Selasa, 02 November 2010

haa iki Presiden Brasil Yang Baru

Dilma Vana Rousseff
Gerilyawan Jadi Presiden
Selasa, 2 November 2010 | 03:46 WIB
AP PHOTO/ANDRE PENNER
Dilma Vana Rousseff
 
 
”Kami punya seorang perempuan presiden. Saya sangat bahagia,” kata seorang teman pria mengabarkan dari Rio de Janeiro, Brasil, Senin (1/11) pagi di Jakarta. ”Ini sedang diberitakan di televisi,” katanya tak bisa menahan kegembiraannya.
Dilma Vana Rousseff (62) dari Partai Pekerja (PT) terpilih menjadi presiden. Pada pemilu presiden tahap kedua yang berlangsung Minggu (31/10), dia memperoleh 56 persen suara. Dengan demikian, dia mengalahkan pesaingnya, Jose Serra, yang mendapat 44 persen suara.
Kala Rousseff dilantik sebagai presiden pada 1 Januari mendatang, dia akan menjadi perempuan pertama yang menjadi Presiden Brasil.
Beberapa bulan lalu namanya sama sekali tidak dikenal publik, bahkan juga tidak dikenal di dalam negeri Brasil. Dia seorang pegawai negeri karier dan tidak pernah mencalonkan diri untuk jabatan yang penentuannya harus melalui pilihan rakyat.
Ketika dia mencalonkan diri sebagai calon presiden untuk menggantikan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva yang sangat populer, tak banyak orang tahu siapa itu Rousseff. Namun, dalam tempo yang kurang dari setahun sejak mencalonkan diri, dia bisa memenangi pemilu. Dengan demikian, kekuasaan tetap berada di tangan PT, payung politik Lula da Silva.
Setelah itu barulah orang-orang sangat ingin tahu siapa dia. Dilma Rousseff lahir sebagai anak kedua dari sebuah keluarga dengan ayah Pedro Rousseff, seorang pengacara dan pengusaha, serta ibunya, Dilma Jane Silva, seorang guru sekolah.
Ayahnya adalah imigran asal Bulgaria dengan nama asli Petar Rusev. Inilah sebabnya dalam pemilu Brasil tahun ini banyak sekali wartawan Bulgaria datang untuk meliput.
Presiden baru Brasil ini berasal dari keluarga menengah-atas. Ketika kecil, Rousseff belajar piano dan dididik di sekolah swasta yang menggunakan bahasa Perancis. Kepada wartawan dia pernah mengatakan, kala kecil dia bercita-cita menjadi balerina. Namun, kala duduk di bangku sekolah menengah, dia mulai menyadari situasi politik negerinya yang saat itu dikuasai militer. Tindakan-tindakannya kemudian menjadi ”sangat subversif”.
Saat dia berusia 19 tahun, Rousseff bergabung dengan kelompok militan bersenjata untuk menentang diktator militer. Dia disebutkan sebagai dalang di belakang beberapa perampokan bersenjata dan pemogokan serta disebut sebagai Jean d’Arc subversi. Rousseff dan rekan-rekannya kemudian menyatakan bahwa julukan itu berlebihan.
Pada 1970, Rousseff ditangkap bersama dengan beberapa rekan seperjuangannya. Mereka menjalani penyiksaan dan ditahan hampir tiga tahun. Ketika keluar dari penjara pada 1972, berat badannya turun 10 kilogram.
Statusnya sebagai mantan gerilyawan dan pernah menjadi narapidana membuat Rousseff kerap menjadi bahan kritikan. Hal itu dia alami ketika dia memasuki pemerintahan yang dipimpin Lula ataupun selama masa kampanye menuju jabatan presiden.
Statusnya sebagai mantan gerilyawan lebih menjadi perhatian dibandingkan dengan kehidupan pribadinya.
Rousseff menikah pertama kali pada 1968 dengan wartawan Claudio Galeno de Magelhaes Linhares, rekan seperjuangan melawan kediktatoran. Pada awal 1970-an, Dilma Rousseff berpisah dari Claudio Galeno dan resmi bercerai pada 1981.
Dalam masa perjuangan sebagai gerilyawan itu, Rousseff bertemu dengan Carlos Franklin Paixao de Araujo yang menjadi pasangannya selama hampir 30 tahun. Pasangan ini mempunyai seorang putri, Paula Rousseff de Araujo yang lahir pada 1976.
Pasangan ini kemudian berpisah, persisnya pada 1994. Masalahnya, Rousseff menemukan ada seorang wanita lain yang mengandung putra Araujo. Tak lama kemudian, pasangan ini kembali rujuk. Barangkali karena banyak masalah, Rousseff mendepak kembali lelaki itu pada 2000.
Rousseff memakai nama belakang Linhares ketika dia menikah dengan suami pertamanya. Dia terus memakai nama itu sampai 1999, ketika dia kembali menggunakan nama gadisnya, Dilma Vana Rousseff.

Wanita besi
Gaya manajerialnya yang keras membuat dia dijuluki ”Iron Lady”, julukan yang sebenarnya amat dia benci. Dia juga disebutkan suka meletup-letup.
Mauricio Tolmasquim, yang dimintanya menjadi sekretaris eksekutif saat Rousseff menjadi menteri energi, pernah mengatakan bahwa begitu kenal dekat, Rousseff kadang-kadang meneriakinya. ”Itu memang caranya. Itu bukan kepribadian aslinya. Namun, dalam lima menit, semuanya sudah beres lagi,” katanya.
Mengapa Rousseff masuk ke dalam lingkaran Lula da Silva? Kemampuannya untuk menangani masalah dan memberikan hasil telah mencuri hati Presiden Brasil itu. Kinerja Rousseff menonjol ketika menjabat sebagai menteri energi. Negara ini memiliki posisi kuat di Amerika Latin soal pertambangan migas. Ini membuatnya menjadi pilihan Lula ketika presiden itu harus mengganti kepala stafnya yang terkena skandal suap pada 2005.
Dalam sebuah konferensi pers pada 25 April 2009, Rousseff mengungkapkan bahwa dia menjalani pengobatan kanker getah bening yang terdeteksi di ketiak kirinya dalam pemeriksaan mamografi rutin. Dia menjalani kemoterapi selama empat bulan.
Pada awal September 2009, dia mengungkapkan telah menyelesaikan pengobatan kemoterapi. Dia mulai memakai rambut palsu karena rambutnya rontok sebagai efek kemoterapi. Setelah tujuh bulan memakai rambut palsu, dia memperlihatkan rambut aslinya yang berwarna coklat tua.
Saat dilantik sebagai presiden pada awal tahun depan, Rousseff harus membuktikan bahwa dia memang mampu, bukan hanya karena Lula menginginkannya menjadi presiden.
Rousseff mengakui, menjadi seorang perempuan presiden tidak akan mudah. ”Mengurus pemerintahan kadang-kadang sama seperti menjadi seorang ibu,” katanya. ”Anda akan minta hasil.” (AP/AFP/Reuters/DI)
Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2010/11/02/03460063/gerilyawan.jadi.presiden

Tidak ada komentar:

Posting Komentar