K24-11   |                            Agus Mulyadi |                                   Kamis, 5 Mei 2011 | 21:50 WIB
 
  SHUTTERSTOCK         Ilustrasi kopi     
         ENREKANG, KOMPAS.com — Terletak di daerah  dengan iklim dingin, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, menjadi salah  satu penghasil kopi berkualitas bagus yang mendapat pengakuan dari  beberapa negara di dunia. Bahkan, tahun 2008, Penelitian Kopi dan Kakao  Indonesia (PKKI) menempatkan kopi hasil Bumi   Massenrempulu tersebut di  rating pertama terbaik di Indonesia.Enrekang terletak di  ketinggian hingga 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl), yang  sebagian besar   wilayahnya berada dalam tekstur pegunungan dan  berbukit. Berdasarkan prestasi itu, Badan Pengelola Kawasan  Pengembangan Ekonomi Terpadu (BP Kapet) Kota Parepare, Sulawesi Selatan,  wilayah Ajatappareng kemudian menjalin kerja sama dengan investor dari  negeri jiran, Malaysia, yang mulai melirik dan   tertarik dengan biji  kopi petani Enrekang. Kedatangan investor Malaysia sebagai tindak lanjut atas rencana  MoU ekspor kopi Enrekang langsung ke Kuala Lumpur.
"Sejauh ini, kopi Enrekang paling banyak dibeli pengusaha-pengusaha dari Aceh. Pengusaha asal Acehlah kemudian memasarkan kopi Enrekang ke luar negeri, di antaranya Kuala Lumpur. Kopi Enrekang kemudian dikenal di Malaysia," kata Direktur Umum BP Kapet Kota Parepare Bonggo Sodding kepada Kompas.com, Kamis (5/5/2011).
Sejumlah investor Malaysia yang tergabung dalam Lembaga Pemasaran dan Pertanian Persekutuan (Fama) dalam pertemuan Kamis siang menyerahkan 30 persen panjar sebagai tanda jadi kerja sama, sebelum pengiriman awal kopi ke Malaysia dilakukan dalam waktu dekat ini.
"Kita harapkan kerja sama ini bisa lebih membantu petani kopi Enrekang meningkatkan perekonomiannya. Petani pun diharapkan tetap menjaga kualitas terbaik kopi yang dihasilkan agar nilainya bisa disesuaikan dengan patokan harga internasional," papar Bonggo Sodding.
Di Kabupaten Enrekang, penghasil kopi terpusat di beberapa wilayah, antara lain Desa Bone-Bone di Kecamatan Baraka, Desa Buntu Sarong di Kecamatan Masalle, dan Desa Buntu Mondong di Kecamatan Buntu Batu.
Selain Malaysia, cita rasa kopi Enrekang juga menarik perhatian tiga investor asal Australia, China, dan Jerman. Tiga negara itu belum lama ini juga menyatakan keseriusannya menggarap potensi kopi arabika di Kabupaten Enrekang, yang rata-rata per tahun di tiap desa bisa menghasilkan 300 ton.
Amri, petani kopi di Desa Bone-bone, mengaku bahwa semakin banyak investor yang tertarik dengan komoditas kopi Enrekang, hal itu semakin menambah semangat petani setempat untuk lebih mengembangkan tanaman kopi. Lagi pula, kopi memang tumbuh subur, utamanya di dataran tinggi di Enrekang.
Selain pemasaran yang lebih mudah, harga jual kopi Enrekang pun terus merambat naik. Saat ini, harga kopi jenis arabika mencapai 180 dollar AS (setara Rp 160.000) per kilogram.
 
"Sejauh ini, kopi Enrekang paling banyak dibeli pengusaha-pengusaha dari Aceh. Pengusaha asal Acehlah kemudian memasarkan kopi Enrekang ke luar negeri, di antaranya Kuala Lumpur. Kopi Enrekang kemudian dikenal di Malaysia," kata Direktur Umum BP Kapet Kota Parepare Bonggo Sodding kepada Kompas.com, Kamis (5/5/2011).
Sejumlah investor Malaysia yang tergabung dalam Lembaga Pemasaran dan Pertanian Persekutuan (Fama) dalam pertemuan Kamis siang menyerahkan 30 persen panjar sebagai tanda jadi kerja sama, sebelum pengiriman awal kopi ke Malaysia dilakukan dalam waktu dekat ini.
"Kita harapkan kerja sama ini bisa lebih membantu petani kopi Enrekang meningkatkan perekonomiannya. Petani pun diharapkan tetap menjaga kualitas terbaik kopi yang dihasilkan agar nilainya bisa disesuaikan dengan patokan harga internasional," papar Bonggo Sodding.
Di Kabupaten Enrekang, penghasil kopi terpusat di beberapa wilayah, antara lain Desa Bone-Bone di Kecamatan Baraka, Desa Buntu Sarong di Kecamatan Masalle, dan Desa Buntu Mondong di Kecamatan Buntu Batu.
Selain Malaysia, cita rasa kopi Enrekang juga menarik perhatian tiga investor asal Australia, China, dan Jerman. Tiga negara itu belum lama ini juga menyatakan keseriusannya menggarap potensi kopi arabika di Kabupaten Enrekang, yang rata-rata per tahun di tiap desa bisa menghasilkan 300 ton.
Amri, petani kopi di Desa Bone-bone, mengaku bahwa semakin banyak investor yang tertarik dengan komoditas kopi Enrekang, hal itu semakin menambah semangat petani setempat untuk lebih mengembangkan tanaman kopi. Lagi pula, kopi memang tumbuh subur, utamanya di dataran tinggi di Enrekang.
Selain pemasaran yang lebih mudah, harga jual kopi Enrekang pun terus merambat naik. Saat ini, harga kopi jenis arabika mencapai 180 dollar AS (setara Rp 160.000) per kilogram.
Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar