Jumat, 27 Mei 2011

haa iki ...Harry hanya menggowes becak dan menikmati nyanyian kehidupan

Fenomena Harry van Yogya

Tribunnews.com - Jumat, 27 Mei 2011 07:25 WIB
 
 
 
PERTEMUAN pertama dengan Harry van Yogya terjadi beberapa bulan lewat--perkenalan yang diperantarai Sony Set. Kami berbincang akrab hingga sampailah pada gagasan menuliskan jejak Harry van Yogya sebagai becaker yang setia melayani para pelancong di kota Jogja. Rencana pun disusun, harus ada penulis yang mendampingi Mas Harry ini dan terpilihlah Erwin Skripsiadi--penulis sekaligus praktisi IT yang bersemangat empat lima.

Terbetiklah gagasan untuk membuat buku dengan judul The Becak Way, belakangan dibubuhi tambahan anak judul: Jalan Becek Harry van Yogya. Bukan hendak menyaingi buku semacam The Toyota Way, tetapi setiap bidang kehidupan itu pastilah ada sebuah prinsip yang dipegang teguh pelakonnya.

Jadilah sebuah buku inspiratif tentang perjalanan 'becek' Harry van Yogya ditambah nilai plus soal pariwisata Jogja yang menjadi pengamatan Harry dan impiannya pada masa depan sebagai becaker. Tidak tanggung-tanggung, walikota Jogja pun memberikan apresiasi dalam bentuk pengantar. Keunikan ini pula yang mengundang XL untuk mendokumentasikan perjalanan Harry van Yogya. Mengapa? Tidak lain tidak bukan karena Harry adalah becaker gaul dengan perangkat komunikasi yang selalu menemani hari-harinya, handphone dan laptop. Harry adalah pengguna social media semacam facebook. Ia pun menjaring pelanggan dari luar negeri, terutama Belanda (negara yang bahasanya dikuasai Harry) untuk membooking layanan becaknya keliling Jogja. Menarik, bukan?

TV One pun meminta Harry hadir dalam acara bedah buku di Apa Kabar Indonesia pagi. Terakhir, Harry hadir dalam acara Hitam-Putih-nya Deddy Corbuzier. Kami bahkan merencanakan pada Pesta Buku Jakarta nanti memboyong Harry dan becaknya... Mudah-mudahan Pak Fauzi Bowo tidak keberatan becak masuk Jakarta lagi. :)

Bagi saya dunia buku memang fenomenal untuk mengangkat apa pun. Cover buku Harry van Yogya boleh jadi tidak menarik dan terkesan menggunakan kualitas foto seadanya. Namun, itulah blessing in disguise--don't judge a book by it's cover! Judul dan isinya mengandung magnet yang lebih dari desain cover, termasuk sosok Harry van Yogya sendiri.

Inspiring... begitu kata Onno W. Purbo, praktisi IT, mengomentari buku dan sosok Harry van Yogya. Sosok yang mungkin membuat kita geleng-geleng kepala atau suka soal prinsip becaker dan bagaimana ia pun berpikir tentang kota tercintanya, Jogja. Perjalanan Harry juga penuh elegi karena istri tercintanya berpulang disebabkan menjadi korban gempa Jogja tepat lima tahun silam. Harry harus berjuang menghidupi anak-anak tercintanya, mengandalkan koneksi pelanggan becaknya di mancanegara. Namun, Harry memang bukan Briptu Norman yang langsung melesak dan naik daun gara-gara menyanyi... tapi Harry hanya menggowes becak dan menikmati nyanyian kehidupan, lalu membukukannya... Chaiya-chaiya... Selamat Mas Harry.

Bambang Trim
#komporis-buku-indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar