Senin, 24 Januari 2011

haa iki Cerita Pilot di PD II

PERANG DUNIA II
Pilot Australia dalam Pertempuran Palembang
Senin, 24 Januari 2011 | 03:48 WIB
 
 
Awal tahun 1942, Palembang dan instalasi minyak Hindia Belanda di Plaju dan Sungai Gerong diserbu militer Jepang. Pilot Australia dari Royal Australian Air Force dan penerbang Inggris dari Royal Air Force menjadi sisa-sisa kekuatan Sekutu yang bertahan di Sumatera Selatan.
Selama 24 jam penuh, penerbang Royal Australian Air Force (RAAF)-Royal Air Force (RAF) pada 15 Februari 1942 menggempur armada Jepang yang masuk ke Sungai Musi. Instalasi minyak di Plaju dan Sungai Gerong didemolisi (dihancurkan) militer Hindia Belanda agar tak jatuh ke tangan Jepang.
Penerbang RAAF dan RAF memiliki basis di Pangkalan Palembang II, sebuah landasan udara rahasia. Saat itu ada dua pangkalan udara yang digunakan Sekutu, yakni Palembang I dan Palembang II.
Penerbangan intai-reconnaissance-pesawat Sekutu sebelum dan pada 14 Februari berhasil memantau pergerakan armada Jepang ke arah Muara Sungai Musi. Pada 14 Februari, pasukan Para Jepang diterjunkan di udara Palembang dengan menggunakan 70 pesawat transpor. Pasukan Para Jepang mendarat di sekitar instalasi minyak Plaju dan Kota Palembang.
Pada saat bersamaan, sekitar 40 kapal perang dan transpor Jepang berada di Selat Bangka. RAAF dalam buku These Eagles yang diterbitkan Australia War Memorial tahun 1942 menyebutkan, satuan kapal mendaratkan pasukan Jepang di mulut Sungai Musi dan Sungai Telang.
Dari Sungai Poentian di Banyuasin dikabarkan, pasukan Jepang sudah mendarat. Kapal perang dan barkas pengangkut pasukan terlihat memenuhi Sungai Poentian.
Pada pukul 07.30, tanggal 15 Februari, terlihat barkas pengangkut pasukan berada sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Palembang. Sekitar satu setengah jam kemudian, dua lokomotif terakhir meninggalkan kota dengan membawa pengungsi. Selebihnya, aset kereta api di Palembang jatuh ke tangan pasukan Jepang.
Pada pukul 10.45, kantor telepon dan telegraf Palembang dihancurkan. Praktis Pangkalan Palembang II terisolasi dari dunia luar dan tidak bisa berkomunikasi dengan markas komando Sekutu yang saat itu berada di Villa Mei Ling, Kota Bandung, Jawa Barat.
Satuan udara RAAF-RAF hanya memiliki 35 pesawat yang siap tempur pada hari itu. Pesawat pengebom yang dioperasikan RAAF kala itu adalah Hudson dan Blenheim. Komandan Pangkalan Grup Kapten JPJ McCaulay dari RAAF memimpin satuan itu. Sejumlah artileri pertahanan udara (arhanud) dan prajurit udara menjaga pangkalan mereka.
Sepanjang tanggal 14-15 Februari 1942, mereka diserang dari udara oleh pesawat Jepang dan dari darat. Sejumlah meriam arhanud difungsikan untuk menghadang gerakan pasukan darat Jepang.
Serangan balasan RAAF-RAF digelar pada pukul 06.30 tanggal 15 Februari. Satuan bomber dengan dilindungi satuan pesawat tempur Hawker Hurricane menyerbu armada Jepang. Cuaca buruk menghadang serangan mereka. Saat berada di Pangkalan Palembang I, mereka menghadapi 26 pesawat tempur Mitsubishi Zero. Hanya satu bomber Sekutu yang lolos dari hadangan Zero.
Bomber yang lolos mengebom barkas pengangkut pasukan Jepang di Sungai Musi. Sisa pesawat yang berhasil melewati satuan Zero Jepang mencoba menyerang kapal Jepang. Kapal perang dan barkas dihujani rentetan tembakan (straffing) dan bom Sekutu.
Serangan ini diikuti gelombang serbuan kedua penerbang RAAF-RAF. Meski dihadang tembakan arhanud Jepang, mereka bisa menghancurkan sebuah kapal angkut berbobot mati 5.000 ton dan menembaki barkas pengangkut pasukan dengan tembakan dari udara.
Serangan diikuti gelombang ketiga hingga gelombang keenam. Serangan ketiga merusak kapal berbobot mati 4.000 ton. Serangan keempat menghancurkan kapal dagang berbobot 3.500 ton dan serangan kelima di Selat Bangka menghantam sebuah kapal motor berbobot sekitar 8.000 ton. Penerbang meninggalkan sasaran setelah kehabisan amunisi dan bom.
Serangan mematikan dilakukan pada gelombang keenam. Penerbang RAAF-RAF menyerang satuan kapal perusak Jepang (destroyer) yang mengawal kapal transpor. Sebuah Hawker Hurricane berhasil menembak jatuh dua pesawat tempur Jepang.
Setelah kehabisan amunisi dan bom, penerbang kembali ke Palembang II untuk mengisi bahan bakar serta persenjataan. Saat itu di pangkalan terdapat dua bomber Blenheim yang dianggap tidak layak terbang. Para teknisi dan penerbang memperbaiki selama beberapa jam dan meminta izin untuk menerbangkan dua pesawat itu untuk ”ikut bersenang-senang melawan Jepang”. Izin diberikan. Sepasang Blenheim ikut mengebom dan menembaki satuan Jepang yang mendarat di Palembang. Mereka menyambar musuh dengan terbang rendah, nyaris menyambar pucuk pepohonan.
Jepang menderita kerugian besar di Palembang. Pada masa pendudukan Jepang, untuk mengenang serdadu dan pasukan Para Jepang yang gugur dalam pertempuran Palembang, dibangun kuil Shinto.
(Iwan Santosa)

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2011/01/24/03484519/pilot.australia.dalam.pertempuran.palembang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar