Senin, 06 Desember 2010

haa iki Mengajar & Diplomasi

Ada Nadia dan Ucok di Busan
Senin, 6 Desember 2010 | 03:04 WIB
Jimmy S Harianto

Wajah boleh Korea, tetapi mereka lebih suka dipanggil dengan nama Indonesia. Ada yang pilih dipanggil sebagai Teguh, Agung, Ayu, Yuni, Sari, atau Tiara. Ada juga satu-dua mahasiswa yang masih menunggu dicarikan nama.
Sang dosen asli Sumatera Barat, M Yusuf, sejak mengajar di Jurusan Bahasa Indonesia-Malaysia di Busan Foreign Studies, Busan, Korea Selatan, dua tahun lalu, sengaja membuat kebiasaan itu agar para mahasiswa lebih meng-Indonesia.
”Tadinya ia akan saya namai Markonah,” seloroh M Yusuf (48), menunjuk mahasiswa cantik yang paling populer di Jurusan Indonesia, Lee Seon-hee. ”Saya pilih dipanggil Nadia Putri,” ungkap Lee Seon-hee, yang dikenal oleh para tenaga kerja Indonesia (TKI).
Nadia sering berperan sebagai penerjemah dalam 10 lebih kasus hukum buruh migran Indonesia serta menjadi sukarelawan bagi tahanan atau narapidana asal Indonesia di Busan.
Nadia pernah setahun magang belajar bahasa di Universitas Gadjah Mada, setengah tahun lagi tinggal di sekitar Pondok Indah, Jakarta, serta sering menjadi pembawa acara berbahasa Indonesia di Korea.
Gadis berumur 22 tahun dan luwes berseloroh ini memuji Yusuf. ”Caranya mengajar tak membosankan, itu sebabnya,” ungkap Nadia, yang mampu menangkap nuansa-nuansa khas kata-kata Indonesia, yang hanya dimengerti WNI.
Yusuf, kata Nadia, tak sekadar mengajar, tetapi juga memberinya pengetahuan tentang budaya Indonesia dan berita hangat di Indonesia seperti gempa.
Jurusan Indonesia di Busan memiliki para mahasiswa modis serta berbakat seni suara. Che Gyu-yun dua kali memenangi ”lomba menyanyi lagu asing” di kampus dengan menyanyikan dua lagu Afgan, ”Bukan Cinta Biasa” tahun lalu serta tahun ini ”Terima Kasih Cinta”. Afgan, penyanyi Indonesia, populer di kampus. ”Karena ia juga ganteng,” ujar Nadia.
Sama populernya dengan Nadia, di kampus juga ada Iwan (bernama asli Kang Kyoung-su). Iwan juga dikenal para TKI karena sering membantu penanganan kasus yang membelit sejumlah TKI. Bicaranya fasih, dan runtut. Iwan tegas dalam mengungkapkan pendapatnya. ”Saya Ketua Mahasiswa Jurusan Indonesia,” ungkap Iwan, yang pernah tinggal di Batam.

Diberitakan meninggal
Yusuf juga akomodatif. ”Saya memberikan dispensasi kepada mahasiswa tidak masuk kuliah kalau mereka sedang menyelesaikan persoalan yang dihadapi WNI di Korea,” ungkap Yusuf, filolog lulusan Belanda (1993-1997) serta mantan Ketua Jurusan Indonesia di Universitas Andalas, Padang.
Ada lagi Ucok (Hyo Sup), yang pernah menghiasi berita utama di televisi Korea gara-gara diberitakan tewas dalam bencana gempa di Padang pada 30 September 2009. Saat itu Ucok tengah belajar di Padang.
”Itu gara-gara sinyal HP-nya tidak terlacak,” tutur Yusuf. Ucok diberitakan tewas, padahal ia sibuk membantu menolong korban gempa. Istri Yusuf (kini pengajar Jurusan Indonesia di Busan) sibuk mencari-cari Ucok, sampai akhirnya ditemukan dalam keadaan sehat walafiat.
Yusuf bertutur soal pengalamannya sebagai pengajar. ”Bahasa itu seperti pakaian, harus digunakan. Makin sering digunakan, makin enak,” ungkapnya.
Ketika pertama kali tiba di Busan dua tahun lalu, mahasiswa yang fasih berbahasa Indonesia hanya dua orang. Padahal, Jurusan Indonesia di Busan Foreign Studies sudah ada sejak tahun 1980-an.
Saat Kedutaan Besar Republik Indonesia di Seoul menggelar acara dengan para TKI Korea untuk sosialisasi bakal diresmikannya Kantor Urusan Konsuler Republik Indonesia (KUKRI) di Busan, Sabtu (4/12), para mahasiswa Korea ini tak menyia-nyiakan kesempatan. Mereka berbondong-bondong memenuhi gedung, ngobrol dengan para TKI, dan aktif bertanya di forum.
”Mengapa Pemerintah Indonesia hanya memberi visa studi tiga bulan kepada mahasiswa asing, bukan setahun seperti negeri lain, misalnya?” ujar Iwan. Ini mungkin sebuah pertanyaan yang jawabannya baru didapat nanti. Itu pun kalau dibahas para wakil rakyat di Senayan, demi memperkuat diplomasi sosial.
Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2010/12/06/03040760/ada.nadia.dan.ucok.di.busan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar