Selasa, 09 Maret 2010

haa iki ekspedisi musi 2010

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/03/08/03190543/serba-serbi.jelajah.musi.2010.
SERBA-SERBI JELAJAH MUSI 2010
Senin, 8 Maret 2010 | 03:19 WIB
Untung Datang Lagi...
Minggu (7/3) pagi seorang teman anggota tim ekspedisi Jelajah Musi 2010 bertanya keheranan, ”Memang ada Tugu Rimau di atas? Kok, saya tidak tahu?” Rupanya, pada kedatangan dia pertama kali ke perkebunan teh di kaki Gunung Dempo di Pagar Alam pada pertengahan Februari, dia hanya berjalan sampai ke permukiman kebun teh Tangsi 2. Sebenarnya, saat itu dia sudah bertanya-tanya mengenai ujung kebun teh tersebut. Akan tetapi, rasa ingin tahu itu tidak terpenuhi. Ia memilih bersama timnya hanya bertahan cukup sampai permukiman, kemudian kembali lagi turun ke kota Pagar Alam. Itu sebabnya ketika ia mendapat kesempatan datang lagi ke kebun teh itu dan diajak ke puncak kebun teh, ia sangat senang. Di sana ia tidak hanya berfoto-foto, tetapi juga menikmati keluasan kebun teh dari atas, kabut tebal, serta patung Rimau, patung tempat pengambilan api PON XIV tahun 2004. ”Untung saya datang lagi kemari,” ujarnya sambil senyum-senyum malu. (HLN)
”Merapat ” di Keremangan Kebun Teh
Tim ekspedisi Jelajah Musi 2010, Sabtu (6/3) malam, tiba di areal perkebunan teh milik PTPN VII sekitar pukul 20.00. Kabut tipis yang mulai turun dari lereng Gunung Dempo menambah dinginnya suasana malam itu. Saat mobil melintas di tikungan pertama menuju Villa Gunung Dempo, mata kami tertuju ke sebuah papan segi empat bertuliskan ”Dilarang Berkemah di Areal Perkebunan Teh”. Sekitar 200 meter ke depan dari papan nama itu, terparkir dua sepeda motor di pinggir jalan. Sesaat kami heran dan bertanya di mana pemilik sepeda motor itu. Keheranan ini dijawab pengelola vila dengan penjelasan bahwa tiap malam Minggu banyak anak muda datang ke areal kebun teh. Sepeda motor diparkir di pinggir jalan dan pasangan itu biasanya ”merapat” dalam perkebunan teh. Spontan saya menanggapi, seharusnya tulisan peringatan itu diganti dengan tulisan ”Dilarang ’Merapat’ di Keremangan Kebun Teh”. (ONI)
Kerbau Berganti Sepeda Motor
Pembangunan memang mampu mengubah segalanya, di antaranya kebiasaan. Demikian juga yang terjadi pada masyarakat desa di sepanjang aliran Sungai Musi. Apabila lazimnya masyarakat memanfaatkan aliran sungai untuk memandikan kerbau setelah dipakai bekerja di sawah, beberapa tahun terakhir warga memanfaatkan aliran sungai untuk mencuci sepeda motornya. Seperti yang terlihat di Desa Tanjung Raya, Kecamatan Pendopo Lintang, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan, Minggu (7/3) sore. Warga, khususnya pemuda desa, dengan riang gembira mendatangi tepian Musi sambil mengendarai sepeda motor. Begitu sampai tepian, mereka langsung memasukkan sepeda motornya ke aliran sungai. Di tepi sungai itulah dengan telaten mereka mencuci sepeda motor yang kotor setelah dipakai untuk mengangkut hasil bumi kopi. Sepeda motor yang sudah bersih dari lumpur, kemudian dipoles dengan cairan pencuci. Cling! Bersihlah sepeda-sepeda motor itu. (HLN)
Waspadai Anjing dan Kambing…
Memasuki ruas jalan Kota Pagar Alam ke Kecamatan Pendopo Lintang, Kabupaten Empat Lawang, Minggu (7/3) sore, mobil yang semula berjalan dengan tenang dan stabil mendadak berjalan bergoyang-goyang. Usut punya usut, ternyata banyak dijumpai lubang di jalanan yang selebar 5 meter. Perjalanan menjadi lebih terhambat karena banyak dijumpai ternak piaraan warga setempat, yakni anjing dan kambing. Gunawan (30), anggota staf rumah tangga Kompas Sumbagsel selaku sopir mobil ketiga, bergumam bahwa dia harus meningkatkan kewaspadaan. ”Tak hanya waspadai mobil yang melintas, tetapi juga harus waspadai ternak. Apalagi, ada kesepakatan umum di kawasan ini bahwa kalau menabrak anjing harus mengganti kambing. Kalau menabrak kambing, harus mengganti dengan sapi,” katanya. (ONI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar