Kamis, 30 Desember 2010

haa iki Bisa Menjadi Contoh

PARIWISATA
Belajar dari Keseriusan Malaka
Kamis, 30 Desember 2010 | 03:25 WIB
KOMPAS/ORIN BASUKI
Pemerintah Negeri Malaka (setingkat provinsi di Indonesia) di Malaysia membangun fasilitas pengatur debit air tepat di muara Sungai Malaka (pertemuan dengan Selat Malaka). Fasilitas ini memungkinkan permukaan air di sepanjang Sungai Malaka stabil sehingga 26 kapal hias (Malaka Cruise) dapat mengalir tenang memanjakan para pelancong yang mencapai 1.000 orang per hari.
 
Orin Basuki
”Target kami 10 juta wisatawan yang masuk ke Malaka,” demikian ditegaskan Ketua Menteri Malaka Datuk Seri Mohammad Ali bin Mohammad Rustam. Ini bukan omong kosong. Malaka punya modal keindahan untuk menarik wisatawan asing ke provinsi di bagian barat Semenanjung Malaysia ini.
Meski hanya sebuah provinsi, target kunjungan wisatanya melebihi target Indonesia sebagai negara. Kunci dari keberanian negara bagian ini menetapkan target adalah fokus pada kebijakan untuk mengembangkan sektor pariwisata mereka.
Lihat saja wisata di Sungai Malaka. Meski telah larut, sekitar pukul 23.00 waktu setempat, wisatawan masih dimanjakan dengan ketenangan, udara yang bersih, dan areal sekitar sungai yang ditata apik di sepanjang sungai ini.
Wisata di sungai ini tak mahal. Untuk menikmati wisata dengan 1 perahu, dari 26 perahu hias, yang disediakan Pemerintah Malaka, ongkosnya 10 ringgit Malaysia, sekitar Rp 28.000.
Dengan perahu hias, wisatawan menuju muara (pertemuan Sungai Malaka dengan Selat Malaka). Di kedua tepian sungai, berdiri bangunan tua dan baru yang tertata harmonis.
Antara bangunan rumah dan Sungai Malaka dibangun pedestrian, baik bagi pejalan maupun pengendara sepeda. Beberapa rumah penduduk telah disulap menjadi kafe, tempat wisatawan beristirahat.
Di beberapa bagian, di tepian sungai, tumbuh pepohonan, antara lain pohon buah Malaka. Di sisi lain sungai, Pemerintah Malaka membiarkan bakau tumbuh subur dan rapat. Area ini untuk habitat biawak, yang dibiarkan hidup bebas di sana.
Sepanjang perjalanan menyusuri sungai, suasana terang oleh kerlap-kerlip lampu, siang ataupun malam. Semua bangunan di sepanjang tepian sungai dipasangi lampu warna-warni, yang dinyalakan sepanjang hari. Pemerintah Malaka yang menanggung biaya listriknya.
Sesekali, perahu berada di bawah jembatan tua, yang dijaga keasliannya. Mirip Puente de Rialto di Venesia dalam ukuran lebih kecil.

Komitmen semua orang
Untuk membuat Sungai Malaka elok, Pemerintah Malaka menginvestasikan 370 juta ringgit Malaysia, atau Rp 1,11 triliun, untuk masa enam tahun.
”Dulu, perahu nelayan bisa keluar masuk sungai. Sekarang kami larang, dipindahkan ke bagian lain. Dulu, penduduk di tepi sungai leluasa membuang limbah rumah tangga, sekarang harus disaring dulu. Dulu, sungai ini tidak memiliki pengatur debit air, sekarang ada, sehingga kedalaman air tetap sama sepanjang hari. Kami bangun ini dengan komitmen semua orang,” kata Sekretaris Pemerintah Daerah Malaka Ramlee.
Upaya itu tak sia-sia. Kini, pendapatan Pemerintah Malaka dari penjualan tiket Malaka Cruise 10.000 ringgit Malaysia per hari, atau sekitar Rp 30 juta.
Keuntungan tidak hanya itu, dengan mengikuti wisata Malaka Cruise, pelancong melihat etalase wisata yang ada di Malaka. Dari pandangan pertama itu, pelancong diharapkan akan tinggal lebih lama.
Malaka dapat dicapai dari Dumai, Riau, menggunakan kapal cepat sekitar dua jam. Malaka bisa juga diakses dari Kuala Lumpur menggunakan bus dengan harga tiket 11 ringgit Malaysia, sekitar Rp 33.000. Bisa juga dari Singapura dan Johor dengan tiket bus 22 ringgit Malaysia, setara Rp 66.000.
Bus-bus ini sangat jarang ada di Indonesia. Semidouble decker, bersih, nyaman, dengan pelayanan maksimal, dan diberangkatkan setiap 30 menit sekali. Berapa pun jumlah penumpangnya, bus tetap berangkat sesuai jadwal. Jika tidak berminat naik bus, bisa dengan taksi.
Perjalanan Malaka-Kuala Lumpur ditempuh dua jam. Adapun jika dari Singapura empat jam. Semua perjalanan melintasi jalan bebas hambatan.
”Pelancong yang menetap di salah satu hotel di Malaka bisa ke Singapura pulang pergi, tak perlu khawatir kemalaman karena jaraknya dekat,” ujar Pak Mah, pengusaha penyewaan mobil.
Dengan semua kemudahan itu, Malaysia sudah siap menyedot pelancong asal Indonesia sebanyak-banyaknya. Bayangkan jika Malaysia dan Indonesia terhubung melalui darat.
Pemerintah Malaka antusias membangun jembatan untuk menghubungkan RI dan Malaysia, yaitu Jembatan Selat Malaka. Bahkan, Pemerintah Malaka sudah membentuk perusahaan untuk mewujudkan jembatan itu, yaitu Strait of Malacca Partner Sdn Bhd. Jembatan Selat Malaka dirancang untuk menghubungkan Malaka dengan Pulau Rupat Dumai, Riau.
Investasi untuk membangun jembatan itu diperkirakan 12 miliar dollar AS, atau sekitar Rp 108 triliun. Pembangunan jembatan menunggu izin dari Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Federal Malaysia.

Serius
Indonesia harus serius menyikapi rencana ini. Faktanya, infrastruktur di Dumai, Riau, dan sebagian besar Sumatera tertinggal dibandingkan Malaysia.
Perjalanan Dumai-Pekanbaru memang ditempuh empat jam, tetapi situasinya jauh dibandingkan Malaka-Singapura atau Malaka-Kuala Lumpur.
Jalan Dumai-Pekanbaru relatif sempit dan harus berbagi dengan truk pengangkut kelapa sawit, tangki minyak kelapa sawit mentah (CPO), atau truk pengangkut kayu akasia (bahan baku industri pulp dan kertas).
Sementara angkutan umum, hanya bus dengan fasilitas yang minim dan jam keberangkatannya tak terjadwal dengan baik.
”Jalan itu kelas tiga, hanya mampu menahan beban tidak lebih dari 10 ton per truk. Namun, sekitar 1.000 truk dengan muatan 10-15 ton setiap hari melintasi jalan Pekanbaru-Dumai. Hanya satu solusi, naikkan kualitas jalan ke kelas satu,” kata Gubernur Riau Rusli Zaenal.
Apabila soal jalan terselesaikan, beberapa tujuan wisata bisa terhubungkan. Riau punya tujuan wisata yang tidak kalah dengan Malaka. Istana Siak Sri Indrapura, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Taman Nasional Tesso Nelo, serta kekayaan kuliner yang tersebar di beberapa kota. Namun, semua itu ”terkubur” karena infrastruktur jalan menyedihkan.
Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2010/12/30/03251928/belajar.dari.keseriusan.malaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar