Senin, 09/05/2011 15:30 WIB
Konyolnya Studi Banding DPR (3)
   Puluhan Miliar Keluar, Hasilnya Tak Bisa Diharapkan      
 M. Rizal - detikNews
Jakarta -   Studi banding anggota DPR ke luar negeri menghabiskan dana puluhan  miliar. Sementara hasilnya tidak bisa diharapkan. Tidak heran bila 78  persen masyarakat menolak studi banding DPR.
Menurut Forum  Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), sampai November 2010,  dana kunjungan kerja anggota DPR yang tergabung dalam alat kelengkapan  atau komisi senilai Rp 30,91 miliar. Dana ini belum termasuk dana  kunjungan kerja anggota DPR untuk delegasi beberapa pertemuan parlemen  dunia yang jumlahnya Rp 8,1 miliyar.
Sementara biayai kunjungan  kerja DPR untuk tahun 2011 ini saja, yang belum sampai pertengahan  tahun, sudah menghabiskan sekitar lebih dari Rp 12,7 miliar. Rinciannya,  dana untuk 5 pelesiran 11 anggota Komisi I selama tujuh hari seperti ke  AS, Turki,Rusia, Perancis dan Spanyol memakan biaya lebih dari Rp 5,7  miliar. 
Kunjungan kerja 13 anggota komisi selama satu pekan ke  China dan Spanyol senilai Rp 2 miliar. Kunjungan 13 anggota Komisi VIII  ke Cina dan Australia senilai Rp 1,5 miliar dan kunjungan 13 anggota  BURT DPR ke Inggris dan AS senilai Rp 3,6 miliar.
Masyarakat  sudah seringkali mengkritik studi banding DPR tersebut. Namun DPR tidak  peduli dan tetap melenggang pergi ke luar negeri. Data Pusat Studi Hukum  dan Kebijakan (PSHK) menyebutkan setidaknya ada 7 kunjungan kerja  anggota DPR ke luar negeri pada kurun waktu tahun sidang 2009-2010, yang  sering diprotes. 
Di antaranya yakni kunjungan kerja Panitia  Kerja RUU Kesejahteraan Sosial Komisi VIII ke China, Panitia Khusus RUU  Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang ke Perancis  dan Australia, kunjungan kerja Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) ke  Maroko, Jerman dan Perancis.
Lalu kunjungan kerja Pansus RUU  Protokol ke Perancis, kunjungan kerja Komisi V dalam rangka pembahasan  RUU Perumahan dan Pemukiman ke Austria, kunjungan Panja RUU Cagar Budaya  Komisi X ke Turki dan Belanda, serta kunjungan Panja RUU Grasi Komisi  III ke Belanda dan Selandia Baru. Sementara untuk masa sidang tahun  2010-2011 ini baru tercatat ada 16 kunjungan kerja yang dilakukan DPR ke  luar negeri.
Dari 16 rencana kunjungan ini yang terlaksana 13  kunjungan, seperti kunjungan Panja RUU Holtikultura Komisi IV, Panja RUU  Kepramukaan Komisi X, Panja RUU Keimigrasian Komisi III, Panja RUU Mata  Uang Komisi XI, Komisi VIII, Badan Legislasi, Badan Kehormatan, Komisi  V, Panja RUU Otoritas Jasa Keuangan Komisi XI, Komisi VI, Panja RUU  Pencegahan dan Pemberantasan Pembalakan Liar Komisi IV dan Panja RUU  Informasi. Kunjungan-kunjungan itu sendiri dilakukan ke negara seperti  Korea Selatan, Jepang, Selandia Baru, Belanda, Perancis, Swiss, Inggris,  Afrika Selatan, Kanada, Amerika Serikat, Filipina, Yunani, Italia,  Rusia, Jerman, Hongaria, Hongkong, Turki da Brazil. Belum lagi 8 kali  kunjungan alat kelengkapan pada tahun sidang 2009-2011 ke sejumlah  negara.
Survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) tahun 2011 ini juga  menunjukkan masyarakat sudah muak dengan studi banding DPR yang tidak  ada gunanya. Hasil survei LSI menyatakan sebanyak 78 persen masyarakat  tidak setuju studi banding DPR ke sejumlah negara. 
"78 persen  masyarakat menolak studi banding dengan alasan meningkatkan kinerja,  karena selama ini studi banding yang dilakukan oleh anggota DPR lebih  tampak di mata publik sebagai kedok untuk menutupi nafsu pelesiran,  ketimbang retorika meningkatkan kinerja," kata peneliti LSI Burhanuddin  Muhtadi kepada detikcom.
Penelitian ini menguatkan hasil survei  pada tahun 2009 silam. Pada awal bulan September 2009, tidak lama  setelah anggota DPR periode 2009-2014 dilantik, LSI melakukan survei  tentang Evaluasi Publik terhadap Kinerja DPR.
Saat itu  respondennya 1.220 orang di 33 Provinsi se-Indonesia. Responden sempat  ditanya soal setuju atau tidaknya masyarakat terhadap kunjungan kerja ke  luar negeri yang biasa dilakukan anggota DPR selama ini. Hasilnya 61,3  persen tidak setuju studi banding. 
Forum Masyarakat Peduli  Parlemen Indonesia (Formappi) juga mengutarakan hal serupa. "Itu semakin  memperjelas bahwa studi banding tidak ada gunanya. Itu hanya modus DPR  saja untuk jalan-jalan dan mendapatkan uang saku," kata Koordinator  Formappi, Sebastian Salang.
Menurut Sebastian, studi banding DPR  sejak awal perencanaan telah memberikan kesempatan kepada para  anggotanya untuk berfoya-foya. Misalnya ketika anggaran dibahas, mereka  menetapkan platform alat-alat kelengkapan negara, misalnya jalan-jalan  ke luar negeri dua sampai tiga kali untuk sekian negara. 
Memang  hasil studinya sangat jauh dari yang diharapkan. "Tidak ada hasil studi  dan Undang-Undang yang berkualitas yang dihasilkan dari kunjungan kerja  tersebut," jelasnya.
Meski survei telah membuktikan masyarakat  menolak studi banding, anggota DPR tetap beranggapan masyarakat  sebenarnya hanya mengevaluasi studi banding agar efektif.
"Kalau  kita melihat, masyarakat itu tidak melarang, tapi menekankan pada  efektivitas, transparansi dan akuntabilitas kepada publik,"kata anggota  Wakil Ketua DPR dari Fraksi PAN Taufik Kurniawan.
 (zal/iy)
Sumber : http://www.detiknews.com/read/2011/05/09/153011/1635628/159/puluhan-miliar-keluar-hasilnya-tak-bisa-diharapkan?9911012
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar