Sabtu, 13 Maret 2010

haa iki serba-serbi jelajah musi 2010

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/03/12/03575975/serba-serbi.jelajah.musi.2010

SERBA-SERBI JELAJAH MUSI 2010
Jumat, 12 Maret 2010 | 03:57 WIB
Selalu Ada Sinyal Seluler
Telepon seluler sekarang benar-benar membumi dan telah menjadi bagian terpenting dari kehidupan masyarakat, termasuk di pedalaman Sumatera Selatan. Meski jauh dari kota kecamatan, mereka sangat akrab dengan telepon seluler. Apalagi, di sepanjang aliran Sungai Musi banyak terbangun tower transmisi sinyal dari sejumlah operator telepon seluler. Fakta ini disaksikan tim Jelajah Musi 2010 saat menyusuri Sungai Musi mulai dari Desa Tanjung Raya, Kecamatan Pendopo Lintang, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan. Di setiap perkampungan yang dilewati, warga setempat selalu memegang telepon seluler. Bahkan, di beberapa lokasi ada remaja putra dan putri duduk menyendiri di tepi sungai sambil tertawa. Semula dikira yang bersangkutan kurang waras, setelah kami mendekat, ternyata mereka asyik bertelepon dengan temannya, entah di daerah mana. ”Ternyata telepon seluler benar-benar membuat orang merasa semakin dekat,” komentar salah seorang anggota tim Jelajah Musi, Kamis (11/3). Telepon seluler memang beda. (JAN)
Berhenti Mendadak gara-gara Sapi
Perjalanan tim ekspedisi Kompas Jelajah Musi 2010 pada hari keempat, Kamis (11/3), menuju lokasi perahu motor di Desa Ngulak I, Kecamatan Sanga Desa, Kabupaten Musi Rawas, tertahan gara-gara seekor sapi menyeberang di ruas jalan provinsi, tepatnya di Desa Kasmaran, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin. Saat melaju di jalan penghubung itu, mobil tim berhenti mendadak dan mengejutkan mobil di belakangnya. Usut punya usut, ternyata mobil rombongan terhenti akibat seekor sapi tiba-tiba menyeberang dan berhenti tepat di tengah jalan. Sapi itu ternyata tidak berdiri saja. Tak lama kemudian, sapi itu membuang kotoran persis di tengah badan jalan. Mobil tim harus menunggu beberapa saat agar bisa lewat. Beruntung, salah seorang warga di desa itu kemudian mengusir sapi yang belum selesai membuang kotoran. Selain sapi, pengendara juga harus mewaspadai bebek dan kambing yang selalu tiba-tiba melintas di badan jalan. (HLN/ONI/MZW)
Sepinya Hidup Buruh Sadap Karet
Saat tim ekspedisi Kompas Jejalah Musi 2010 melintas di kawasan Muara Rawas, tim berbelok ke arah timur, menyempatkan waktu untuk menyusuri sebagian kawasan hulu Sungai Rawas. Di sana, dijumpai beberapa rumah panggung yang letaknya di tepi sungai. Rumah-rumah tersebut umumnya berada terpencil dari permukiman terdekat di Desa Ngulak Umbacang, Sanga Desa, Musi Rawas. Dari sekitar tujuh rumah panggung yang dijumpai tim ekspedisi, hanya ada dua rumah panggung yang dihuni warga. Kartini (40), warga Desa Ngulak Umbacang, merupakan salah seorang warga yang tinggal di rumah panggung bersama suaminya. Saat itu dia sedang ditinggal pergi suaminya berkebun. Pada hari Senin-Kamis, Kartini mengaku hidup di rumah panggung itu menemani suaminya bekerja menyadap karet. ”Katik iburan di rumah ni, ndak ado radio ato TV. Man Jumat sampe Minggu lemak, awak balik kampung—tidak ada hiburan saat tinggal di rumah panggung, tidak ada radio atau televisi. Jumat sampai Minggu lebih enak karena kami balik ke kampung,” katanya. (HLN/ONI/MZW)
Periksa Pendangkalan Sungai
Saat bergerak dari Muara Kelingi, Musi Rawas, Rabu (10/3), tim Jelajah Musi 2010 Kompas melihat pengukuran debit dan kedalaman air di kawasan itu dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII. Hari itu debit air Sungai Musi di daerah tersebut sebesar 890 meter kubik per detik dengan kedalaman 4,3 meter. Ini turun drastis dibandingkan dengan pada akhir Februari lalu yang mencapai 5.000 meter kubik per detik dengan kedalaman 11-12 meter,” jelas Mawardi, peneliti Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII. (JAN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar