Kamis, 30 Desember 2010

haa iki Wisata Bahaya atau Wisata Alam?

Berkah Wisata Bencana
Kamis, 30 Desember 2010 | 03:27 WIB
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
 
 
Sejumlah wisatawan nekat melintasi material vulkanik sisa erupsi Merapi, yang masih mengepulkan asap panas dan bau belerang, untuk melihat kondisi Kali Gendol di Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Rabu (29/12). Hampir dua bulan berlalu sejak erupsi besar Merapi, material vulkanik yang menutup Kali Gendol masih panas dan terkadang menimbulkan letupan gas belerang yang bisa membahayakan wisatawan.
Yogyakarta, Kompas - Libur panjang menjelang akhir tahun membawa berkah bagi korban bencana Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Masyarakat dari berbagai tempat memadati kawasan yang tertimbun awan panas saat erupsi terjadi untuk berwisata.
Masyarakat pun mendirikan lapak dan berdagang makanan hampir di semua ruas jalan desa-desa di kawasan yang tertimbun awan panas di lereng Merapi, Rabu (29/12). Mereka beruntung karena pengunjung ramai sehingga mendapatkan omzet lumayan.
Pandi (54), warga Dusun Batur, Kepuharjo, Yogyakarta, bersama kerabatnya, Barli, mendirikan lapak di tepi Kali Gendol. Lapaknya masuk Dusun Kepuh, yang tertimbun material vulkanik 3-5 meter,
Sementara pedagang lain membuka lapak di tepi Kali Kuning dan Kali Boyong. Ketiga sungai berhulu di Gunung Merapi itu berisi material vulkanik.
Menuk (27), warga Dusun Pagerjurang, Kepuharjo, membuka lapak sepekan lalu dengan modal Rp 300.000. Ia sebelumnya bekerja di peternakan ayam di dusunnya, yang telah tutup karena tertimbun material vulkanik. Rumah Menuk juga tertimbun.
Bisnis perhotelan di Yogyakarta ternyata masih lesu. Kamar hotel berbintang rata-rata baru terisi 60 persen dan kamar hotel melati sekitar 40 persen.
”Kondisinya jauh lebih buruk dari tahun 2009. Tahun lalu, sejak 23 Desember, pemesanan kamar di hotel berbintang sudah 90 persen, sedangkan hotel melati sekitar 80 persen,” kata Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Yogyakarta Deddy Pranowo Eryono.
Para pengelola hotel pun melakukan promosi, seperti potongan harga sampai 20 persen di hotel melati dan paket wisata ”Jogja Recovery” di hotel berbintang senilai Rp 800.000. Turis mendapat tur sehari ke Candi Borobudur dan Gunung Merapi serta menginap di hotel berbintang empat selama tiga hari dua malam.
Menurut Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) DIY Edwin Ismedi Himna, arus kunjungan wisatawan setelah erupsi Merapi belum pulih benar. ”Desember memang lumayan, terutama dari liburan anak-anak sekolah,” ujarnya.
Asita DIY akan merancang paket wisata yang lebih murah dari ”Jogja Recovery”.
”Untuk menginap kami alihkan ke hotel bintang tiga sehingga lebih murah. Saat ini banyak hotel bintang III ke bawah yang minta dibuatkan paket wisata,” kata Edwin.
Kelesuan bisnis pariwisata juga dialami pelaku usaha di kawasan Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur.
Manajer Hotel Sukapura Permai di Kecamatan Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur, M Taqrib, mengatakan bahwa tingkat hunian hotel yang ia kelola turun drastis menjelang datangnya tahun 2011. Dari 30 kamar di hotel tersebut, tidak sampai 10 kamar diisi tamu. Biasanya, dalam situasi normal, seluruh kamar hotel akan terisi penuh pengunjung seminggu sebelum dan sesudah pergantian tahun.
Banyak turis membatalkan pemesanan kamar sehingga banyak pemilik penginapan yang memilih tutup sementara.
”Mereka tidak mau mengambil risiko jika sewaktu-waktu Gunung Bromo membahayakan wisatawan,” kata Taqrib.
Menurut pemilik penyewaan jip, Andik Setyawan (29), tahun ini merupakan kondisi terburuk selama kurun 16 tahun.
Biasanya, Andik bisa mengantongi pendapatan kotor sedikitnya Rp 1 juta dengan mengantar turis yang ingin menyaksikan pergantian tahun di puncak gunung Bromo.

Hindari malam hari
Di Bandung, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono mengatakan, sebagian besar gunung berapi masih aman untuk dikunjungi saat malam pergantian tahun. Namun, pengunjung diharapkan mematuhi anjuran para pengawas gunung api.
”Mayoritas gunung api masih aman dikunjungi. Namun, tetap harus waspada untuk berjaga-jaga munculnya peningkatan status secara tiba-tiba,” ujarnya.
Wisatawan sebaiknya tidak mendekati kawah dalam radius 2,5 kilometer-3 kilometer karena berbahaya. Pengunjung juga dilarang mendekati kawah pada malam hari demi menghindari gas beracun. ”Jika ada upacara keagamaan sebaiknya berkoordinasi dengan petugas,” katanya. (pra/ENY/CHE/APO)
Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2010/12/30/03272437/berkah.wisata.bencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar