Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2012/05/22/092405263/p-Sidak-Dahlan-ke-ATC-Bandara-Hasilnya-Kecewa
TEMPO.CO , Jakarta:-
 Tiga bulan sebelum manajemen lalu lintas udara di Bandara Udara 
Soekarno Hatta jadi sorotan pascatragedi Sukhoi Superjet 100, 
sesungguhnya kantor Menara Air Traffic Control Angkasa Pura II itu sudah
 jadi sasaran inspeksi mendadak Dahlan Iskan. Menteri Badan Usaha Milik 
Negara itu tiba-tiba saja muncul di menara, dan hasilnya, dia yang 
terkaget-kaget sendiri. "Saya kecewa" kata Dahlan Iskan kepada Tempo 
yang menemuinya, Rabu pagi 16 Mei 2012 lalu.
Inspeksi mendadak 
itu terjadi Ahad pagi, pertengahan Februari lalu. Dahlan tak sendiri 
kala itu, tapi bersama bekas anak buahnya, mantan wartawan Jawa Pos Siti
 Ita Nasyiah. 
Tak mudah pula bagi Dahlan untuk masuk kawasan 
menara yang dijaga superketat itu. Sang Menteri sempat dicegat satpam, 
bahkan juga diuber penjaga.Menurut Ita, sebelum masuk  menara ATC, 
Dahlan sempat berkeliling ke berbagai ruangan. Sang menteri juga 
terkaget melihat banyak ruangan kosong. Dan beratnya, Dahlan menemukan 
banyak asap rokok dimana-mana. 
Di lantai dua misalnya, terlihat 
asbak setinggi satu meter. Beberapa tempat abu juga berserak di 
meja-meja petugas. Ada juga wadah sterofoam mi instan dan plastik sisa 
makanan. Padahal, di pintu masuk menara tertulis: ruangan steril. Dan 
tulisan itu pula yang membuat Dahlan mencopot sepatu sebelum masuk.
Temuan
 lain, sejumlah petugas asik memainkan telepon genggam. Padahal kegiatan
 itu, haram dilakukan karena mampu mengganggu kerja komputer dan alat 
navigasi.(baca:Centang-perenang Menara Pengawas Pesawat (ATC))
Lalu
 apa yang ditemukan Dahlan di pusat menara pengatur lalu lintas yang 
dikenal steril itu? Dahlan terkaget karena ruangan itu juga dipenuhi 
kabut nikotin. Sang menteri bahkan memergoki satu petugas tetap asik 
merokok. " Petugas itu buru-buru matikan rokok sambil minta maaf" kata 
Ita. " Petugas itu tak mengenali kalau itu Pak Menteri yang membawahi 
semua perusahaan negara, termasuk Angkasa Pura II" 
Di Menara 
itu, Dahlan sempat bertanya soal asbak dan puntung rokok di sebagian 
ruang pengontrol. Seorang staf menjawab, tekanan kerja membuat staf 
stres dan harus merokok. Apalagi, saat itu cuaca sedang buruk sehingga 
tekanan kerja makin berat. Saat stres, petugas biasa menggebrak-gebrak 
meja di ruang pengontrol. (baca:Petugas ATC Tak Menyadari Sukhoi Menghilang?)
Lalu
 apa kata Dahlan? “Kalau stres jangan bekerja di sini. Kalau mau 
gebrak-gebrak, bikin saja orkes,” kata Ita menirukan ucapan Dahlan. Pun 
Dahlan menyindir ruangan pengontrol tak ubahnya restoran yang menyajikan
 berbagai makanan.
Kepada Majalah Tempo,
 Dahlan mengaku kaget dengan kondisi ruang pengontrol lalu lintas udara.
 Ia menilai tekanan kerja tak bisa menjadi alasan para petugas merokok 
di dalam ruangan. Apalagi, setiap dua jam kerja petugas harus 
beristirahat selama 45 menit. Ia langsung menghubungi direksi Angkasa 
Pura II. “Tentu saja saya kecewa,” katanya.
Deputi Senior General
 Manager PT Angkasa Pura II Mulya Abdi mengakui ada bawahannya ketahuan 
merokok saat Dahlan berkunjung. Tapi, ia membantah para petugas makan di
 ruangan dan menggunakan telepon genggam. “Sekarang sudah tidak ada lagi
 yang merokok. Ruangan itu steril,” katanya.
PRAMONO, AFRILIA SURYANIS, WAHYU MURYADI
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar