Tribunnews.com - Senin, 7 Januari 2013 09:07 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
Ia pernah menjadi kontestan Indonesian Idol, bahkan pernah menjadi "Sales Promotion Girl". Itu cerita dulu.
Kini,
ia pilot yang melesat di angkasa dengan Boeing atau Airbus. Ia adalah
Sarah Widyanti Kusuma (24). Mari terbang bersama Sarah!
Pada usia
belia, 21 tahun, Sarah telah menerbangkan pesawat penumpang jenis
Boeing. Mencuri start sebagai pilot termuda Garuda Indonesia, Sarah
hingga saat ini sudah mengantongi 2.200 jam terbang dan sedang menapaki
tahapan baru dalam kariernya.
Menjumpai Sarah seperti bukan
berhadapan dengan seorang pilot. Tubuhnya mungil dengan senyum yang
terus tersungging, sering kali membuat orang "tertipu". Meski sudah
memakai seragam pilot pun, penumpang selalu salah kira dan menduganya
sebagai pramugari.
Kini, Sarah kembali sekolah untuk persiapan
pindah pesawat dari tipe pesawat kecil, Boeing, ke tipe yang lebih
mutakhir, Airbus. Setelah tahapan dua bulan sekolah ini dilalui, Sarah
akan menerbangkan Airbus ke rute menuju Jepang, Korea, Australia, China,
Belanda, Uni Emirat Arab, dan Jeddah.
"Pesawat Airbus canggih
banget. Sampai sekarang saya masih wow! Untuk utak-atiknya harus belajar
ekstra, sama kayak nerbangin komputer. Canggih banget," kata Sarah
dengan mata berbinar.
Di sela kesibukan mempersiapkan diri menjadi
pilot Airbus itulah, Sarah menyediakan waktu untuk berbincang di
rumahnya di Bintaro, Tangerang Selatan. Saking lelahnya belajar, Sarah
masih tertidur di sofa pojok ruang tamu rumahnya ketika ibu dan
adik-adiknya sudah bersiap jalan-jalan di akhir pekan.
Matanya
langsung berbinar ketika diajak berbicara soal profesinya. "Yang membuat
bersemangat, pesawatnya canggih dan kita yang mengoperasikan,"
tambahnya.
Namun, Sarah melanjutkan, tanggung jawab kepada
penumpang ketika menerbangkan Boeing ataupun Airbus tetaplah sama.
Selama ini, Sarah menerbangkan pesawat Boeing dengan rute domestik dan
rute pendek ke luar negeri, seperti ke Singapura, Bangkok, dan Taiwan.
Semudah menyetir mobil
Bagi Sarah, menerbangkan pesawat itu semudah menyetir mobil manual.
Hanya saja, panel atau tombolnya lebih banyak. "Peran kita terutama
ketika take off dan landing. Selebihnya autopilot dan diarahkan oleh air
traffic controllers. Remnya, gasnya, sama kayak bawa mobil," kata
Sarah.
Kendaraan apa pun di tangan Sarah memang terasa sangat
mudah dikemudikan. Jika punya waktu libur dua hingga tiga hari, Sarah
sudah melesat pergi untuk menyelam. Seusai menyelam, ia akan mengambil
alih kemudi speed boat.
Sarah tak pernah menganggap tugasnya
berat. Ketika para pramugari masih melayani penumpang sebelum tinggal
landas, Sarah biasanya sudah merampungkan semua keperluan untuk terbang.
Sambil menunggu penumpang siap, Sarah mengisi waktu luangnya dengan
membaca di kokpit.
Setelah pesawat mengangkasa, Sarah sibuk
menjalin komunikasi dengan air traffic controllers dan berusaha mencari
jalan teraman ketika terjadi cuaca buruk. Jika seluruh tugas telah
dijalani, ia biasa menikmati perjalanan dengan melihat bintang, menatap
daratan, dan merenungi hidup.
"Hidup itu kayak main film. Hari ini
enggak mungkin sama dengan hari sebelumnya. Harus ada totalitas. Tuhan
menciptakan manusia itu mau jadi apa. Masih belajar menuju ke sana,"
ujar Sarah.
Hobi Nonton dan Berenang
Jika sudah tiba di suatu kota dan beristirahat minimal 15 jam di
hotel, Sarah akan mengisi waktu dengan menonton film, berenang, dan
tidur. Hanya sesekali ia menyempatkan diri melihat suasana kota sambil
mencari makan.
Ia menonton film apa saja, termasuk film India dan
film komedi Indonesia. Baginya, film menjadi senjata ampuh untuk
mengobati rasa galau. Ketika film Habibie dan Ainun diputar di bioskop,
Sarah buru-buru menontonnya. Soalnya ia mengidolakan Habibie dan
menggenggam impian untuk menciptakan pesawat buatannya sendiri. "Pilot
itu cuma operator pesawat. Masih keren yang nyiptain pesawatnya," tambah
Sarah.
Dibawa Jatuh
Dalam hidup, Sarah selalu tertantang meraih sesuatu yang lebih baik
daripada yang disediakan. Ketika hendak mendaftar untuk Jurusan Teknik
Pesawat Udara di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, ia
tiba-tiba terpikat pada pilihan lain, yaitu Jurusan Penerbang.
Ia
lalu menjalani rangkaian tes, termasuk tes bakat, yang membawanya
terbang untuk pertama kali. Pada ketinggian 3.000 kaki, instruktur
tiba-tiba mematikan mesin dan sesaat membiarkan pesawat latih itu jatuh
bebas. "Baru nerbangin pesawat pertama kali sudah dibawa jatuh,"
ujarnya.
Sarah lolos ujian mental itu dan kemudian menjalani
pendidikan gratis sebagai calon pilot selama dua tahun dua bulan. Ia
menjadi satu-satunya siswa perempuan. Sarah berjuang keras agar
kekuatannya ketika berlari atau di saat push up bisa menyamai
rekan-rekannya yang cowok.
Begitu lulus pada Februari 2009, ia
menjadi pilot Garuda dan mulai terbang pada 2010. Ketika ditanya rute
yang ditempuh saat pertama kali membawa pesawat berpenumpang, Sarah
tertawa dan menjawab, "Saya lupa."
Satu hal yang tak pernah
dilupakannya adalah ketika kapten pesawat pura-pura meninggal dunia dan
untuk pertama kalinya ia menerbangkan pesawat tanpa panduan. "Rasanya
benar-benar harus bertanggung jawab sama penumpang. Ternyata saya bisa
menerbangkan pesawat sendiri," tambahnya.
Sejak kecil, Sarah sudah
akrab dengan dunia penerbangan. Ia sering kali diajak ke tempat kerja
ayahnya yang bertugas di bagian teknik penerbangan. Sempat lima tahun
mengikuti ayahnya tinggal di Biak, Sarah berharap suatu saat bisa
membuka sekolah untuk anak-anak kurang mampu di sana. Agar suatu hari
kelak, mereka bisa terbang juga bersama Sarah untuk menggapai mimpi....
Di antara ayam jago
Ketika Sarah masih di dalam kandungan, sang ibu sudah terbiasa
berhadapan dengan binatang liar, seperti biawak, di pedalaman Biak,
Papua. Sarah lantas bertumbuh menjadi gadis kecil yang pemberani,
periang, dan tomboi.
Jika ayahnya sedang memperbaiki mesin, Sarah
kecil ikut-ikutan sibuk dengan membalikkan sepeda mininya. Sifat tomboi
itu ternyata berlanjut ketika ia menjadi satu-satunya siswa perempuan di
STPI. Di STPI, Sarah harus tampil seperti ayam jago, julukan bagi anak
laki-laki siswa STPI. Rekan-rekannya akan meledek setiap kali dia ingin
menangis. "Lu cengeng banget, sih, baru kayak gitu," ujar Sarah
menirukan ucapan rekan-rekannya kala itu.
Ketika rekan-rekannya
mengagumi kecantikan pramugari saat tes kesehatan bareng, Sarah hanya
berujar, "Iya cantik-cantiklah, enggak ada yang dihukum!"
Seorang
sahabatnya lantas menimpali, "Tenang Sarah, kamu tetap paling cantik di
ketinggian one up to three thousand feet ha-ha-ha...."
Ketinggian
jelajah terbang Sarah kala itu memang di antara 1.000-3.000 kaki.
Kebalikannya, setelah Sarah menjadi pilot, rekan-rekan sesama lulusan
STPI menuntutnya untuk tampil lebih "cewek". Mereka sampai membelikannya
gaun hingga sepatu hak tinggi.
Pramugari di Garuda Indonesia juga
selalu mendorong Sarah agar berdandan. Dari awalnya bergaya kasual
dengan jins dan kaus, Sarah mulai merias wajah. "Pramugari bilang jangan
terlihat kucel dong. Make up dikit karena bawa nama Garuda dan bangsa,"
kata Sarah.
Bekerja di lingkungan yang didominasi pria, Sarah
bertekad akan menjadi istri dan ibu yang baik. "Saya lebih cocok punya
pacar yang enggak sering ketemu. Sebulan sekali ketemu itu lebih bagus,"
tambah Sarah sambil tertawa.
Ia pun sudah menyiapkan siasat
perawatan anak jika telah menikah dan harus terbang jauh. Sarah
berencana mengajak anaknya ikut terbang dengan dijaga sang nenek.
"Jangan
sampai anakku tahunya ibunya itu mamaku. Airbus terbang paling lama
sembilan hari, bayi bisa diajak. Sisanya, bisa pulang setiap tiga atau
empat hari sekali," ujar Sarah. (Mawar Kusuma)
Sumber : http://www.tribunnews.com/2013/01/07/sarah-widyanti-jebolan-indonesian-idol-dan-mantan-spg-kini-jadi-pilot
Tidak ada komentar:
Posting Komentar