Rabu, 26 Januari 2011

haa iki Deru Pembangunan Di China

Peluang Langit Hindari Bencana
Rabu, 26 Januari 2011 | 04:30 WIB

OLEH RENE L PATTIRADJAWANE

Sekejap, kota-kota besar di pesisir timur daratan China mulai dari Shenzhen Provinsi Guangzhou di selatan sampai ke Qingdao Provinsi Shandong di utara mulai sepi ditinggalkan penduduknya. Ratusan juta orang berbondong memenuhi stasiun kereta api dan bus, bandara-bandara, pulang ke kampung mereka masing-masing untuk merayakan Imlek, Pesta Musim Semi yang menjadi libur nasional selama dua pekan.
Pabrik-pabrik manufaktur dan kantor-kantor mulai sepi tidak ada aktivitas. Kota-kota metropolis seperti Shanghai, Qingdao, dan lainnya ibarat kota hantu ditinggalkan penghuninya. Tiba-tiba saja, mesin raksasa ekonomi dan perdagangan penghasil berbagai produk konsumen, mesin-mesin teknologi, dan devisa terbesar dunia berhenti sejenak istirahat di tengah dinginnya cuaca daratan China.
China kembali menjadi fokus utama pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, yang dimulai hari ini. Tahun ini, perdebatan tentang China di forum ini adalah tantangan-tantangan yang akan dihadapi oleh kebangkitan negara adidaya ini. Selama 20 tahun mengikuti perkembangan RRC dari dekat, selalu muncul pertanyaan setiap kali keliling negeri dengan penduduk lebih dari 1,3 miliar orang ini.
”Bagaimana kita bersaing dengan negara yang dikelola seperti perusahaan?” Sampai akhir tahun 2010, cadangan devisa China mencapai 2,8473 triliun dollar AS. Kita menyaksikan negara bersemangat kerja dan keinginan yang dirumuskan ”bisa dilakukan”, ”bisa diselesaikan”, dan ”semua orang bekerja sama” untuk mengerjakan berbagai proyek.
Sikap ini yang menghasilkan berbagai infrastruktur gigantik, jalan tol menghubungkan berbagai provinsi, jalur kereta api yang mulai dikembangkan dengan kereta api supercepat, bendungan raksasa, bahkan mengirim orang ke luar angkasa. Ini adalah China yang akan kita dihadapi pada masa depan.
Sepertinya tidak ada cara, termasuk bagi AS yang menjadi negara adidaya selama beberapa dekade tidak memiliki kemampuan untuk bersaing dengan China. Tidak akan ada negara, termasuk negara dengan potensi kebangkitan yang tinggi seperti Brasil, India, dan Rusia dengan kekuatan mereka sendiri untuk bersaing dengan China.
Satu-satunya harapan adalah menunggu kegagalan China karena kelemahannya sendiri. China menghadapi potensi persoalan yang akan mencemaskan siapa pun. Mulai dari inflasi, kenaikan harga properti, hingga kemungkinan melebarnya jurang kaya-miskin yang mengancam stabilitas sosial.
Di forum internasional, dalam beberapa tahun terakhir kita melihat adanya pendekatan yang lebih realistis dilakukan para pemimpin China. Sekarang bank-bank China adalah peminjam terbesar dibanding Bank Dunia, terutama kepada negara-negara berkembang. Bahkan, di Eropa, China pun berjanji untuk membantu zona euro serta menandatangani investasi dan perdagangan miliaran dollar AS.
Ada pepatah China yang berbunyi, ”Shi zhi bu xing, fan shou qi yang”. Kalau peluang dari Langit ditolak, akan muncul bencana. Orang-orang China percaya bahwa modernisasi dan kemajuan ekonomi mereka adalah kesempatan, peluang menghilangkan kemiskinan yang berkepanjangan, termasuk menempatkan diri sebagai negara yang bermartabat setelah ratusan tahun dipermalukan negara-negara besar. Dan Partai Komunis China pun mengerti peluang Langit ini

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2011/01/26/04300651/peluang.langit.hindari.bencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar