Jumat, 11 Februari 2011

haa iki Banjir Lahar Dingin Merapi

Jumat, 11 Februari 2011

MENJAGA NUSANTARA

Kali Putih, Jalan Lahar Dingin dari Merapi

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Untuk menyela - m at ka n perkampungan mereka dari bahaya lahar dingin, warga Dusun Klumpukan, Desa Seloboro, Kecamatan Salam, Magelang, membangun tanggul secara swadaya, seperti pada Kamis (10/2).
Sonya Hellen Sinombor dan Regina Rukmorini

”Andai saja tak ada karung-karung pasir ini, mungkin ratusan rumah sudah hancur seperti rumah saya,” papar Mudjihardjo (63), warga Dusun Klumpukan, Desa Seloboro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, seraya menatap gundukan karung plastik putih berisi pasir yang berjejer di pinggir aliran Kali Putih, Kamis (10/2).
Kendati bersifat sementara, tanggul darurat yang terbuat dari karung-karung pasir itu setidaknya menghindarkan warga dari ancaman lahar dingin dari hulu Kali Putih di Gunung Merapi.
Namun, karena kuatnya terjangan lahar dingin, ribuan karung pasir yang disusun warga dibantu relawan dari berbagai desa itu berulang kali jebol. Material berupa air, pasir, dan batuan pun menembus dan menenggelamkan lima rumah di dukuh tersebut.
”Sudah empat kali kami bangun tanggul dari karung pasir. Tapi, karena banjir lahar dingin terlalu besar dan kuat, apalagi bawa batu yang besar-besar, tumpukan karung pasir roboh lagi,” papar Mudjihardjo.
Selain rumah Mudjihardjo, ada empat rumah lain yang diterjang lahar dingin. Material setinggi 2 meter lebih kini menutupi rumah-rumah tersebut, hingga menyisakan puing-puing bagian atap rumah.
Padahal, sebelum banjir lahar dingin kiriman dari hulu Kali Putih datang, jarak rumah Mudjihardjo dengan aliran Kali Putih sekitar 25-30 meter. Saat ini, rumah Mudjihardjo tinggal beberapa langkah dari sungai itu. Bentangan sungai juga makin melebar dari 20-an meter menjadi 50-60 meter.
Terjangan lahar dingin yang begitu menakutkan membuat warga di dusun tersebut berupaya keras menyelamatkan rumah mereka. Maka ketika tanggul dari pasir itu ambrol lagi, warga tak patah semangat. Sejak lahar dingin menerjang, sudah empat kali mereka membangun tanggul sepanjang 50 meter di tepi Kali Putih.
Sebenarnya pemerintah sudah berupaya membuat tanggul menggunakan alat berat. Namun, batu-batu besar membuat tanggul yang belum sempurna jebol lagi. ”Seandainya tak ada karung-karung pasir, tentu kondisinya akan lebih parah,” ujar Sarwiji, koordinator relawan di Dusun Klumpukan.
Upaya mengantisipasi dan membentengi diri dari ancaman bencana juga dilakukan sejumlah warga di Dusun Kemiren, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam. Setiap kali ada hujan, warga langsung bergantian melakukan pengamatan kondisi Kali Putih di lima titik dengan melibatkan 25 warga dusun.
Banjir lahar dingin yang membawa material yang terdiri atas batu, kerikil, kerakal, pasir, serta abu vulkanik/lumpur yang tercampur air dalam jumlah yang besar menjadi bencana bagi masyarakat yang bermukim di sekitar sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

Paling banyak sungai
Pascaerupsi Merapi, banjir lahar dingin selalu mengalir melalui sungai-sungai yang terdapat di tiga kabupaten di Jawa Tengah, yakni di Kabupaten Magelang, Klaten, dan Boyolali, serta Kabupaten Sleman di DI Yogyakarta.
Dari empat daerah itu, Kabupaten Magelang dialiri paling banyak sungai dari Merapi. Selain Kali Putih, ada juga Krasak, Lamat, Senowo, Apuh. Ada pula di Tringsing, Pabelan, Batang, Bebeng, dan Blongkeng.
Maka, selepas erupsi Merapi, bencana lahar dingin pun datang bertubi-tubi seiring berlangsungnya musim hujan.
Besarnya material yang dibawa lahar dingin membuat alur sungai berubah. Sebab arus lahar dingin menerjang sesukanya hingga membentuk aliran baru, termasuk menerjang kawasan permukiman hingga menutup jalan utama Magelang-Yogyakarta.
Data dari Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jateng menyebutkan, 246 unit rumah di Kabupaten Magelang roboh, rusak berat, rusak sedang, dan rusak ringan. Sebanyak 87 rumah di antaranya roboh dan bahkan hanyut.
Lahar dingin juga merusak sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan 10 unit jembatan di Magelang.
Namun, menurut Pemerintah Kabupaten Magelang, sejak Desember 2010, banjir lahar dingin mengakibatkan 442 rumah rusak (102 di antaranya roboh atau hanyut) dan 11 jembatan rusak. Bencana ini juga menyebabkan sekitar 4.500 warga mengungsi di 13 lokasi di lima kecamatan.
Saat ini, warga yang berpotensi terkena banjir lahar dingin berjumlah 24.960 kepala keluarga atau 172.342 jiwa, tersebar di enam kecamatan. Mereka bermukim dalam radius 300 meter dari alur 10 sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Melihat banjir lahar dingin yang semakin sering terjadi, Pemkab Magelang akan bekerja sama dengan sejumlah pakar untuk meneliti dan memetakan kembali potensi bahaya lahar dingin, terutama di daerah yang sudah terkena dampaknya seperti di Kecamatan Salam.
Bupati Magelang Singgih Sanyoto juga sedang mempertimbangkan relokasi warga yang terkena dampak lahar dingin.

150 juta meter kubik
Banjir lahar dingin dari Merapi saat ini belum berakhir. Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia Surono, material hasil erupsi Merapi akhir 2010 sekitar 150 juta meter kubik.
”Yang dikeluarkan baru 30 hingga 40 persen. Kita tidak tahu sampai kapan material tersebut berhenti karena volume material letusan kali ini lebih banyak dibandingkan letusan-letusan masa lalu. Mungkin dalam 100 tahun terakhir, letusan inilah yang terbesar,” ujarnya.
Menurut Surono, Magelang memang paling sering mendapat kiriman banjir lahar dingin karena paling banyak memiliki sungai yang berhulu di Gunung Merapi. ”Kenapa dulu sungai-sungai itu enggak kena, ya, karena volume material saat ini lebih besar,” tuturnya.
Oleh karena itu, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu-Opak hingga kini berupaya keras mengatasi lahar dingin yang terus mengalir dari arah hulu Kali Putih dan sungai lain yang berhulu di Merapi. Namun, karena masih musim hujan, hal yang bisa dilakukan hanyalah membangun tanggul darurat di daerah yang rawan diterjang lahar dingin.
”Sebelum musim kemarau, tanggul permanen belum dapat kami bangun karena morfologi sungai belum terbentuk dan masih bisa berubah-ubah,” ujar Kepala Bidang Pelaksanaan BBWS Serayu-Opak Erwin Tri Nugroho Sigit.
Tanggul darurat dibangun di 17 sungai yang berhulu di Merapi. Di Kali Putih, misalnya, tanggul dibangun sepanjang 8 kilometer mulai dari Dusun Ngepos, Desa Srumbung, di Kecamatan Srumbung hingga Desa Sirahan. Ketinggian tanggul berkisar 3-5 meter. ”Pembangunan tanggul sengaja dilakukan di daerah ini untuk mengantisipasi luapan banjir di wilayah permukiman yang ada di sekitarnya.
Selain itu, tanggul darurat juga dibangun di daerah hulu Kali Putih di Dusun Mranggen sepanjang 300 meter dengan ketinggian 6 meter.
Tanggul ini khusus dibangun untuk mencegah terjadinya luapan material ke Kali Batang, yang akhirnya dapat menimbulkan banjir di Dusun Mantingan, Kecamatan Salam. Derasnya banjir lahar dingin membuat tanggul darurat tersebut ambrol hingga dua kali.
Untuk jangka pendek, BBWS Serayu-Opak juga intens mengeruk material vulkanik dan memperdalam palung tujuh sungai yang berhulu di Merapi.
Jalan raya yang menghubungkan Magelang-Yogyakarta yang sebelumnya tergerus hingga 7 meter kini terus dibangun dengan menggunakan beton pancang.
Kepala BNPB Jateng Priyanto Djarot Nugroho menyatakan, yang bisa dilakukan untuk jangka pendek hanyalah pembuatan tanggul darurat. Ke depan, banjir lahar dingin harus diatasi dengan melakukan pelurusan dan memperdalam alur sungai yang dilewati lahar dingin serta membangun jembatan dengan konstruksi melengkung.
Tanggul yang dibuat harus permanen agar mampu mena- han terjangan lahar dingin.

Dam di hulu hancur
Rohaniwan Katolik Muntilan, Romo Kirjito Pr, yang bersama Kompas mengamati langsung kondisi bagian hulu Kali Putih, mengaku sangat prihatin atas kondisi Kali Putih. Ancaman banjir lahar dingin dikhawatirkan semakin besar karena dam-dam yang berada di hulu Kali Putih kini rusak parah.
Saat ini, dam besar yang berada di Jurang Jero hampir runtuh. Bagian tengah bangunan dam sudah ambrol, tinggal ditahan besi-besi. Di sekitar dam yang dibangun sekitar tahun 1980-an itu kini bertebaran batu-batu besar dan material dari Merapi.
Sementara itu, tanggul yang membentang dari bagian hulu Kali Putih pun terancam jebol. Beberapa bagian tembok tanggul yang membatasi Kali Putih dengan Kali Blongkeng kini banyak yang tergerus.
Ancaman masih di depan mata. Pemerintah tentu saja dituntut bekerja lebih keras dan sigap agar rakyat kecil di hilir sungai-sungai Merapi itu tak lagi menderita....

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2011/02/11/04312799/kali.putih.jalan.lahar.dingin.dari.merapi.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar