. Itu berarti tidak ada efek negatif terhadap kesehatan jangka panjang pasien akibat prosedur ini," lanjutnya.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Circulation ini juga menunjukkan bahwa enam bulan pasca perawatan dengan prosedur ini, 83 persen pasien dilaporkan mengalami penurunan tekanan darah sistolik sedikitnya 10 mililiter merkuri sedangkan 79 persen pasien dalam kelompok yang sama diketahui mampu mempertahankan penurunan itu hingga setahun lamanya.

Menanggapi studi ini, Profesor Gareth Beevers dari Blood Preasure UK menyatakan, "Prosedur ini sangat menarik karena dapat mengobati begitu banyak penderita hipertensi dan mengembalikan tekanan darah mereka ke kadar normal. Bahkan bisa jadi prosedur ini akan menyebabkan penggunaan obat-obatan pengontrol tekanan darah menjadi usang."


(vit/vit)  

Sumber : http://health.detik.com/read/2012/12/20/100523/2123116/763/duar-arteri-ginjal-diledakkan-30-menit-tensi-pun-turun?991104topnews
 

haa iki Jalur Kereta di Jawa dengan Pemandangan Paling Indah 5

         Lokomotif Kereta Api dengan latar belakang Gunung Slamet di Purwokerto (Markus Sugeng Budhi

         Prasetyo/d'Traveler)

haa iki Jalur Kereta di Jawa dengan Pemandangan Paling Indah 4

      KA Kutojaya Utara bersama eksotisme Sungai Serayu di Kebasen, Kabupaten Banyumas (Markus Sugeng Budhi 
        Prasetyo/d'Traveler)

haa iki Jalur Kereta di Jawa dengan Pemandangan Paling Indah 3

      KA Bogowonto berpapasan dengan KA Purwojaya di dekat Kretek, Kabupaten Brebes (Markus Sugeng Budhi 
        Prasetyo/d'Traveler)

haa iki Jalur Kereta di Jawa dengan Pemandangan Paling Indah 2

    KA Argo Dwipangga melintasi persawahan di Prupuk, Kabupaten Tegal (Markus Sugeng Budhi Prasetyo/d'Traveler)

haa iki ujung Barat ke Timur Pulau Jawa

         Kereta Api Sawunggallih Utama melintas jembatan Sokolimolas di Bumiayu, Kabupaten Brebes (Markus Sugeng
         Budhi Prasetyo/d'Traveler)

http://travel.detik.com/read/2012/12/20/110848/2123236/1383/1/jalur-kereta-di-jawa-dengan-pemandangan-paling-indah991104topnews

  • Oleh: Dicky Ardian - detikTravel | Kamis, 20/12/2012 11:08 WIB
 
 

haa iki KEJUJURAN

Rabu, 19/12/2012 19:01 WIB

Office Boy Temukan Rp 100 Juta, Agus: Ortu Mengajari Agar Tak Jadi Pencuri 

Edward Febriyatri Kusuma - detikNews

Rabu, 04 Juli 2012

haa iki : Sejarah Terpendam Yogyakarta Diungkap

Sumber : http://jogja.okezone.com/read/2012/06/30/510/656662/sejarah-terpendam-yogyakarta-diungkap
Prabowo - Okezone - Sabtu, 30 Juni 2012 22:05 wib

YOGYAKARTA - Sejak Yogyakarta menjadi Ibu Kota Republik Indonesia pada 4 Januari 1946, peran Sri Sultan Hamengkubuwono IX sangat menonjol. Terutama, pasca-agresi militer Belanda jilid II.

Ada dua peristiwa besar yang terjadi di Yogyakarta saat itu, yakni Serangan Umum 1 Maret 1949 dan Pemerintahan Transisi RI.

Demikian disampaikan Aan Ratmanto, penulis buku “Mengawal Transisi: Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Pemerintahan Transisi Republik Indonesia di Yogyakarta Tahun 1949". Buku tersebut dibedah di Ruang Lobi DPRD DIY, Sabtu (30/6/2012).

“Berdasarkan dua bandel arsip koleksi Museum Mandala Kodam IV/Diponegoro Semarang, banyak fakta-fakta baru terekam yang belum ditulis dalam arsip-arsip atau dokumen nasional,” ujar Aan.

Fakta itu, di antaranya struktur tata negara dan pemerintah pada masa peralihan, serah terima jawatan-jawatan, masalah ekonomi, pendidikan, keamanan, serta peristiwa penarikan tentara Belanda.

“Saya menemukan dua arsip, yaitu ‘Laporan Singkat Tentang Pekerjaan Ketua Sub-Comittee I Delegasi RI merangkap Menteri Negara Koordinator Keamanan tahun 1949’ dan ‘Laporan Penarikan Tentara Kerajaan Belanda dari Daerah Istimewa Yogyakarta’,” bebernya.

Dua arsip itu, jelas dia, menegaskan bahwa Yogyakarta pasca-Serangan Umum 1 Maret 1949 hingga menjelang pengakuan kedaulatan, ada yang disebut masa transisi atau disebut masa peralihan.

Masa itu dibentuk secara resmi pada 1 Mei 1949 setelah Sri Sultan HB IX yang waktu itu menjabat Menteri Negara dan Koordinator Keamanan menerima mandat dari Presiden Soekarno untuk menerima kembali kekuasaan, baik sipil maupun militer, dari tangan Belanda.

Masa transisi tersebut berakhir dengan keluarnya Proklamasi 30 Juni 1949 yang dibuat Sri Sultan HB X atas nama Soekarno. “Kalau 17 Agustus 1945 itu Proklamasi Kemerdekaan dengan perginya penjajah Jepang di Indonesia. Sedangkan, 30 Juni 1949 itu Proklamasi perginya tentara Belanda di Indonesia.

“Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945 itu kan tentara Belanda melakukan agresi militer, ingin kembali menguasai republik Indonesia,” sambungnya.

Kerabat Keraton Yogyakarta, yang juga saudara sepupu Sri Sultan HB X, KRT Jatiningrat, di kesempatan yang sama, menambahkan, proklamsi 30 Juni 1949 jangan diartikan untuk menandingi proklamasi 17 Agustus.

“Tetapi Proklamasi itu juga berarti berakhirnya mandat yang diberikan Presiden untuk Sultan HB IX,” jelas pria yang akrab disapa Romo Tirun itu.

Pembicara lainnya, Agus Murdiyastomo, sejarawan Universitas Negeri Yogyakarta, menilai, buku tersebut baik sebagai suplemen untuk melihat sejarah Yogyakarta, khususnya kiprah Sri Sultan HB IX.

Namun, buku itu belum mengupas dengan rinci situasi yang ada pada masa lalu.

Pembicara terakhir, pengamat sejarah, Jazir, meminta kepada pembaca untuk tidak menafsirkan isi buku tersebut secara parsial. Bahkan, pembaca diminta membandingkan dengan buku terkait sejarah Yogyakarta lainnya.
(ton)

Rabu, 27 Juni 2012

haa iki : Karena saat reformasi 1998 tidak terjadi pergantian rezim

Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2012/06/27/13430375/Pemimpin.Bukan.Penakut

Pemimpin Bukan Penakut

| Heru Margianto | Rabu, 27 Juni 2012 | 13:43 WIB
 
 
KOMPAS/JOHNY TG  :  Mochtar Pabotinggi 
 
KOMPAS.com - Suasana lingkungan rumah Mochtar Pabottingi (66) cukup tenang, agak jauh dari keramaian jalan raya. ”Saya senang tinggal di sini. Suasananya tenang,” kata pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ini. Mochtar sudah tinggal di Jalan Plafon I/12, Kampung Ambon, Jakarta Timur, sejak 1989. Tanaman di teras rumah makin memberikan nuansa sejuk.
Dalam suasana lingkungan rumah yang tenang itulah Mochtar yang lahir di Bulukumba, Sulawesi Selatan, menjalankan ”askese intelektual”. Pada masa pensiun, ia tetap produktif dan memberikan pemikiran dan pandangan yang kritis.
Ia masih membuat puisi, novel, artikel, dan ikut menjalankan proyek penelitian di Aceh dan pemilihan umum. ”Novel saya diharapkan dapat diterbitkan bulan depan,” katanya.
Sebagai peneliti, doktor bidang ilmu politik dari Universitas Hawaii, Amerika Serikat, ini tentu sudah banyak menulis berbagai artikel, khususnya di harian Kompas yang pada 28 Juni nanti merayakan hari ulang tahun ke-47. Dengan kontribusi pemikiran dalam wacana publik dan dedikasi yang konsisten dan tinggi sebagai cendekiawan di Indonesia, Kompas pun memberikan penghargaan ”Cendekiawan Berdedikasi” kepada Mochtar.
Mochtar sangat berharap Kompas tetap konsisten mewartakan dan menyuarakan semangat kebangsaan dan keindonesiaan serta berpihak pada kepentingan bangsa dan negara. Menyuarakan semangat kebangsaan dan keindonesiaan serta memperjuangkan kepentingan bangsa itu juga semakin penting mengingat semangat dan perjuangan itu semakin tergerus.
Mochtar sebagai pengamat politik juga termasuk orang yang kritis terhadap berbagai persoalan politik atau kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsistensi pemikiran yang kritis terlihat dari tulisan-tulisannya, misalnya ”Monumen Pengkhianatan” yang menyorot etika dan integritas para legislator yang semakin terpuruk (Kompas, 4/9/2010).
Mochtar juga pernah membuat artikel yang mengkritisi sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Artikel itu kemudian mendapat tanggapan dari Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha.

Kutukan terbesar
Mochtar menilai, setelah reformasi 1998, kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara memang tidak lebih baik, bahkan sebaliknya, semakin memprihatinkan. Ia menilai kondisi bangsa dan negara saat ini masih memprihatinkan karena terkait dengan sejarah reformasi tahun 1998.
”Bangsa kita ini memasuki suatu periode yang sangat buruk ketika awal reformasi,” kata Mochtar. Mengapa? Karena saat reformasi 1998 tidak terjadi pergantian rezim.
”Orde Reformasi” tetap terisi oleh politisi dan pejabat publik yang berasal dari rezim Orde Baru. Berbeda saat Orde Baru mulai berkuasa tahun 1965, pergantian rezim benar-benar terjadi.
”Saat Orde Baru berkuasa, betul-betul terjadi clean government, clean regime change. Sementara, ini (reformasi), no regime change,” kata Mochtar. Akibatnya, tidak ada koreksi dari kesalahan atau pelanggaran besar yang dilakukan pejabat-pejabat pada masa Orde Baru. Tidak ada hukuman terhadap orang-orang yang dinilai bersalah pada masa Orde Baru, seperti terkait pelanggaran hak asasi manusia dan praktik koruptif.
Karena itu, menurut Mochtar, reformasi dimulai dengan impunitas. ”Impunitas ini terus berlanjut. Jadi, celaka atau kutukan terbesar sepanjang reformasi adalah dibalikkannya fungsi hukum. Hukum bukan untuk menegakkan keadilan, tetapi mempertahankan terus ketidakadilan,” katanya.
”Itu tidak bisa dibantah. Banyak orang berputar-putar ke mana-mana, tetapi intinya di situ. Semua negara tidak bisa tegak terhormat tanpa penegakan hukum,” tutur Mochtar.
Penilaian Mochtar itu mungkin benar. Saat ini, praktik impunitas terhadap pelaku kejahatan, seperti korupsi, terasa masih kental. Putusan bebas terhadap terdakwa perkara korupsi kian menjadi fenomena. Bahkan, sering muncul sinyalemen atau nada sinis bahwa partai politik pun cenderung menjadi ”pelindung” tersangka kasus korupsi.
Kekuatan partai politik yang seharusnya memperjuangkan agenda reformasi yang digulirkan sejak 1998 dan memikul kepentingan rakyat ibarat kehilangan taji. Ideologi partai politik seharusnya menjadi ”roh” dan kekuatan perjuangan membangun sebuah nation atau kolektivitas politik, semakin terbenam.
”Di DPR, apakah ada yang berpikir nation? Tidak ada. Setiap ada pembicaraan, semua dagang sapi, yaitu bagaimana menempatkan orang-orang pada proyek yang basah,” kata Mochtar.
Meski demikian, bangsa Indonesia memang tidak boleh kehilangan harapan. Kendati praktik koruptif masih masif, penegakan hukum belum menjadi panglima, dan Indonesia dinilai sebagai negara dalam bahaya menuju negara gagal, harapan bahwa bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar harus tetap terbuka.
Apa syaratnya? Mochtar mengungkapkan, kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara akan menjadi lebih baik kalau penegakan hukum dijalankan secara konsisten dan konsekuen. ”Kalau mau mengoreksi, tegakkan hukum. Para pemimpin di lembaga penegakan hukum harus benar-benar figur yang memiliki integritas, berkomitmen, dan berani,” kata Mochtar.
Persoalannya, Mochtar menilai, Presiden Yudhoyono kurang berani mengangkat pemimpin lembaga penegak hukum berintegritas, berkomitmen, dan berani. Pengangkatan para pemimpin lembaga penegak hukum itu pun tidak terlepas dari tawar-menawar politik dengan DPR.
Padahal, Yudhoyono merupakan presiden yang dipilih oleh mayoritas rakyat. Kalau ada presiden berani mengangkat para pemimpin lembaga penegak hukum yang berintegritas dan berani, penegakan hukum lebih dapat diimplementasikan.
Bahkan, menurut Mochtar, kalau Presiden benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat, ia juga tidak harus takut kepada sikap DPR yang mungkin dapat ”merongrong” eksekutif. ”Coba kalau SBY dari awal begitu. Namun, karena takut, SBY tidak bisa,” katanya.
Kekuasaan itu dipertandingkan. ”Siapa yang kuat, itu yang menang. Andaikata kekuasaan eksekutif kuat, dia bisa mengalahkan,’” tuturnya.

Memberikan harapan
Meskipun kerap mengkritik kondisi bangsa ini dengan tajam, Mochtar termasuk cendekiawan yang selalu berupaya memberikan harapan terhadap kehidupan bangsa ke depan. Ia menilai, masih ada calon pemimpin nasional yang dapat diharapkan. Masih ada orang-orang yang dapat membela panji-panji dan cita-cita kebangsaan. ”Harapan kita adalah muncul calon yang kira-kira bisa kita harapkan,” katanya.
Mochtar pun mencontohkan beberapa tokoh nasional yang masih dapat diharapkan untuk berdedikasi menjadi pemimpin nasional, seperti mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla atau Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD.
Menurut Mochtar, Jusuf Kalla merupakan contoh pejabat publik yang cepat dan berani memutuskan suatu kebijakan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil. (Ferry Santoso)
 

haa iki : Dan, karena pembangunan ekonomi dianggap sebagai jawaban, logis saja jika jalannya pembangunan itu didasarkan pada diktum penalaran ilmu ekonomi

Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2012/06/27/12470193/Doed.Joesoef.Jangan.Hanya.Membangun.Ekonomi

Doed Joesoef: Jangan Hanya Membangun Ekonomi
Heru Margianto | Rabu, 27 Juni 2012 | 12:47 WIB

KOMPAS/ARBAIN RAMBEY : Daoed Joesoef. 
 
KOMPAS.com - Bangsa Indonesia kini tengah mengalami multikrisis. Tidak hanya krisis di bidang ekonomi, tetapi juga di bidang politik, sosial, dan kultural. Tantangannya adalah bagaimana memecahkan persoalan yang multikompleks ini.
”Sayangnya, para pemimpin negeri ini tidak, atau tidak mau, menyadari hal itu. Mereka menganggap kesulitan kita sekarang ini terjadi hanya karena ekonomi kita ini belum terbangun dengan baik. Akibatnya, perhatian hanya dipusatkan pada pembangunan ekonomi. Dan, karena pembangunan ekonomi dianggap sebagai jawaban, logis saja jika jalannya pembangunan itu didasarkan pada diktum penalaran ilmu ekonomi,” kata Daoed Joesoef, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1978-1983).
Ia menambahkan, sesungguhnya, pendapat yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat menyelesaikan persoalan yang dialami bangsa ini adalah pendapat yang picik.
Semasa menjadi anggota Kabinet Pembangunan III, kata Daoed Joesoef, dirinya sudah mengingatkan Presiden Soeharto bahwa pembangunan yang berorientasi pada ekonomi itu akan gagal. Namun, itu tidak ditanggapi.
”Yang saya herankan adalah Orde Reformasi itu mengkritik pembangunan ekonomi yang dilakukan Orde Baru, bahkan kemudian juga menjatuhkannya, tetapi tetap meneruskan kebijakan Orde Baru di bidang yang dikritiknya,” ujarnya.
Daoed Joesoef mengemukakan, ia menaruh harapan tinggi ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono terpilih. Persoalannya, Boediono, pada waktu menjadi dosen, bersama Profesor Mubyarto (almarhum) ikut menggagas ekonomi Pancasila. ”Saya pikir pada saat menjadi wakil presiden, ia akan menerapkan ekonomi Pancasila mengingat zaman dulu mungkin ia tidak mempunyai kesempatan untuk menerapkan gagasannya itu. Namun, ternyata kini, ia juga tidak menerapkannya,” katanya menambahkan.
Menurut Daoed Joesoef, seharusnya yang dilakukan adalah pembangunan nasional yang mencakup semua bidang. Untuk itu, Presiden Soekarno sudah mendirikan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Memang, Bappenasnya ada, orang-orang yang bekerja di sana ada, tetapi yang dijalankan adalah pembangunan ekonomi. Pembangunan nasional direduksi menjadi pembangunan ekonomi.
Pembangunan nasional itu meningkatkan kehidupan manusia (to enrich man) dan itu tidak hanya dalam artian materi. Jadi tidak hanya meningkatkan ekonomi di mana manusia itu hidup. ”Dulu, ini yang saya ingatkan kepada Pak Harto. Nah, Pak Harto berang sehingga saya dikeluarkan dari kabinet,” katanya.
Saat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, janji yang diberikan kepada rakyat Indonesia adalah mereka akan mengalami kehidupan yang lebih baik dan lebih dihargai sebagai manusia. Namun, pembangunan ekonomi itu tidak berbuat demikian karena ekonomi itu mereduksi multiaspek dari manusia.
”Resep itu sudah begitu jelas, ukuran yang digunakan adalah produk nasional bruto (GNP). Jadi, kalau GNP naik, itu dianggap kesejahteraan naik dan rakyat makmur. Padahal, kan, tidak seperti itu. Jadi rakyat di daerah itu melihat bumi mereka dieksploitasi supaya GNP naik, tetapi mereka tidak dapat apa-apa. Mereka hanya jadi penonton. Bumi mereka dikorek, hutannya dibabat,” tuturnya.
Ekonomi moneter
Walaupun Daoed Joesoef pernah menjabat sebagai Mendikbud, sejatinya pada tahun 1960-an ia satu-satunya dosen moneter di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI).
Keahlian moneter inilah yang antara lain menjadikan dia dapat memiliki rumah di atas tanah seluas 8.500 meter persegi. Semula ia hanya membeli yang di atas saja. Di dekatnya ada tanah milik Departemen Keuangan (Depkeu) yang sedianya disiapkan untuk rumah bagi pegawainya. Namun, pegawai Depkeu tidak tertarik tinggal di wilayah itu karena transportasi ke wilayah itu masih sulit.
”Oleh karena saya meng-up grade pengetahuan mereka (Depkeu) tentang bagaimana menghitung GNP, produk domestik bruto (GDP), dan lain-lain, saya ditawari untuk membeli tanah Depkeu. Kebetulan istri saya (Sri Soelastri) senang bertaman, maka saya beli tanah itu,” kisahnya.
Kemudian, Daoed Joesoef juga membeli sawah petani yang terletak di belakang. Istrinya pernah menanam padi di sana. ”Totalnya saya memiliki 10 sertifikat,” ujarnya.
Tahun 1964, ia dan keluarga pergi ke Paris, Perancis. Ia menempuh pendidikan di Universite Pluridisciplinaires de Paris I, Pantheon-Sorbonne (1964-1972). Sewaktu pergi, tanahnya tidak dipagari karena keterbatasan uang. Ketika kembali ke Tanah Air tahun 1973, tanahnya sudah diduduki orang, termasuk di antaranya oleh militer. ”Saya terpaksa mengeluarkan uang dari tabungan untuk memindahkan orang-orang tersebut. Tahun 1975, urusan itu bisa diselesaikan,” ucapnya. Tahun 1978, ia diangkat oleh Presiden Soeharto menjadi Mendikbud.
Putrinya, Sri Sulaksmi Damayanti (Yanti), doktor dalam bidang mikrobiologi, menjadi dosen di Institut Pertanian Bogor (IPB). Namun, 8 tahun lalu, Yanti mengundurkan diri karena menganggap IPB kehilangan idealisme dengan mendukung Badan Hukum Pendidikan, yang memungkinkan universitas mengambil pungutan lebih besar dari mahasiswa.
Yanti bersama rekan-rekannya kemudian membangun sekolah dasar di halaman rumahnya, yang diberi nama SD Kupu-Kupu yang merupakan lanjutan ideal dari TK Kepompong yang letaknya tidak jauh. Dua tahun lalu, tokoh pendidikan Arief Rahman mendatangi Daoed Joesoef untuk meminta izin mendirikan SMP dan SMA Garuda. Daoed Joesoef setuju asalkan administrasinya terpisah dengan SD Kupu-Kupu.
Membaca buku
Daoed Joesoef menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Ia mengemukakan, ”Membaca itu kebutuhan buat saya, dan bukan hobi.”
Kebiasaan itu dibangkitkan ibundanya, yang dipanggilnya ”Emak”. Ibundanya rela memberikan tambahan uang saku untuk meminjam buku di perpustakaan swasta. Soalnya, buku di Balai Pustaka kurang lengkap.
Di malam-malam tertentu, terutama saat bulan purnama, ia diminta untuk menceritakan isi buku yang dibacanya di depan sanak keluarga. Salah satu buku yang dibacanya adalah karangan Jules Verne tentang perjalanan manusia ke Bulan. ”Lucunya saat saya bercerita, seorang paman bertanya, kalau orang belum pernah ke Bulan, bagaimana dia tahu bahwa tempat yang didatanginya adalah Bulan. Pikirannya sederhana, tapi logis,” ceritanya.
”Kata Emak, kalau menceritakan apa yang kamu ketahui kepada orang lain, kamu tidak akan kehilangan apa-apa,” kata Daoed Joesoef. Dan, itu pula yang menjelaskan mengapa Daoed Joesoef senang menulis. Pamannya, Soelaiman, mendesak ibundanya untuk mengikutsertakan putranya dalam kursus mengetik dengan 10 jari.
Uniknya, sampai sekarang ia tetap menggunakan mesin tik. Kalau tidak mendengar suara mesin ketik… tik… tik… tik... seperti hujan rintik-rintik, ide-idenya tidak keluar. Ia mengatakan, ”Cucu selalu menertawakan saya. Dia bilang, saya kuno. Saya jawab, emang saya kuno... he-he-he.”
Kegemaran menulis ini mendekatkan dirinya dengan Mohammad Hatta. Sebagai mahasiswa, ia pernah seperti bersahut-sahutan tulisan dengan Bung Hatta soal moneter. Khususnya tentang rasionale dari keberadaan jaminan emas wajib dan masalah stabilitas moneter yang berkaitan dengan itu.
Tulisan pertama adalah wawancara Bung Hatta yang ditulis di harian Pedoman, 25 Februari 1955. Daoed Joesoef menanggapinya dengan menurunkan artikel di majalah Mimbar Indonesia.
Sebulan kemudian, ia diundang untuk turut serta dalam rombongan Wakil Presiden Hatta meninjau perekonomian di daerah Cirebon, Tegal, dan Pekalongan. Ia dari FE-UI diundang bersama dua mahasiswa lagi, dari Fakultas Pertanian UI Bogor (sekarang IPB) dan FE Universitas Gadjah Mada. Dalam perjalanan itu, Bung Hatta mengajaknya berdebat. Hasilnya, keduanya sepakat untuk tidak sepakat, dan Bung Hatta tidak keberatan dengan itu.
Ia menceritakan, visi besar Bung Hatta lewat ungkapan yang sesekali dilontarkannya. Walaupun Bung Hatta seorang ekonom, ia mengutip ucapan Charles Fourier, seorang sosialis Perancis yang berbunyi, ”Kami mau membangun satu dunia yang di dalamnya semua orang hidup bahagia.”
Bahagia ini, kata Daoed Joesoef, tidak ada dalam kamus ekonomi. Yang ada welfare (sejahtera), yang ukurannya GNP. Sayangnya, ia tidak sempat bertanya kepada Bung Hatta apa ukuran dari bahagia.
Selain menulis, ia juga mengisi waktu luang dengan melukis sketsa. Kemahiran melukis sketsa dimulainya dari sebelum sekolah. Bahkan, ada masa ia hidup dengan menjual sketsa, atau melukis iklan film di bioskop Grand dan panggung pertunjukan Miss Tjitjih. Ia bercerita dengan sangat lancar, dengan bahasa gado-gado, Inggris, Belanda, Perancis, dan Indonesia tentunya.
Dalam soal lukisan ini, semasa merantau di Yogyakarta, saat SMA, ia bertemu Bung Karno, Bung Sjahrir, dan Bung Hatta, yang ditemuinya lagi sewaktu kuliah di FE-UI. Ia amat terkesan dengan pemahaman Sjahrir tentang lukisan. (James Luhulima)
 

Senin, 18 Juni 2012

haa iki : Sepanjang sejarah Islam tidak pernah ada perbedaan pendapat tentang status kejahatan homoseksual dan lesbianisme. Bahwa, keduanya merupakan kejahatan seksual yang sangat bejat dan berat hukumannya dalam Islam.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/12/06/16/m5pxhy-lesbianisme-dan-liberalisme

Lesbianisme dan Liberalisme

Sabtu, 16 Juni 2012, 23:22 WIB
www.insan-awam.blogspot.com

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Qosim Nurseha*

Kesetaraan gender, homoseksualitas, dan lesbianisme adalah sejumlah paham dan praktik kehidupan yang gigih disebarkan oleh kaum liberal di berbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Dengan membonceng wacana “kebebasan berekspresi” (freedom of expression), mereka terus meneriakkan perlunya dilakukan legalisasi praktik homoseksualitas dan lesbianisme.

Untuk itu, mereka menyatakan bahwa setiap orang berhak menyalurkan hasrat seksualitasnya kepada siapa saja, termasuk kepada “sesama jenis” (laki-laki dengan lakilaki (homo) maupun perempuan dengan perempuan (lesbi). Sebagian lain sudah “lebih maju” lagi, mengampanyekan perlunya pelampiasan seks manusia dengan binatang.

Maka, tidaklah mengherankan, kedatangan pegiat dan praktisi lesbianisme, Irshad Manji, di Indonesia (pada 2008 dan 2012) mendapatkan dukungan luas oleh kaum liberal dan media massa nasional. Di sebuah Jurnal Perempuan, Irshad Manji diberi julukan sebagai “Muslimah Lesbian yang Gigih Menyerukan Ijtihad!”

Sayangnya, para pendukung legalisasi perkawinan sesama jenis (homo dan lesbi) biasanya “mencatut” nama-nama ulama Muslim untuk membenarkan pandangannya. Tujuannya untuk menjadikan pandangan mereka seolah-olah mempunyai landasan dalam Islam. Salah satu dari ulama yang dicatut namanya adalah Syihabuddin Ahmad al- Tifasyi (w 560 H/1184 M) dari Tunisia, penulis buku Nuzhat al-Albab fima la Yujad fi al-Kitab, (London-Cyprus: Riad El-Rayyes Books, cet I, 1992).

Kata seorang penulis liberal, dalam bukunya tersebut, al-Tifasyi disinyalir mendukung praktik homoseksualitas dan lesbianisme dengan satu pendapatnya, “al-sahq syah wa thabi’iyyah” (“les bian merupakan hasrat seksual yang normal”). Padahal, kata al-Tifasysi sendiri, itu adalah pendapat sebagian orang. (Nuz- hat al-Albab,hal 236).

Lebih dari itu, al-Tifaysi sendiri, dalam bukunya tersebut mencatat pendapat-pendapat yang mencela lesbianisne ( dzamm al-sahq). Karena, hal itu abnormal.

Di sana dicatat bahwa salah seorang “lesbian” berkirim surat kepada kekasihnya sesama lesbian. Dia menyatakan bahwa selama ini yang dia rasakan tidak sempurna. Setelah menikmati bagaimana nikmatnya berhubungan dengan laki-laki, dia tidak ingin melepaskannya. Kemudian dia mengakhiri suratnya dengan, “Keluarkanlah rasa cintamu kepadaku dari dalam hatimu. Aku telah meletakkan ‘sesuatu’ untuk menggantikan cintamu dalam hatiku. Dan, dia tidak akan keluar (hilang) kecuali bersama nyawa.” Di sana ada cerita lain bahwa seorang lesbian ditanya, “Bagaimana malammu kemarin?” Dia menjawab, “Aku sangat selera makan daging sejak 20 tahun. Aku tidak merasa kenyang memakannya, kecuali tadi malam.” Disebutkan pula bahwa seorang lesbian takjub melihat seorang laki-laki dan akhirnya dia menikahi laki-laki terse but. (al-Tifaysi, Nuz hat al-Albab, hal 245-246).

Sayangnya, pandangan al-Tifasyi yang terang-benderang itu luput dari penglihatan kaum liberal. Karena, tujuan mereka memang hanya mencari pendapat dan legitimasi yang sesuai dengan pandangan mereka meskipun pendapat dan pandangan tersebut lemah bahkan tidak benar (palsu). Terang saja hal ini tidak dapat dibenarkan, khususnya dalam dunia ilmiah.

Selain menyelewengkan pendapat al-Tifasyi, kaum liberal juga biasanya “mengkritik” kisah Nabi Luth beserta kaumnya yang mengidap penyakit sek ual menyimpang (homo). Di mana menurut mereka, azab yang menimpa kaum Luth tidak semata-mata karena praktik seksualitas mereka yang menyimpang itu. Kaum Luth diazab oleh Allah, kata mereka, adalah karena “kekafiran”. Anehnya, kaum liberal tidak mau mengulas dan melihat kisah nabi Luth dengan kaumnya itu dari sudut fiqh melainkan dari sisi sastra seperti yang dilakukan, misalnya, oleh jurnal Perempuan.

Dalam bukunya, Allah, Liberty, and Love, Irshad Manji juga memanipulasi penafsiran kisah Luth dalam Alquran. Katanya, “Cerita Sodom dan Gomorah— kisah Nabi Luth dalam Islam—tergolong tersirat (ambigu). Kau merasa yakin kalau surat ini mengenai homoseksual, tapi sebetulnya bisa saja mengangkat perkosaan pria “lurus” oleh pria “lurus” lainnya sebagai penggambaran atas kekuasaan dan kontrol. Tuhan menghukum kaum Nabi Luth karena memotong jalur perdagangan, menumpuk kekayaan, dan berlaku tidak hormat terhadap orang luar.”

Mengenai kisah Nabi Luth beserta kaumnya, penting untuk mencermati pandangan pakar tafsir Muhammad Rasyid Ridha di bawah ini. Setelah memberikan contoh ayat-ayat kisah “hujan batu” – salah satunya yang diminta oleh kafir Quraisy dalam QS al-Anfal:32 — Ridha menyatakan, “Kita percaya dengan ayat-ayat ini, seperti yang ada dalam surah-surah Alquran.” (Rasyid Ri d ha, Tafsir al-Manar, QS al-Anfal:518). “Dan, ketika Allah membalikkan negeri mereka (di mana bagian atasnya men jadi bagian bawah) terjadi,” menurut Ridha, berdasarkan sunah Ilahi; baik nyata maupun secara rahasia ( al-sunan al-ilahiyyah al-jaliyyah aw al-khafiyyah) tidak menafikan posisinya sebagai satu ayat. ( Tafsir al-Manar, VIII: 819).

Ketika menafsirkan akhir ayat dari QS al-Anfal:84 itu, Rasyid Ridha menyatakan, “Seruan ini umum, meliputi orang-orang yang mendengar kisah (tentunya termasuk kita, yang membaca Alquran—Red) ini, yakni orang-orang yang mau berpikir dan mengambil pelajaran. Dan, tambah Ridha, ganjaran dari orang-orang pelaku kriminal adalah hukuman, di dunia sebelum akhirat ....” ( Tafsir al-Manar,VIII: 519).

Masih menurut Ridha, para ulama berijmak (bersepakat) bahwa “homo seks” ( al-liwathah) adalah maksiat paling besar makanya Allah menyebutnya dengan perbuatan keji (fahisyah). Banyak hadis-hadis yang melaknat pelakunya, seperti dalam Imam al- Nasa’i dan Imam Ibn Hibban serta disahihkan oleh Imam al-Thabrani dan al- Bayhaqi. Sebagian lagi disahihkan oleh al-Hakim. Ala kulli, semuanya saling menguatkan dalam hal yang sudah dikenal secara otomatis dalam agama (al-ma‘lum min al-din bi al-dharurah).

Imam al-Tirmidzi juga meriwayatkan satu hadis Rasulullah yang berbunyi, “Satu hal yang paling aku takutkan terhadap umatku adalah: perbuatan kaum Luth.” Hadis ini disahihkan oleh Imam al-Hakim, sementara menurut Imam al- Tirmidzi sendiri dinilai sebagai hadis hasan gharib. ( Tafsir al-Manar,VIII: 519). Ini tentunya bertolak belakang dengan pernyataan salah seorang aktivis liberal, yang mengutip Muhammad Galal Kisyk dalam bukunya Khawthir Muslim fi Mas’alah Jinsiyyah (Cairo: Maktabah al- Turats al-Islami, 1995), yang menyatakan bahwa menurut al-Tirmidzi hadis tersebut adalah gharib.

Kita berharap siapa pun juga, apa lagi yang mengaku Muslim, untuk berlaku jujur dan adil serta hati-hati dalam menyampaikan tentang hukum agama, seperti homoseksualitas dan lesbianisme. Sepanjang sejarah Islam tidak pernah ada perbedaan pendapat tentang status kejahatan homoseksual dan lesbianisme. Bahwa, keduanya merupakan kejahatan seksual yang sangat bejat dan berat hukumannya dalam Islam.


* Penulis adalah alumnus Pascasarjana ISID-Gontor Ponorogo


Jumat, 08 Juni 2012

haa iki : Tandingi iOS, Samsung Berinvestasi untuk Linux

Aditya Panji | Reza Wahyudi | Jumat, 8 Juni 2012 | 06:56 WIB
 
TizenTalk.com
Smartphone yang berjalan dengan Tizen, sebuah sistem operasi mobile baru berbasis kernel Linux, yang saat ini dikembangkan oleh Samsung, Intel dan Linux
KOMPAS.com - Samsung menyatakan bergabung dengan Linux Foundation dan langsung menjadi donatur tingkat Platinum. Tingkat ini merupakan level tertinggi dalam struktur keanggotaan yang mewajibkan donasi 500 ribu dollar AS per tahun.

Investasi Samsung di Linux Foundation, membuat perusahaan asal Korea Selatan itu duduk di dewan yayasan dan memungkinkan pengawasan lebih besar dalam proyek Linux, termasuk sistem operasi mobile Tizen, yang baru saja lahir dari hasil kerjasama antara Samsung, Intel, dan Linux.

Tizen, yang merupakan sistem operasi mobile open source, disebut-sebut akan menjadi alternatif setelah iOS dari Apple dan Android dari Google. Tizen dan Android menggunakan kernel yang sama, yakni Linux.

Menurut juru bicara Linux Foundation, langkah Samsung yang sangat mendukung Android dan Tizen ini, seakan menyerang posisi Apple.

"Setelah baru saja mengalahkan Nokia sebagai produsen ponsel terbesar di dunia, sekarang jelas bahwa Samsung mencoba menyerang Apple dengan kedua sistem operasi kernel Linux," ujar juru bicara.

Menyadari bahwa Samsung tak bisa terus menerus bergantung pada Android, mereka mencari alternatif baru yang bisa menantang iOS. Karena itulah, Samsung berani berinvestasi besar di Lunux demi penelitian dan pengembangan Tizen.
Sumber :

Rabu, 30 Mei 2012

haa iki : Bangsa ini tidak butuh Lady Gaga, bangsa ini butuh para ilmuwan, para pakar, para cendekiawan dan seterusnya darimanapun asalnya.

" > :
       Jika hiburan menjadi alasan, itu hanya hiburan yang bisa dinikmati sedikit orang dalam sedikit waktu. 
       Bayangkan jika para ilmuwan yang terus didatangkan? Bangsa ini akan mengalami perubahan besar.
: < "
 

Sekali Lagi Tentang Lady Gaga - Selasa, 29 Mei 2012, 17:25 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Prof Dr Hj Masyitoh, MAg
Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ)

Lady Gaga; Kontroversi Bermula
Stefani Joanne Angelina Germanotta atau yang dikenal dengan nama panggung Lady Gaga adalah sesosok individu yang tidak terkait dengan persoalan moral sebagaimana individu lainnya.

Identitas pribadi selamanya tidak pernah bisa dibenturkan dengan persoalan kebenaran moral atau etika. Lady Gaga bukanlah cerminan nilai baik atau buruk. Inilah perspektif yang dapat kita lihat dari sosok Lady Gaga sebagai individu. Individu hanya menjadi pelaku bagi kebaikan dan keburukan, bukan kebaikan atau keburukan itu sendiri.

Sebagai figur, Lady Gaga adalah seorang penyanyi pop asal Kota New York, Amerika, yang tidak hanya bernyanyi lalu selesai tetapi berkampanye dan mempengaruhi banyak orang tentang nilai-nilai. Tak heran jika Majalah Time menabalkannya sebagai 100 selebriti paling berkuasa dan berpengaruh di dunia. Ia menjadi figur, selebriti dan idola bagi banyak penggemarnya. Di sinilah, Lady Gaga bisa dilihat sebagai nilai. Ia, tak ubahnya teks yang terbuka untuk ditafsir.

Di Indonesia dan beberapa negara lain, Lady Gaga adalah kontroversi. kontroversi yang melekat pada diri Lady Gaga bukan tanpa alasan. Beberapa titik fokus yang menjadi kontroversi mulai dari gaun yang terlalu terbuka yang dikenakan, lirik lagu yang merendahkan religiositas, sensualitas dan erotisme aksi panggung atau dalam video album, menyuarakan pandangannya mengeni biseksual hingga simbol-simbol illuminati yang sering muncul dalam album maupun pertunjukan Lady Gaga.
Adanya simbol-simbol tersebut menyiratkan pertanyaan apakah Lady Gaga seorang pemuja setan? Apapun itu, simbol-simbol itu dihadirkan bukan tanpa kesengajaan. Lady Gaga tidak hanya sedang bernyanyi tetapi menebar nilai-nilainya secara publik, terbuka dan terang-terangan.

Kontroversi itu lahir bukan saja karena persoalan pada Lady Gaga. Namun, banyak yang berkepentingan yang sejalan dengan Lady Gaga dengan mengatasnamakan seni dan kebebasan. Keduanya lalu digabungkan dengan konsep kebenaran relatif bahwa tidak ada kebenaran absolut di muka bumi ini. Lady Gaga adalah fragmen kebenaran yang lain. Kebenaran seni.

Pandangan dan Kelemahan Kaum Relativis
Setidaknya itulah yang dianut oleh kalangan yang percaya terhadap relativisme. Seorang professor sosiologi bernama Gregory Baum (1999) menemukan pandangan kaum relativis bahwa agama, juga, berada di bawah bayang-bayang relativisme. Baum memulai teorinya dari pemikiran seorang Sosiolog Sistemik Karl Manheim yang melihat peran penting lingkungan dalam membentuk cara berpikir setiap orang. Karenanya, keragaman tidak bisa dihindari.

Relativisme atau dalam pengertian Mohammad A. Shomali (2005) subyektivitas kolektif memiliki makna yang sedikit sama dengan subyektivitas yang ada pada individu. Pandangan tersebut menekankan adanya kebenaran (yang berbeda-beda) pada setiap individu, kelompok, agama dan keyakinan. Absolutisme atau kebenaran normatif, dalam bahasa Baum, adalah sesuatu yang harus ditolak. Tidak ada kebenaran manusia yang sama persis dengan kebenaran yang dimaksudkan Tuhan. Pandangan ini tidak saja meminta sikap toleran tetapi kebebasan dalam pengertian yang luas.

Oleh karena itu, dalam konteks konser Lady Gaga yang rencananya akan digelar pada 3 Juni mendatang ini mendapat dukungannya dari para relativitis dan liberalis, selain dari para hedonis yang berpikiran dangkal. Mereka menilai bahwa pencekalan terhadap konser merupakan upaya kediktatoran tafsir tunggal atas kebenaran dan menghambat ekspresi seni.

Pandangan tersebut menurut kedua pemikir di atas memiliki kelemahan yang cukup fundamental. Bagi Baum bahwa kebenaran agama yang seringkali disangkutpautkan dengan relativisme berada pada wilayah normatif-transendental yang sulit sekali didialogkan. Satu-satunya jalan memahami kebenaran ini adalah melalui apa yang telah disampaikan Tuhan pada setiap zaman. Kita mengenalnya dengan sebutan Firman Tuhan.

Somali melihat kecenderungan akan terbukanya nihilisme dan anarki jika relativitas nilai-nilai dipahami secara begitu saja dalam wilayah yang sensitif yakni agama. Relativisme bisa dilihat dalam konteks budaya dan kehidupan sosial. Soal kebenaran absolut, Somali, mempercayai akan keberadaannya karena aspek kemanusiaan yang universal, bukan fragmentasi sosio-kultural. Relativisme hanya akan membawa kepada perilaku tanpa kontrol dan inilah yang memungkinkan terjadinya kondisi tanpa nilai (nihil) dan anarki karena setiap orang merasa kebenarannya masing-masing.

Di luar diskusi ini, kehadiran Lady Gaga merupakan pertunjukkan bisnis hiburan yang dihadapkan dengan nilai-nilai agama. Sebagian orang menganggap jika bisnis hiburan dan agama tidak saling terkait; pandangan sesat inilah yang berkembang saat ini. Lagipula, kehadiran Lady Gaga sama sekali tidak membawa manfaat bagi bangsa ini. Aneh rasanya jika segelintir orang bersikeras mendatangkannya.

Bangsa ini tidak butuh Lady Gaga, bangsa ini butuh para ilmuwan, para pakar, para cendekiawan dan seterusnya darimanapun asalnya. Jika hiburan menjadi alasan, itu hanya hiburan yang bisa dinikmati sedikit orang dalam sedikit waktu. Bayangkan jika para ilmuwan yang terus didatangkan? Bangsa ini akan mengalami perubahan besar.

Tolak Konser Lady Gaga di Indonesia
Indonesia punya alasan kuat untuk menolak kedatangan Lady Gaga yang hendak mempertontonkan dan menunjukkan ketersesatannya. Penolakan ini tidak melulu karena alasan agama tapi sejauh ini agamalah yang paling berperan dalam mengamankan kultur dan tradisi negeri ini, bukan sebaliknya. Budaya Indonesia adalah budaya yang dilandasi agama-agama, kepercayaan-kepercayaan.

Kebebasan berekspresi kerap kali digunakan sebagai satu-satunya dalil bagi setiap pertunjukkan yang bertentangan dengan budaya bangsa ini. Padahal jika kita jeli, ekspresi itulah yang harus menyesuaikan dirinya dengan budaya setempat. Dimana langit dijunjung disitu bumi dipijak. Begitupun dengan Lady Gaga, jika tidak sesuai dengan budaya maka tidak bisa diterima dan bangsa ini tidak bisa dipaksakan untuk menerimanya.

Kebebasan berekspresi yang dibalut argumen relativisme tentu saja membuka ruang bagi masuknya nihilisme dan anarkisme di negeri ini. Jika konser Lady Gaga bersikeras digelar maka ini akan menyakiti budaya yang telah dibangun berabad-abad lalu. Tidak ada alasan lain, konser ini harus ditolak.

Dalam perspektif Islam, konser Lady Gaga tidak lebih dari hura-hura kemunkaran belaka. Lady Gaga tidak memperlihatkan toleransi dalam keberagaman dan perbedaan tetapi menginjak-injak nilai budaya dan agama yang ada. Oleh karena itu, Islam berkepentingan melarang atau menghentikan kemunkaran tersebut (nahi munkar).
Redaktur: Heri Ruslan

 

Selasa, 29 Mei 2012

haa iki : Alhamdulillah, Turki Kembali Ajarkan Alquran di Sekolah

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/05/29/m4r7dt-alhamdulillah-turki-kembali-ajarkan-alquran-di-sekolah

Selasa, 29 Mei 2012, 05:20 WIB -Deden Mauli Darajat

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Deden Mauli Darajat*

ANKARA -- Untuk pertama kalinya setelah seratus tahun, pemerintah Republik Turki akan mengajarkan Alquran dan huruf Arab di sekolah-sekolah negeri dan swasta. Hal itu terungkap dalam Simposium Internasional kelima bertema persatuan Islam yang berlangsung di Ankara, Turki, dan dilanjutkan workshop pada Senin (28/5).

Ali Kurt, ketua Yayasan Wakaf Hayrat, Turki, sebagai pelaksana simposium, menjelaskan, kementerian pendidikan nasional Turki telah meminta pihaknya untuk menyiapkan konsep dan tenaga guru untuk siswa dengan AlQuran dan tulisan Arab Utsmani di sekolah-sekolah dan madrasah di seluruh pelosok Turki.

"Ini tugas berat yang kami tunggu-tunggu selama ini," katanya.

Seratus tahun lalu, ketika Mustafa Kemal Ataturk mendirikan Republika Turki setelah mengambil kekuasaan dari Kesultanan Turki Usmani, segala hal yang berbau Arab dan bersuasana Islam dihapuskan. Dia memperkenalkan pemerintahan sekuler dengan membuat undang-undang dan peraturan-peraturan yang sempat merugikan perkembangan Islam, diantaranya undang-undang yang menghapus pengajaran Al-Quran di sekolah-sekolah dan mengganti tulisan-tulisan Arab dengan tulisan latin.

Ketua Umum DPP Persatuan Umat Islam (PUI), Nurhasan Zaidi, menyatakan, niat baik Pemerintah Turki itu perlu didukung peraturan yang menghapus undang-undang lama tentang pelarangan pengajaran Al-Quran dan tulisan Arab.

"Kami akan sampaikan usul ini ketika besok bertemu Parlemen Turki," kata Nurhasan Zaidi yang juga anggota DPR RI. Delegasi Indonesia yang berjumlah 25 utusan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam memang berencana berencana bertemu dengan parlemen Turki pada Selasa (29/05/2012).

Menurut Nurhasan, pelarangan pengajaran Alquran dan bahasa Arab di sekolah-sekolah Turki selama seratus tahun telah membuat masyarakat Turki banyak yang tidak bisa membaca Al-Quran.  Selain itu, warga Turki juga jarang yang bisa menulis huruf Arab, apalagi mengucapkannya. Padahal, Turki pernah menjadi pusat peradaban Islam selama lima abad Kesultanan Turki Usmani.

Warga Muslim Turki menyambut baik rencana pemerintahnya tersebut. “Tetapi untuk bertahan dan langgeng, kebijakan strategis tersebut harus didukung undang-undang,” demikian tegas Nurhasan Zaidi. Ia yakin, tak lama lagi warga Turki mampu mengembalikan kejayaan Islam sebagaimana dulu pernah dicapainya di masa keemasan Kesultanan Usmani.

Ahmad Rifai, wakil ketua Majelis Syuro PUI, menyatakan di depan forum workshop peserta Simposium Internasional Said Nursi, di Indonesia pengajaran huruf Arab sempat terbatas diajarkan di madrasah-madrasah. Bahkan pemerintah mengganti kebiasaan penulisan bahasa Arab yang dulu menjadi tradisi di madrasah dan pesantren dengan huruf latin. Akibatnya, tutur Rifai, kemampuan warga Indonesia untuk menulis huruf Arab dan bacaan Al-Quran sudah hilang dan lenyap. “Ini tragedi,” tegasnya.

Ahmad Rifai berharap, keinginan Pemerintah Turki untuk kembali mengajarkan tulisan Arab secara resmi dapat diikuti oleh Pemerintah Indonesia. “Kemampuan menulis dan mambaca huruf Arab merupakan dasar utama untuk memahami ajaran-ajaran Islam dari sumber aslinya,” ungkap Rifai. Ormas-ormas Islam dan kalangan politisi, tutur Rifai, harus mendorong Pemerintah Indonesia membuat kebijakan yang memungkinkan penulisan huruf Arab menjadi keharusan di ranah publik terutama di sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah.

*Penulis: Mahasiswa Pascasarjana Universitas Ankara, Turki)
 

haa iki : Misykat Ajak Umat Islam Mengerti Ancaman Bahaya Liberalisme

Sumber : http://www.tribunnews.com/2012/05/29/misykat-ajak-umat-islam-mengerti-ancaman-bahaya-liberalisme

Tribunnews.com - Selasa, 29 Mei 2012 08:20 WIB

TRIBUNNEWS.COM JAKARTA -Dengan diluncurkannya  buku Misykat  diharapkan  agar masyarakat Indonesia, secara khusus dalam  hal  ini  umat Islam mengerti akan ancaman dari bahaya liberalisme, sekulerisme hingga westernisasi.
Sementara  Hamid Fahmi Zarkasy  selaku  penulis buku  menjelaskan dalam jumpa pers   Grand Launching buku Misykat yang  diselenggarakan Majelis Intelektual Dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI)   Minggu (27/05/2012) dengan tema “Refleksi Tentang Islam, Westernisasi & Liberalisasi.” agar masyarakat Indonesia, secara khusus umat Islam mengerti akan ancaman dari bahaya liberalisme, sekulerisme hingga westernisasi.
Bachtiar Nasir sekjen MIUMI menjelaskan bahwa pemikiran Hamid yang dituangkan ke dalam buku Misykat merupakan salah satu masterpiece dari MIUMI, yang ditujukan untuk meluruskan pemikiran pemikiran liberal seperti Dr Nurcholish Madjid yang selama ini dikenal tokoh pembawa sekulerisme, liberalism hingga westernisasi di Indonesia.
“Karena ragam dari liberalisasi itu pertama adalah nihilisme, menihilkan nilai. Yang kedua pluralisme, yang ketiga desakralisasi, yang keempat equality, yang kelima demokratisasi yang semuanya itu bermuara kepada marjinalisasi agama,” jelasnya.
Hamid juga menjelaskan wacana liberalisme yang diajarkan tidak justru membuat sebuah tatanan masyarakat menjadi toleran, namun arah dari liberalisme tidak lebih untuk sebuah gagasan relativisme kebenaran,
“Intinya bahwa buku ini ingin memberi sumbangan pemikiran kepada bangsa ini, bahwa identitas bangsa Indonesia itu harus kita pertahankan dan tantangan yang berasal dari negara luar yang bentuknya dalam hal ini pemikiran, harus kita hadapi dan harus kita selesaikan secara intelektual juga” tambahnya lagi.
Dr Hamid Fahmi adalah seorang intelektual sekaligus pewaris Pondok Modern Darussalam Gontor, yang juga anak kandung dari (alm) KH. Imam Zarkasy, salah satu dari tiga pendiri PP Modern Darussalam Gontor.
MIUMI sendiri akan mewakafkan sebanyak 1000 buku Misykat yang akan dikirim ke 1000 lembaga pendidikan yang ada diseluruh Indonesia.

Penulis: Budi Prasetyo  |  
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

Jumat, 25 Mei 2012

haa iki : Pak Harto dan Senjata

Sumber : http://nasional.inilah.com/read/detail/1864693/pak-harto-dan-senjata

Tokoh Nasional Soeharto (1)
Pak Harto dan Senjata
 

Headline
 
Opini: Muchlis Hasyim
nasional - Jumat, 25 Mei 2012 | 07:11 WIB 
 
INILAH.COM, Jakarta - Soeharto, The Smiling General. Jenderal yang senang tersenyum. Bapak Pembangunan. Banyak dituding sebagai diktator 32 tahun. Inilah dia pemimpin paling kontroversial dalam sejarah Republik Indonesia.
Bagi pemujanya, ia pahlawan bangsa karena membawa Indonesia keluar dari keterpurukan ekonomi dan politik di masa Orde Lama. Bagi musuh-musuh politiknya, ia paling bertanggung jawab menumbuhkan gurita korupsi dan dekadensi di negeri ini.
Ia tokoh kontroversial “berselimut” mitos. Bahkan dalam urusan latar belakang keluarga. “Saya ini benar-benar kelahiran Desa Kemusuk, dan memang anak petani dari Desa Kemusuk,” katanya, saat bercerita mengenai silsilah keluarganya di hadapan wartawan dan undangan di ruang kerja kepresidenan di Bina Graha Jakarta, 28 Oktober 1974.
Kemusuk adalah desa di pelosok Argomulyo, Godean, Yogyakarta. Soeharto lahir pada 9 Juni 1921, anak ketiga dari pasangan Kertosudiro dan Sukirah. Sang ayah adalah petugas pengatur air irigasi di desa.
Di masa kecil Soeharto, orang tuanya bercerai. Ia akhirnya dirawat Mbah Kromodiryo, dukun bayi di desa. Namun, di tahun 1970-an, tersebar kabar bahwa Soeharto adalah keturunan keraton. Namun, Soeharto membantahnya. Soeharto mengaku dekat dengan penderitaan. “Saya mengalami banyak penderitaan yang mungkin tak dialami orang lain,” katanya.
Penulis biografi kritis Soeharto dari Australia, Robert E Elson berpendapat, penderitaan tersebut mengembangkan sifat keras dan ulet dalam diri Soeharto. Soeharto juga berhati-hati untuk tergantung kepada orang lain, dan lebih menyukai hubungan dekat dalam lingkup kecil di mana dia menjadi figur dominan.
Soeharto bisa menyelesaikan sekolah menengahnya pada usia 18 tahun. Prestasi belajarnya biasa-biasa saja. Sekolah bukan hal menarik baginya. “Dia juga tidak terstimulasi gagasan intelektual atau oleh pentingnya konteks yang lebih luas di mana dia hidup…dan jelas tak terpengaruh oleh kegiatan gerakan perjuangan nasionalis Indonesia tahun 1920-an dan 1930-an,” kata Elson.
Dasar hidup Soeharto, menurut Elson, adalah pandangan dunia pedesaan dan kota kecil Jawa Tengah, sempit dengan batas-batas sosial yang pasti dan terbatas. Jika sebagian besar pemimpin dan pemikir republik ini lebih dekat dengan tradisi rasionalisme, terutama Barat, Soeharto justru lebih dekat dengan nalar mistis Jawa. Majalah Tempo menulis cerita, bagaimana sejak muda, Soeharto gemar bersemedi di sejumlah gua keramat. Di Gua Semar, yang terletak di Pegunungan Dieng, konon ia menerima wangsit untuk menjadi pemimpin.
Soeharto merintis karier militer dengan bergabung ke KNIL (Koninklijk Nederlansche Indie Leger), sebuah organ tentara bentukan Belanda, tahun 1940. Elson memujinya sebagai serdadu cerdas dan baik. Soeharto adalah orang lapangan dan tahun 1942 sudah mendapat pangkat sersan. Tahun 1943, saat Jepang berkuasa, ia mendapat posisi komandan kompi PETA (Pembela Tana Air) dan dikenal sebagai sosok yang efisien dan dapat diandalkan.
Setelah Indonesia merdeka, karier militer Soeharto naik daun. Ia menjadi salah satu pasukan yang membasmi pemberontakan eks-KNIL di Sulawesi Selatan. Tahun 1956, ia menjadi Panglima Divisi Diponegoro. Desember 1960, ia sudah berpangkat brigadir jenderal, dan tahun 1962 dipromosikan menjadi mayor jenderal dan menjadi Panglima Mandala Operasi Pembebasan Irian Barat. Tahun 1965, ia diangkat menjadi Wakil Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), dan tampil menjadi tokoh utama menggantikan Soekarno di tampuk kepresidenan.
Bertindak dengan Keyakinan
Di mata ilmuwan Kuntowijoyo, Soeharto adalah pemimpin yang mendasarkan diri pada an act of faith atau perbuatan berdasarkan keyakinan, bukan berdasarkan nalar. Sebagaimana dikutip Tempo dari OG Roeder, Soeharto yakin saat bertindak mengisi kekosongan pimpinan Angkatan Darat. “Saya bertindak atas keyakinan saya sendiri,” katanya.
Soeharto meyakini keputusan untuk membasmi Gerakan 30 September yang diduganya didalangi Partai Komunis Indonesia. Mantan Komandan Pasukan Khusus Wismoyo Arismunandar mengatakan, falsafah Jawa Soeharto adalah alon-alon asal kelakon. “Falsafah yang satu ini…bukan ‘melaksanakan dengan pelan-pelan’ melainkan ‘melakukan sesuatu dengan yakin dan berlandaskan kebenaran’. Pak Harto merealisasikannya dengan sikap dan perilaku yang mantap,” katanya.
Soeharto berpesan kepada Wismoyo saat masih berpangkat mayor. “Kalau kamu ingin menjadi pribadi yang maju, kamu harus pandai mengenal apa yang terjadi, pandai melihat, pandai mendengar, dan pandai menganalisis,” katanya.
Ajudan Soeharto, Suryadi, sering melihat sang presiden membuat disposisi kebijakan yang berbeda dari informasi yang masuk. Soeharto beralasan, banyak faktor yang mempengaruhi dan harus dipertimbangkan. “Ini keputusan berskala nasional,” kata sang presiden.
Keyakinan itu pula yang membuat Soeharto berani mengambil risiko. Tahun 1995, saat Semenanjung Balkan tengah bergolak, ia pamit kepada Presiden Kroasia untuk berkunjung ke Sarajevo, Ibu Kota Bosnia. Padahal saat itu pasukan khusus Persatuan Bangsa-Bangsa baru saja ditembaki di wilayah sana. “Kita ini pemimpin Negara Nonblok tetapi tidak punya uang. Ada negara anggota kita susah, kita tidak bisa membantu dengan uang, ya kita datang saja. Kita tengok,” katanya.
Keyakinan Soeharto bertindak, boleh jadi dibentuk pengalaman militernya puluhan tahun. Dalam dunia militer, ada kalanya prajurit tak boleh hanya mengandalkan taktik, tapi juga insting. Dan insting harus dilakukan dengan keyakinan zonder keraguan, seperti salah satu semboyan militer: jika ragu-ragu lebih baik kembali.
Tentu saja, insting dan keyakinan didapat dengan kemampuan mengenali situasi. Keyakinan Soeharto dalam mengambil sikap terpancar dari bahasa tubuhnya. “Pak Harto itu, bahasa tubuhnya dan bahasa kata-katanya padat. Kalau ketemu dia, dirasakan sekali kepadatan dan wibawanya dan kata-katanya,” kata Juwono Sudarsono, mantan menteri, sebagaimana dikutip Tjipta Lesmana.
AM Hendropriyono, mantan Menteri Transmigrasi mengatakan, jika Soeharto berketetapan ‘A’, harus ‘A’ yang dilaksanakan. Tidak ada tawar-menawar. Namun, ia berani membela saat menterinya dikritik dan dikecam karena suatu kebijakan. “…Nggak usah ngadu pun, Pak Harto dengar kalau salah seorang menterinya disalah-salahi. Pak Harto bilang, ‘saya yang suruh’,” kata Hendropriyono. [bersambung]
 
 

Rabu, 23 Mei 2012

haa iki : KPAI Tolak Konser Lady Gaga

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/05/22/m4fd1p-kpai-tolak-konser-lady-gaga

Selasa, 22 Mei 2012, 19:51 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menolak konser penyanyi pop dari Amerika Serikat, Lady Gaga akan digelar di Jakarta. KPAI menilai konser tersebut dapat menimbulkan demoralisasi anak bangsa.

Menurut Wakil Ketua KPAI, Asrorun Niam Sholeh di Jakarta, Selasa, Big Daddy sebagai promotor mendorong pelajar menonton konser itu dengan pemberian insentif khusus berupa kelonggaran dan kemudahan memperoleh tiket pertunjukan.

"Yang saya ketahui, promotor pertunjukan melalui 'media relationnya' menegaskan, pembelian tiket untuk pelajar boleh dicicil setengah harga. Ini jelas demoralisasi anak bangsa," katanya.

Ia mengemukakan, saat ini fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak anak sekolah yang harus drop out, bahkan untuk sekadar memperoleh makan saja susah, namun justru diiming-imingi kehidupan yang hedonis.

"Alih-alih memberikan hiburan justru menjerumuskan anak pada budaya hedonis. Ini bertentangan dengan perlindungan anak yang kita bangun," kata komisioner KPAI yang juga membidangi urusan budaya tersebut.

Dia mengatakan, di satu sisi banyak anak-anak yang berjuang keras untuk mempertahankan eksistensi, tetapi di sisi lain ada kelompok masyarakat yang berhura-hura, nyaris tidak memiliki empati terhadap saudaranya yang kekurangan.

Prinsip perlindungan anak, katanya, adalah pemenuhan hak-hak dasar anak untuk tumbuh dan berkembang dengan senantiasa berpegang kepada nilai-nilai luhur bangsa. "Konser tersebut akan mengoyak ketahanan kita sebagai bangsa, dan bertentangan dengan prinsip perlindungan anak," katanya.

Pihaknya minta kepolisian menjadikan pertimbangan prinsip perlindungan anak, khususnya menyangkut aspek ketahanan budaya dan pencegahan terhadap gaya hidup hedonisme yang tersemai kepada anak sebagai salah satu variabel dalam penolakan konser. "Konser ini jauh lebih banyak madaratnya bagi anak bangsa", kata Niam.
Redaktur: Taufik Rachman
Sumber: antara

Selasa, 22 Mei 2012

haa iki : MUI: Konser Lady Gaga tak Punya Nilai Sensitivitas

sumber : http://nasional.inilah.com/read/detail/1863565/mui-konser-lady-gaga-tak-punya-nilai-sensitivitas

MUI: Konser Lady Gaga tak Punya Nilai Sensitivitas

Oleh: Sumitro
nasional - Selasa, 22 Mei 2012 | 13:00 WIB 
 
INILAH.COM, Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak akan pernah memberikan kompromi terhadap aktivitas dan perilaku yang bisa mendegradasi moral bangsa atas nama apapun, termasuk rencana konser Lady Gaga di Indonesia. Apalagi di tengah proses konsolidasi pembangunan bangsa, dimana masih banyak masyarakat berada di bawah garis kemiskinan.

"Kondisi masyarakat kesusahan seperti ini, kemudian yang lain melakukan pesta hura-hura. Sekian miliar dihabiskan yang keuntungan ekonomisnya disedot hanya untuk kepentingan segelintir orang yang atas nama kebebasan, atas nama seni tanpa batas," jelas Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh di kantornya, Selasa (22/5/2012).

"Ini menghisap kekayaan masyarakat Indonesia dan juga mengambil keuntungan semata dari masyarakat Indonesia. Saya kira ini (konser Lady Gaga) tidak mempunyai nilai sensitivitas," tegas dia.

Seni, lanjut Asrorun, sifatnya adalah universal. Setiap orang memiliki jiwa seni sendiri-sendiri. Namun, jika seni dilakukan dengan mengekploitasi diri dan disertai hura-hura, menurut dia, jelas bertentangan dengan nilai-nilai seni itu sendiri.

Dari sudut kepentingan ekonomis tersebut, secara prinsip ekonomi kerakyatan jelas bertentangan dengan prinsip kebangsaan. Dari sisi pemikiran, lanjut Asrorun, rencana konser Lady Gaga juga bertentangan dengan prinsip kehidupan berbangsa. Adapun dari sisi agama, nilai-nilai liberalisme yang melekat pada ikon Lady Gaga jelas-jelas bertentangan karena liberalisme memahami agama tanpa batas dan ketentuan yang baku.

"Liberalisme budaya meniscayakan kebebasan ekspresi yang seolah-olah atas nama seni, padahal itu adalah kapitalisasi dan juga eksploitasi," tambah Asrorun. [yeh]

haa iki : Sidak Dahlan ke ATC Bandara, Hasilnya Kecewa

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2012/05/22/092405263/p-Sidak-Dahlan-ke-ATC-Bandara-Hasilnya-Kecewa

TEMPO.CO , Jakarta:- Tiga bulan sebelum manajemen lalu lintas udara di Bandara Udara Soekarno Hatta jadi sorotan pascatragedi Sukhoi Superjet 100, sesungguhnya kantor Menara Air Traffic Control Angkasa Pura II itu sudah jadi sasaran inspeksi mendadak Dahlan Iskan. Menteri Badan Usaha Milik Negara itu tiba-tiba saja muncul di menara, dan hasilnya, dia yang terkaget-kaget sendiri. "Saya kecewa" kata Dahlan Iskan kepada Tempo yang menemuinya, Rabu pagi 16 Mei 2012 lalu.

Inspeksi mendadak itu terjadi Ahad pagi, pertengahan Februari lalu. Dahlan tak sendiri kala itu, tapi bersama bekas anak buahnya, mantan wartawan Jawa Pos Siti Ita Nasyiah.

Tak mudah pula bagi Dahlan untuk masuk kawasan menara yang dijaga superketat itu. Sang Menteri sempat dicegat satpam, bahkan juga diuber penjaga.Menurut Ita, sebelum masuk  menara ATC, Dahlan sempat berkeliling ke berbagai ruangan. Sang menteri juga terkaget melihat banyak ruangan kosong. Dan beratnya, Dahlan menemukan banyak asap rokok dimana-mana.

Di lantai dua misalnya, terlihat asbak setinggi satu meter. Beberapa tempat abu juga berserak di meja-meja petugas. Ada juga wadah sterofoam mi instan dan plastik sisa makanan. Padahal, di pintu masuk menara tertulis: ruangan steril. Dan tulisan itu pula yang membuat Dahlan mencopot sepatu sebelum masuk.

Temuan lain, sejumlah petugas asik memainkan telepon genggam. Padahal kegiatan itu, haram dilakukan karena mampu mengganggu kerja komputer dan alat navigasi.(baca:Centang-perenang Menara Pengawas Pesawat (ATC))

Lalu apa yang ditemukan Dahlan di pusat menara pengatur lalu lintas yang dikenal steril itu? Dahlan terkaget karena ruangan itu juga dipenuhi kabut nikotin. Sang menteri bahkan memergoki satu petugas tetap asik merokok. " Petugas itu buru-buru matikan rokok sambil minta maaf" kata Ita. " Petugas itu tak mengenali kalau itu Pak Menteri yang membawahi semua perusahaan negara, termasuk Angkasa Pura II"

Di Menara itu, Dahlan sempat bertanya soal asbak dan puntung rokok di sebagian ruang pengontrol. Seorang staf menjawab, tekanan kerja membuat staf stres dan harus merokok. Apalagi, saat itu cuaca sedang buruk sehingga tekanan kerja makin berat. Saat stres, petugas biasa menggebrak-gebrak meja di ruang pengontrol. (baca:Petugas ATC Tak Menyadari Sukhoi Menghilang?)

Lalu apa kata Dahlan? “Kalau stres jangan bekerja di sini. Kalau mau gebrak-gebrak, bikin saja orkes,” kata Ita menirukan ucapan Dahlan. Pun Dahlan menyindir ruangan pengontrol tak ubahnya restoran yang menyajikan berbagai makanan.

Kepada Majalah Tempo, Dahlan mengaku kaget dengan kondisi ruang pengontrol lalu lintas udara. Ia menilai tekanan kerja tak bisa menjadi alasan para petugas merokok di dalam ruangan. Apalagi, setiap dua jam kerja petugas harus beristirahat selama 45 menit. Ia langsung menghubungi direksi Angkasa Pura II. “Tentu saja saya kecewa,” katanya.

Deputi Senior General Manager PT Angkasa Pura II Mulya Abdi mengakui ada bawahannya ketahuan merokok saat Dahlan berkunjung. Tapi, ia membantah para petugas makan di ruangan dan menggunakan telepon genggam. “Sekarang sudah tidak ada lagi yang merokok. Ruangan itu steril,” katanya.


PRAMONO, AFRILIA SURYANIS, WAHYU MURYADI

Rabu, 16 Mei 2012

haa aku iso posting meneh

halo apa kabar? akhirnya aku iso maning posting ning blog
semoga semua menjadi semakin baek!!!!

Senin, 27 Februari 2012

haa iki : Sugeng Tindak bu Siti

Assalamu'alaikum Wr Wb,

minggu ini telah tiba waktunya, setelah sekian lama nandalem menanggung sakit seorang diri, Gusti Allah nimbali nandalem. tentu saja sebelum itu nandalem pasti sudah di lingkupi kesunyian, bahkan bukan hanya di saat-saat sakit, tapi telah bertahun-tahun sejak muda nandalem hidup dalam sepi sendiri. Insya Allah nandalem selalu menerima dengan ikhlas takdir yang nandalem sandang, sebagian orang dari sekitar nandalem menjadi 'orang' terangkat harkat kehidupannya, dan nandalem tetap sendiri selalu dengan kesunyian. kini tidak lagi nandalem dapat melihat gajah di alun-alun kidul seperti yang dulu nandalem suka lakukan sebelum sakit, apa yang nandalem pikirkan saat seperti itu tentu saja tak ada yang tahu malah mungin tak ada yang peduli. dan kalo tak salah nandalem juga tidak pernah bercerita untuk apa nandalem duduk-duduk disana melihat gajah, ataukah nandalem berusaha mengingat kembali pancaran rumah di kelokan jalan sebelah utara kandang gajah? yahhh mungkin rumah itu penuh kenangan buat nandalem namun sudahlah semua sudah berlalu, bahkan nandalem pada akhirnya juga harus kembali pada kasedan jati.
 "Sugeng Tindak bu Siti, mugi Gusti Allah kerso nampi sedoyo amal kasaean nandalem, lan Gusti Ingkang Murbeng Dumadi ugi Kerso Maring Pangapuro sedoyo kalepatan nandalem." (minggu 26 feb 2012) - Kito Sedoyo Kagunganipun Gusti Allah, lan Dhumateng Gusti Allah ugi Kito Sedanten Badhe Wangsul- Amin.

Wassalam.

Kamis, 23 Februari 2012

haa iki lagune Ritta Rubby Hartland

lyric : Kepada Alam Dan Pencintanya 

Pendaki gunung sahabat alam sejati
Jaketmu penuh lambang
Lambang kegagahan
Memproklamirkan dirimu pencinta alam
Sementara maknanya belum kau miliki

Ketika aku daki dari gunung ke gunung
Disana kutemui kejanggalan makna
Banyak pepohonan merintih kesakitan
Dikuliti pisaumu yang tak pernah diam

Batu-batu cadas merintih kesakitan
Ditikam belatimu yang tak pernah ayal
Hanya untuk mengumumkan pada khalayak
Bahwa disana ada kibar benderamu

Oh alam... korban keakuan
Oh alam.. korban keangkuhan
Maafkan mereka yang tak mau mengerti
Arti kehidupan...

Senin, 13 Februari 2012

haa iki : Ironi PDB

Sumber : http://web.inilah.com/read/detail/1829593/ironi-pdb

Kolom Andi Suruji

Ironi PDB!

Headline
Andi Suruji - inilah.com
Oleh:
Senin, 13 Februari 2012 | 13:37 WIB 
 
PEREKONOMIAN tumbuh cukup tinggi. Pendapatan per kapita masyarakat meningkat. Itu klaim pemerintah. Lantas mengapa panjang barisan pengangguran tak berkurang, dan jumlah orang miskin tidak menurun signifikan?
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan besaran perekonomian Indonesia yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun lalu telah mencapai Rp7.427,1 triliun. Kalau diukur pakai dolar Amerika Serikat, ya kira-kira US$850 miliar. Nah dari besaran PDB itu, jika dibagi dengan jumlah penduduk pada posisi tengah tahunan (sesuai teori ekonominya), diperoleh angka Rp30,8 juta atau US$ 3,542,9 per orang. Itulah yang diklaim sebagai pendapatan per kapita.
Hebat…! Selayaknyalah kita berbesar hati menyaksikan angka-angka itu. Apalagi, banyak negara lain yang terpuruk perekonomiannya. Teorinya, jika pertumbuhan ekonomi tinggi, pendapatan per kapita melonjak, menjadi indikator bertambahnya tingkat kesejahteraan rakyat. Sayangnya, apa yang dilihat mata – seperti angka-angka tadi – belum tentu bisa terkoneksi dengan rasa perasaan rakyat kebanyakan.
Mari kita merenung sejenak! Kita periksa orang-orang sekitar! Contoh paling dekat, pembantu rumah tangga. Apakah betul mereka itu, yang bekerja kadang-kadang lebih dari delapan jam sehari, memang telah mengantongi pendapatan Rp30,8 juta dalam setahun? Jika ya, syukur Alhamdulillah.
Fenomena pembantu rumah tangga ini membalikkan teori ekonomi. Kita sering kali kesulitan mencari pembantu. Artinya pembantu itu langka. Padahal teori ekonomi mengajarkan, sesuatu yang langka, permintaan tidak bisa terpenuhi oleh penawaran, pasti harganya mahal. Nyatanya, walaupun kita kesulitan, pontang-panting mencari pembantu, bahkan harus antre dan inden berbulan-bulan, toh harga alias upah mereka tidak juga mampu mensejahterakan mereka. Inilah salah satu yang diledek dalam buku “Matinya Ilmu Ekonomi”.
Nah, kembali ke soal pendapatan pembantu. Kalau mereka belum menerima pendapatan sebesar itu dalam setahun, mungkin Anda bertanya dalam hati bagaimana BPS melakukan penghitungan pendapatan per kapita tersebut?
Inilah…! BPS hanya membagi rata total nilai PDB dengan seluruh penduduk. Termasuk juga mereka yang tidak berproduksi sekalipun. Anak-anak, orang jompo, pun masuk sebagai pembagi. Padahal, pembentukan PDB, hanya disumbang oleh segelintir orang. Jangan-jangan PDB itu disumbang oleh hanya sekitar 20% dari total penduduk. Soalnya, PDB dihitung dari seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh semua unit usaha dan penduduk. Padahal, ada orang miskin, ada pengangguran, yang sangat kecil, bahkan nihil kontribusinya dalam perhitungan PDB.
Kalau kembali mempersoalkan PDB senilai Rp7.427,1 triliun dan pendapatan per kapita yang senilai Rp30,8 juta tadi, rasanya sudah tidak ada lagi orang miskin di Indonesia ini, bukan…! Dengan jumlah pendapatan sebanyak itu, tentu tidak perlu lagi ada anggaran beras untuk orang miskin.
Akan tetapi, nyatanya, menurut data BPS sendiri, jumlah orang miskin masih sekitar 30 juta orang. Belum lagi yang dikategorikan hampir miskin (near poor). Nah, yang hampir miskin ini, begitu ada gejolak harga, sementara pendapatan tidak membaik, atau bahkan sebaliknya justru memburuk, maka mereka juga langsung jatuh miskin. Ironis, memang. Padahal, anggaran untuk bantuan pemberantasan kemiskinan juga terus meningkat dari tahun ke tahun dalam anggaran pendapatan dan belanja negara.
Itulah yang sering dikatakan para pengamat, bahwa pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,5 persen pada tahun 2011, bahkan dinilai yang tertinggi pasca gelombang dahsyat tsunami krisis ekonomi belasan tahun silam, masih belum berkualitas. Tidak berkualitas karena pertumbuhan ekonomi yang terjadi, tidak banyak membuka lapangan kerja baru.
PDB justru dipicu sektor-sektor yang kurang mampu menyerap tenaga kerja secara masif. Lihat saja sektor pertanian, porsinya kian mengkerut dalam pembentukan PDB. Padahal di sektor inilah sekitar 40 juta orang menggantungkan hidupnya. Sektor keuangan yang relatif kecil daya serap tenaga kerjanya, justru meningkat signifikan perannya dalam pembentukan PDB.
Kesimpulan dari cerita indah PDB dan pendapatan per kapita ini, adalah masih terjadinya, atau bahkan semakin melebarnya kesenjangan antara yang kaya dan miskin. Inilah tugas pemerintah, mempersempit jurang perbedaan itu. Terapkanlah konsep pembangunan yang lebih adil.
Malulah bicara pertumbuhan ekonomi tinggi, pendapatan per kapita semakin meningkat, tetapi kian berjubel pula orang tidur di kolong jembatan. Pengemis makin banyak di jalanan, usia produktif terpaksa menjadi tukang ojek. Pedagang kaki lima semakin menyesaki trotoar, anak-anak putus sekolah. Ah, sederet indikator dan karikatur kemiskinan lainnya.
Oh…! Para elite tak lagi bicara konsep keberpihakan pada rakyat yang didera kemiskinan. Mereka sibuk bergunjing tentang proyek dan strategi mengorupsi uang negara. Amat bersemangat mengatur fasilitas ruang kerja mewah yang dilengkapi tempat tidur, padahal saat rapat pun mereka cuma tidur. Oh, negeri ini memang bertabur anekdot….
Andi Suruji, CEO & Editor-in-Chief Inilah Group. Artikel ini juga diterbitkan di majalah Inilah REVIEW edisi ke-24 yang terbit Senin, 13 Februari 2012.