Rabu, 09 Maret 2011

haa iki KRL Sudirman Ekspres

Suatu Pagi di KRL Sudirman Ekspres...
Editor: Hertanto Soebijoto
Rabu, 9 Maret 2011 | 10:15 WIB

KOMPAS/ADHIE KUSUMAPUTERA Ilustrasi: Suasana di dalam KRL 

JAKARTA, KOMPAS.comSelasa (8/3/2011) pagi kemarin, Debra (28), warga Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, seperti hari-hari kerja lainnya, pukul 07.45, sudah berdiri di peron menanti kedatangan Kereta Rel Listrik (KRL) Sudirman Ekspres di Stasiun Rawa Buntu, BSD. Rambut sebahunya tidak bisa menutupi earphone yang menutup telinga mendengarkan alunan lembut ”Recuerdos de la Alhambra” (Tarrega).
Bangku panjang dari dua potongan rel berjajar yang tersedia di peron tampaknya tidak cukup menarik bagi Debra untuk duduk. Ia lebih memilih berdiri di peron dan menikmati udara pagi yang hangat.
Tidak lama kemudian, hampir bersamaan datang Tedi (35) dan Sara (34), keduanya juga warga di salah satu perumahan di kawasan BSD. Meskipun tidak kerja di tempat yang sama dan tidak tinggal di rumah yang berdekatan, mereka bertiga tampak akrab. Keakraban itu ternyata dipertemukan oleh jadwal keberangkatan KRL. Mereka sering bertemu di pagi hari saat berangkat kerja.
”Saya biasa turun di Stasiun Tanah Abang, kemudian naik ojek ke kantor yang ada di kawasan Sudirman,” ujar Debra, yang ditemui di Stasiun Rawa Buntu, kemarin.
KRL Sudirman Ekspres ini sebetulnya cukup nyaman dan menyenangkan kalau tidak ada gangguan. Pasalnya, cukup membayar tiket seharga Rp 8.000, bisa menikmati kereta yang bersih, tempat duduk yang empuk, dan penumpangnya juga tidak terlalu padat serta pendingin ruangannya juga terasa adem.
”Tapi, yang lebih penting lagi, cepat sampai tujuan. Sekitar 30 menit sudah tiba di Tanah Abang dan cukup bayar Rp 8.000,” ujar Debra, yang mengaku sudah dua tahun terakhir menjadi penumpang setia KRL.
Tedi, pria lajang yang juga bekerja di kawasan Sudirman, mengaku amat tersiksa jika KRL mengalami gangguan, seperti yang terjadi pada 2 Maret lalu. Pentograf KRL 374 Sudirman Ekspres, pada pukul 07.38, menyangkut di kawat listrik di Stasiun Tanah Abang sehingga listrik aliran atas harus dipadamkan semua.
Meskipun perjalanan KRL sering mengalami gangguan, Tedi mengaku, naik KRL Sudirman Ekpres tetap menyenangkan. Pasalnya, keretanya bersih, tidak ada pedagang asongan, serta penumpangnya juga tampak bisa saling menghormati penumpang lain.
”Tidak heran kalau penumpang perempuan juga banyak yang merasa senang,” ujar Sara, yang mengaku baru dua bulan terakhir mencoba naik KRL, setelah mendengar cerita menyenangkan dari rekan sekantornya yang sering naik KRL.

Etika
Kondisi KRL Sudirman Ekspres di jalur Serpong-Tanah Abang-Manggarai memang lebih baik ketimbang KRL ekonomi non-AC. Apalagi jika dibandingkan dengan kondisi kereta diesel ekonomi dari Rangkas Bitung yang hampir semua pintu masuknya tertutup oleh barang-barang dagangan atau hasil pertanian yang akan dibawa ke sejumlah pasar di Jakarta.
Pengalaman Kompas menumpang KRL Sudirman Ekspres memang menyenangkan. Penumpang yang umumnya pegawai kantoran menengah ke atas itu tampak punya etika kesopanan. Antarpenumpang tidak saling mengganggu. Saling berucap maaf jika tidak sengaja menyenggol penumpang lain.
Penumpang yang tidak kebagian tempat duduk umumnya berdiri dengan sopan. Sebagian penumpang asyik dengan membaca koran atau buku yang dibawanya. Ada pula yang tekun memainkan BlackBerry atau ponselnya.

Penumpang yang mendapat tempat duduk dan tidak suka ngobrol lebih memilih diam atau tidur di sepanjang perjalanan. Sebagian lainnya asyik menikmati musik dengan headphone atau earphone. (MAM)

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2011/03/09/10151056/Suatu.Pagi.di.KRL.Sudirman.Ekspres.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar