JELAJAH MUSI 2010
Padi Ladang, Padi Organik di Tepi Musi
Novi (22), Sabtu (20/2)
”Sebentar lagi panen. Biasanya burung-burung mengganggu biji padi yang masak,” ujar Novi di Desa Bingin Jungut, Kecamatan Muara Kelingi, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera
Padi yang dijaga itu sering disebut padi dayang rindu oleh masyarakat setempat. ”Beras dari padi ini khas dan istimewa serta tidak (jarang) dijual di pasar,” kata Novi setengah bangga.
Dayang rindu adalah salah satu jenis padi yang ditanam di ladang tanpa irigasi. Masyarakat Musi Rawas sering kali segera menyebar benih begitu hujan pertama turun.
Saat hujan turun, cerita Novi, benih akan tumbuh. Sesuai dengan cirinya sebagai padi ladang, dayang rindu butuh waktu enam bulan untuk tumbuh, berbuah, dan siap panen tanpa sekali pun mendapatkan pupuk.
Ladang di sepanjang tepi Sungai Musi terbilang subur. Dari sekitar 2 hektar ladang milik Novi, satu kali panen ia bisa mendapat 26 karung, masing-masing berisi 50 kilogram (13 kuintal) gabah. Gabah disimpan di rumah dan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga satu tahun dan bibit. Jika ada lebih, kelebihan itu bisa dijual.
Suburnya kawasan sekitar Sungai Musi juga diakui Sarwo (62), petani Desa Semangus, Kecamatan Muara Lakitan, Musi Rawas. ”Dari lahan 3 hektar,
Di daerah aliran Sungai Musi, antara Muara Kelingi dan Babat Toman, di Kabupaten Musi Banyuasin, banyak ditemukan petani membuka ladang. Mereka memulai tanam padi saat hujan pertama turun membasahi
Dengan pola tanam padi gogo rancah, benih dimasukkan ke lubang, lalu dibiarkan tumbuh hingga panen empat hingga enam bulan ke depan, tergantung dari jenis padi yang ditanam. Hujan menjadi sumber air yang menghidupi tanaman mereka meski di dekat petak-petak padi ladang mengalir Sungai Musi.
Air sungai terpanjang di Sumatera Selatan itu bahkan kurang bersahabat dengan petani padi ladang pada musim hujan kali ini. Di Desa Bingin Jungut, Kecamatan Muara Kelingi, misalnya, sebagian tanaman padi terendam luapan Musi sehingga terancam gagal panen.
Bertanam padi di ladang juga banyak dilakukan petani Sumsel di bukit-bukit yang jauh dari sungai. Produksi dari daerah seperti ini juga menambah produksi padi tingkat nasional.
Tahun 2006, produksi padi Sumsel diperkirakan mencapai 174.918 ton dan berasal dari hampir semua kabupaten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar