Rabu, 10 Maret 2010

haa iki kok aceh dijadikan basis pelatihan teroris

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/03/10/03344254/aceh.dijadikan..basis.pelatihan.di.asia.tenggara

TERORISME
Aceh Dijadikan Basis Pelatihan di Asia Tenggara
Rabu, 10 Maret 2010 | 03:34 WIB
Jakarta, Kompas - Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Irwandi Yusuf menegaskan, kelompok terorisme di Aceh bukan murni berasal dari Aceh. Mereka berasal dari Pulau Jawa dan bukan dari kelompok mantan Gerakan Aceh Merdeka. Mereka hendak menjadikan Aceh sebagai basis perlawanan teroris di Asia Tenggara.
Demikian disampaikan Irwandi kepada pers di Jakarta, Selasa (9/3), didampingi mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Muzakir Manaf, yang kini menjabat Ketua Umum Partai Aceh, dan Ketua Bidang Ekonomi Partai Aceh Teuku Irsyadi MD.
”Kasus ini bukan orisinal dari Aceh. Ini kasus yang datang dari luar. Beberapa (teroris) yang ditangkap berasal dari Pulau Jawa, antara lain dari Pandeglang dan Solo. Tidak ada kaitannya dengan GAM,” ujar Irwandi.
Ia mengaku sudah mengetahui gerakan teroris tersebut setahun yang lalu. ”Kita selalu berkoordinasi dengan Polri, tetapi Polri menunggu momen yang tepat, menunggu unsur (pidana) yang cukup untuk melakukan penindakan,” kata Irwandi.
Hasil pantauannya, kelompok tersebut bergerak dari kampung ke kampung dan membuat ceramah keagamaan. Selanjutnya, mereka merekrut sekitar 50 orang untuk kemudian dilatih menembak.
Delapan orang dari kelom- pok tersebut merupakan warga Aceh dan pernah dilatih di su- atu tempat di Pulau Jawa. Beberapa di antara mereka diketahui pernah bergabung dengan kelompok militan di Mindanao, Filipina.
Irwandi tidak bersedia membeberkan nama kelompok teroris tersebut, mengapa mereka hendak menjadikan Aceh sebagai basis pelatihan, apa target mereka, dan dari mana pasokan senjata yang mereka gunakan.
”Mereka (kelompok teroris ini) mengira karena warga Aceh itu Muslim sehingga gampang diajak untuk bertindak ekstrem. Mereka juga mengira bisa berlindung di balik GAM, tetapi apa yang mereka sangka itu jelas keliru,” katanya.
Irwandi menyatakan, Detasemen Khusus 88 dan Brimob masih mampu mengendalikan keamanan di Aceh sehingga tidak diperlukan operasi militer.
Perdamaian di Aceh
Pada kesempatan itu, Irwandi membantah, penindakan teroris di Aceh ada kaitannya dengan rencana Kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Indonesia.
”Tidak ada urusan dengan Obama. Ini murni teroris dan ada penindakan. Kenapa baru ditindak sekarang, ya, karena baru sekarang kita punya alasan untuk bertindak,” katanya.
Terkait kemunculan teroris di Aceh, Muzakir menengarai ada pihak-pihak dari luar Aceh yang tidak menginginkan kedamaian di Aceh. Pihak mantan GAM tetap memegang komitmen untuk menjaga perdamaian di Aceh, itulah sebabnya mantan GAM berbagi informasi dengan polisi.
Irwandi juga menegaskan, aksi terorisme yang tercium di Aceh tidak memengaruhi kesepakatan bersama Helsinki karena Pemerintah Indonesia dan mantan GAM memiliki komitmen yang sama untuk mewujudkan perdamaian di Aceh. Meski demikian, ia tidak memungkiri, munculnya kasus terorisme itu dapat mengganggu iklim investasi di Aceh.
Terus bersiaga
Sementara itu, perkembangan di lapangan, Brigade Mobil Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam, Selasa (9/3), terus bersiaga di setiap akses masuk dari Jalan Raya Banda Aceh-Medan ke kawasan Gunung Seulawah. Setiap orang yang keluar-masuk jalan tersebut diperiksa, termasuk wartawan.
Setelah lolos dari usaha penggerebekan di Gunung Jalin di Kabupaten Aceh Besar beberapa pekan silam, kelompok bersenjata yang dicurigai sebagai kelompok teroris diperkirakan melarikan diri ke kawasan Gunung Seulawah. Sampai saat ini, polisi memfokuskan penyisiran di kawasan ini.
Di Desa Bayu, Kecamatan Seulimum, yang termasuk kawasan lereng Gunung Seulawah, sebagian warga tidak bisa bekerja normal. Ini dialami mereka yang memiliki lahan di kawasan lereng gunung. ”Saya tidak takut dengan polisi. Saya tidak takut dengan teroris. Tetapi saya takut kalau terjadi baku tembak. Bisa-bisa peluru nyasar ke tubuh saya,” kata Zaini (30), salah seorang warga di desa Bayu.
Sementara itu, Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Republik Indonesia memeriksa tujuh orang dari luar Nanggroe Aceh Darussalam yang bekerja di sebuah perkebunan di Desa Tueladan, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Selasa. Ketujuh orang tersebut akhirnya dibebaskan karena ternyata hanya warga biasa yang tidak terkait dengan gerakan teroris.
Sementara itu, Kepolisian Daerah Lampung memperketat pengawasan lalu lintas kendaraan dan orang di wilayah perbatasan, khususnya di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni guna mencegah kemungkinan melintasnya teroris asal Aceh dan Medan. Direktur Reserse Kriminal Polda Lampung Komisaris Besar Darmawan Sutawijaya, Selasa, menuturkan, razia ini dilakukan untuk mempersempit ruang gerak teroris. (why/las/jon/dwa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar