Sabtu, 06 November 2010

haa iki Selingan Capek Jadi Relawan, Makan Dulu

SATE KLATHAK PAK PONG
Langganan Warga Biasa hingga Artis
Sabtu, 6 November 2010 | 03:52 WIB
 
Di dinding warung sate Pong terpampang beberapa foto pemilik warung, Dzakiron (35), dengan sejumlah artis. Sebut saja kelompok lawak Bajaj dan Asri Welas. Warung sate Pak Pong memang langganan para artis. Selain murah, satenya empuk dan lezat.
Warung Pak Pong menyediakan menu sate klathak, gule, tongseng, dan nasi goreng. Harga per porsi rata-rata Rp 9.000. Dari semua menu, sate klathak menjadi favorit pengunjung.
Untuk menu nasi goreng, Dzakiron sengaja menyediakan bagi orang-orang yang tidak menyukai daging kambing. ”Saya nggak mau yang datang ke sini kecewa. Biasanya ada yang tidak makan kambing, makanya kami sediakan menu alternatif,” ujarnya.
Sama seperti sate klathak lainnya, tusuk sate Pak Pong juga menggunakan jeruji sepeda. Tujuannya supaya proses pembakaran maksimal sehingga dihasilkan sate yang empuk.
Penyajian sate klathak juga beda dibanding sate biasa. Sate kambing biasanya diberi kuah kecap dengan irisan bawang merah dan cabai, sedangkan sate klathak disajikan dengan kuah gulai.

Kambing muda
Untuk mendapat daging empuk dan gurih, Dzakiron memilih kambing muda berumur sekitar 8 bulan. Agar daging kambing tetap segar saat dimasak, pemotongan kambing tidak beberapa sekaligus. ”Kami potong bertahap. Biasanya potong dulu dua ekor. Nanti, kalau sudah mau habis, potong lagi. Jadi, kondisi dagingnya tetap segar,” ujarnya.
Setiap hari, warung Pak Pong menghabiskan 7-8 ekor kambing. Satu kambing bisa dimasak untuk 80 porsi sate atau gule. Jadi, sehari terjual 640 porsi. Artinya, omzet Dzakiron berkisar Rp 5,7 juta. Angka itu belum termasuk pendapatan dari penjualan minuman dan nasi putih.
Nama Pak Pong dipilih Dzakiron karena unik. Pong dari kata Jepong, sebutan Dzakiron waktu kecil. ”Waktu kecil, saya sering bangun siang. Karena ulah saya itu, sama bapak saya sering dibilang Jepong,” katanya.
Dzakiron memulai usaha tahun 1997. Awalnya, ia sekadar membantu warung milik kakeknya. Ia membantu warung kakeknya saat masih SD. Lama-kelamaan, ia mulai piawai.
”Saya belajar banyak dari kakek, mulai dari cara memilih kambing, cara menyembelih, hingga cara memasak. Setelah merasa mantap, saya memutuskan buka warung sendiri,” katanya.
Sate Pong buka di dua lokasi, yakni di Jalan Imogiri Timur Km 7 atau di sekitar perempatan Jejeran, Wonokromo, Bantul. Cabang kedua berjarak sekitar 500 meter dari warung pertama yang masih berada di Jejeran.
Dzakiron mengaku sudah banyak pihak yang menawarkan kerja sama, namun ia belum bisa menyanggupinya. ”Kerja sama itu biasanya manis di awal tetapi pahit di akhir. Banyak kasus penelikungan sehingga pihak pertama pun didepak begitu saja,” katanya. (ENY)
Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2010/11/06/03524030/langganan.warga.biasa.hingga.artis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar