Minggu, 07 Februari 2010

haa capello wani ora dadi manajer Indonesia?

wis terserah dadi menejer pssi utowo pansus century.

sumber : http://www.detiksport.com/sepakbola/read/2010/02/07/072703/1294529/425/godam-capello

Minggu, 07/02/2010 07:27 WIB

Godam Capello
Liza Arifin - detiksport
London - Perzinahan, atau hubungan seks di luar nikah kalau merujuk pada istilah masyarakat sekuler, bukanlah sebuah tindak kriminal di Inggris ini. Pun perselingkuhan. Tidak ada hukuman maupun sanksi moral-sosial terkait dengan dua tindakan tersebut.

Perzinahan dan perselingkuhan terjadi di semua strata sosial dan lingkar kehidupan. Politisi, wartawan, agamawan, akademisi, artis, seniman, tak ketinggalan pemain bola.

Kalau mau jujur, sangat susah untuk menemukan pemain sepakbola yang bersih dari urusan ini, bukan hanya di Inggris tetapi juga Eropa. Kalau saja lingkaran dalam persepakbolaan mau lebih terbuka, dunia mungkin akan lebih terkejut lagi dengan banyaknya pemain atau bekas pemain yang selama ini dikenal bersih, ternyata menyimpan jejak rekam yang mengerikan.

Karenanya ketika muncul tuduhan kapten Inggris dan Chelsea John Terry berselingkuh publik sepakbola Inggris tidak ada yang terkejut. Khusus untuk Terry, kalau tuduhan berselingkuh itu benar, maka itu hanyalah untuk kesekian kalinya Terry ketahuan mengkhianati istrinya.

Yang berbeda adalah reaksi sang manajer tim nasional Inggris, Fabio Capello. Dengan tenang, dingin, tanpa sungkan ia mencopot Terry dari posisinya sebagai kapten tim nasional.

Ia memuji Terry sebagai kapten yang bagus, tetapi pada saat bersamaan menekankan: mencopot Terry adalah demi kebaikan tim nasional Inggris.

Publik sepakbola Inggris seperti biasa terbelah opini mereka: ada yang menyetujui, ada yang tidak.

Yang tidak setuju dengan cepat mengatakan apa hubungannya bermain sepakbola dengan selingkuh ataupun perzinahan. Selama yang bersangkutan menunjukkan performa yang bagus sebagai kapten dan pemain di lapangan, itulah yang dinilai. Perselingkuhan maupun perzinahan adalah urusan pribadi yang tidak ada hubungannya dengan lapangan bola. Toh yang dicari bukanlah pengganti Paus yang akan menjadi panutan moral keagamaan? Demikian kira-kira kilah mereka yang tidak setuju dengan Capello.

Yang setuju menunjukkan bahwa Terry telah mengkhianati orang terdekatnya, istrinya. Kalau istrinya saja dikhianati, apa susahnya mengkhianati orang lain.

Lebih celaka lagi, dan premis pertama seperti mendapatkan pembenaran, tuduhannya adalah Terry menyeleweng dengan (mantan) kekasih teman akrabnya di klub dan tim nasional. Konon ketika hubungan mereka sedang bermasalah menuju bubar adalah John Terry yang menjadi tempat keluh kesah
mereka berdua.

Mereka yang menyetujui pemecatan Terry tidak mempersoalkan perzinahan maupun perselingkuhannya, tetapi tindak khianatnya. Mereka membayangkan dengan terbongkarnya reputasi Terry, tidak akan lagi ada pemain Inggris di kamar ganti yang akan mendengarkan dan mempercayai omongannya sebagai kapten.

Jelaslah bahwa Capello sudah menimbang itu semuanya. Mungkin dalam skala yang berbeda ia telah berulang kali harus mengambil keputusan semacam. Ia bukan manajer kemarin sore. Ia tidak mendulang kesuksesan dan tiba di posisinya yang sekarang tanpa mengerti pertimbangan-pertimbangan seperti
itu.

Bagaimanapun ia orang Italia, bangsa yang melahirkan bapaknya pragmatisme politik, Nicollo Machiavelli. Seperti politik, sepakbola adalah kegiatan beregu-olahraga beregu. Tempat berkumpulnya individu dengan moralitas yang beragam tetapi mempunyai kesamaan tujuan.

Interaksi antar individu pelan tapi pasti kemudian menemukan keseimbangan nilai yang mengental. Menjadi nilai moralitas tim. Menjadi sebuah konstanta yang akan kemudian menentukan hirarki hubungan antar pemain, pembawaan tim, nuansa keakaraban dan kerjasama, dan rasa saling percaya. Abstrak
dan sangat kompleks serta mungkin susah untuk diterjemahkan dalam kata-kata, tetapi bisa dirasakan keberadaannya.

Aturan sucinya adalah apabila konstanta keseimbangan itu telah dicapai maka apapun yang menggoyahkan harus secepat mungkin dieliminasi. Seberapapun ongkos yang harus dibayar. Pertimbangan apapun diluar untuk konstanta keseimbangan tim tidak layak diperhitungkan.

Terry dianggap menggoncang keseimbangan tim, Terry harus membayar ongkosnya. Sederhana. Lugas. Tanpa kompromi.

Seperti kata Capello di awal masa kepemimpinannya di tim nasional Inggris: Turuti tuntutanku atau tidak usah sama sekali.


( lza / arp )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar