Sabtu, 13 Maret 2010

haa iki serba-serbi jelajah musi 2010

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/03/13/03235855/serba-serbi.jelajah.musi.2010.

SERBA-SERBI JELAJAH MUSI 2010
Sabtu, 13 Maret 2010 | 03:23 WIB
Tim Jelajah Musi Tertipu "Tower"
Dalam perjalanan jurnalistik menyusuri Sungai Musi, tim Jelajah Musi Kompas beberapa kali tertipu dengan tower transmisi sebagai navigasi tujuan. Saat perjalanan etape pertama dari Desa Tanjung Raya menuju Tebing Tinggi, ibu kota Kabupaten Empat Lawang, Senin (8/3). Saat menjelang Tebing Tinggi, tiba-tiba seorang operator perahu arung jeram yang kami tumpangi mengatakan, sekitar 45 menit lagi, kami akan tiba di Tebing Tinggi. Alasannya, tower yang berada di dekat rumah dinas Bupati Empat Lawang sudah terlihat. Tim Jelajah Musi pun bertambah semangat mendayung perahu. Namun, sekitar 30 menit kemudian belum ada tanda-tanda memasuki kota Tebing Tinggi. Tower yang dilihat sebelumnya ternyata berada di bukit yang jauh dari Tebing Tinggi. Adapun tower yang dimaksud operator perahu masih jauh berada di depan. Meski kecewa, semangat mendayung perahu tetap tinggi setelah mulai melihat kota Tebing Tinggi. (JAN)
Satu Kamera KompasTV Tercebur ke Sungai
Igun dan Oki, keduanya kamerawan dan reporter KompasTV, mengalami nasib naas dalam ekspedisi Kompas ”Jelajah Musi 2010” hari kelima, Jumat (12/3). Di rute ini, tim ekspedisi menjelajahi rute sepanjang 108 kilometer mulai dari Kota Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, sampai ke Rantau Bayur, Pangkalan Balai, Kabupaten Banyuasin. Kejadian itu terjadi saat tim ekspedisi berada di Desa Teluk Kijing, Kabupaten Banyuasin. Ketika itu, kesembilan anggota tim hendak mencari lokasi situs Teluk Kijing yang merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Untuk mencapai lokasi situs, tim harus berpindah ke perahu sampan. Saat hendak berpindah itulah, Oki dan Igun tercebur. ”Yaah sial. Kamera seharga Rp 70 juta basah. Aduh bisa dipakai lagi enggak ya. Ayo Gun, dikeringkan dulu di atas kapal,” kata Oki. (HLN/ONI/MZW)
Saat Pekerja Kayu Ketakutan
Kehadiran tim Jelajah Musi 2010 pada hari pertama hingga ketiga selalu disambut dengan salam hangat masyarakat di tepi Sungai Musi serta ajakan mampir ke rumah mereka. Namun, pada perjalanan ekspedisi hari keempat, Kamis (11/3), suasana sedikit berbeda. Hal itu terjadi saat tim berupaya mencari informasi kepada warga yang sedang menggergaji kayu bulat di Desa Muara Rawas, Sangadesa, Musi Banyuasin. Wajah pekerja itu sedikit tegang dengan senyum yang dipaksakan. Mungkin mengira tim Kompas bagian dari petugas patroli yang sering mengontrol penebangan liar di Sungai Musi. Hendra (42), salah satu penebang kayu gelondongan di Sungai Rawas, berusaha meyakinkan bahwa kayu itu digunakan untuk membangun rumahnya. Bahkan, dia pun mengajak tim melihat rumah yang dibangun. Anehnya, saat tim Jelajah Musi 2010 berpamitan untuk meninggalkan lokasi tersebut, wajahnya tetap saja masam. (MZW/HLN/ONI)
Bertemu ”Kekibang” di Situs Teluk Kijing
Tim ekspedisi Kompas ”Jelajah Musi 2010” yang mencari situs Teluk Kijing di perkebunan karet di Desa Teluk Kijing, Kecamatan Lais, ditemani dua warga setempat, Rosada (50) dan Ruslan (36). Tak jauh dari situs itu, tampak kaus putih yang digantung dengan kawat besi di antara batang kayu. Apabila tertiup angin, kaus itu begerak dan menimbulkan suara seperti orang memasah pisau. Pemasangan kaus tersebut menarik perhatian sebagian anggota tim karena penggunaan simbol itu mengingatkan tentang kebiasaan para petani di Pulau Jawa yang memasang kain di tengah sawah untuk mengusir burung. ”Man di sini, kami la manggilnyo kekibang. Ini pule dipaseng karno banyak babi. Kadang babi ni galak makan karet kecik. Kalau di sini, warga sekitar menyebutnya kekibang. Ini dipasang karena banyak babi hutan yang sering makan dan merusak lahan perkebunan kami,” ujar Rosada. Rupanya, begitulah teknik masyarakat setempat untuk mengusir babi hutan ataupun burung-burung yang suka mengganggu tanaman.(HLN/ONI/MZW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar