Selasa, 22 Maret 2011

haa iki Apa yang membedakan China dan Indonesia?

Selasa, 22 Maret 2011

China Membangun dengan Kesungguhan

Apa yang membedakan China dan Indonesia? Kedua negara ini sama-sama dituntut memenuhi kebutuhan pangan warganya yang terus bertambah.
China dan Indonesia sama-sama dihadapkan pada keterbatasan lahan pertanian karena lahan tidak bertambah luas. Tantangan perubahan iklim juga sama-sama berat.
Yang membedakan China dari Indonesia adalah soal strategi mereka dalam membangun sektor pertanian dan penyediaan pangan warganya.
Dalam mengembangkan sektor pertanian, sejauh pengamatan Kompas yang berkunjung ke China pekan lalu, Pemerintah China sejak tiga puluh tahun lalu gencar melakukan mekanisasi. China menyadari, untuk menciptakan daya saing pertanian mereka, tak ada pilihan selain mengefisienkan usaha.
Kalau tidak? Pasar domestik mereka akan dibanjiri produk pertanian dari Brasil dan AS. Satu-satunya cara menuju efisiensi produksi adalah menjalankan mekanisasi pertanian. Kebijakan inilah yang sekarang banyak dijalankan, termasuk oleh Guangdong Agribusiness Group Corporation (GDA), perusahaan BUMN China di Guangzhou, dalam mengelola perkebunan tebu seluas 150.000 hektar.
Mekanisasi dilakukan GDA mulai dari penanaman benih, pemupukan, penyiangan, pengairan, hingga pemanenan. Hasilnya, mereka mampu menghemat luar biasa. Sebagai ilustrasi, untuk setiap hektar tanaman tebu, bila dipanen menggunakan tenaga manusia dibutuhkan 3-4 orang dalam sehari.
Dengan mesin pemanen tebu, segalanya dibuat lebih praktis. Tebu yang dipanen secara mekanis langsung dipotong dan dipisahkan dari sampah, kemudian dituang ke truk pengangkut. Mesin lainnya menyusul di belakang, lalu membalikkan tanah guna menutupi sampah daun. Untuk lahan seluas 10 hektar cukup digunakan satu mesin dan selesai sehari.
Mekanisasi dalam memanen tebu juga mengurangi risiko kehilangan hasil karena keterlambatan panen akibat kesulitan mencari tenaga tebang. Maklum, buruh tani di China lebih memilih bekerja di pabrik daripada menebang tebu.
Untuk irigasi, GDA juga menerapkan sistem khusus. Air irigasi disedot menggunakan mesin pompa lalu disemprotkan menggunakan pipa irigasi dari atas secara serentak sambil berputar. Model irigasi ini mampu menjangkau tanaman tebu dalam radius 300 meter dengan luasan 30 hektar.
Melalui cara ini, produktivitas tanaman tebu bisa ditingkatkan hingga 10-20 persen, dari semula 90 ton menjadi 110 ton per hektar. Terkait benih, menyadari benih sangat vital dalam mendorong peningkatan produktivitas maupun rendemen gula, China serius melakukan riset. Di setiap kabupaten dan provinsi serta di perusahaan terdapat pusat-pusat riset.
Meski menjalankan mekanisasi, China tidak asal-asalan melakukannya. Menyadari mekanisasi bakal mengurangi tenaga kerja pada sektor pertanian, China menyiapkan industri sebagai penampung. Industrialisasi bukan semata tugas pemerintah, tetapi juga swasta dan BUMN. (HERMAS E PRABOWO)

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2011/03/22/0348176/china.membangun.dengan.kesungguhan
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar