Minggu, 23 Januari 2011

haa iki Gayus - Denny (II)

Gayus Vs Denny, Potret Kebobrokan Hukum (2)
Headline
Foto: Istimewa
Oleh: Derek Manangka
Nasional - Sabtu, 22 Januari 2011 | 22:29 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Masih segar dalam ingatan, sebelum keberhasilan membujuk Gayus menghentikan pelariannya, Satgas Pemberantasan Mafia Hukum berhasil membongkar pemberian fasilitas mewah oleh Lapas Pondok Bambu kepada Arthalyta. Satgas dan Denny menuai kepercayaan (sementara).
Sehingga catatan ini memberi semacam jaminan bahwa Satgas Anti Mafia Hukum, memang kredibel. Dengan nama Denny di dalamnya, publik seolah diyakinkan bahwa Satgas tersebut dibentuk untuk membangun kepercayaan publik, bahwa pemerintah benar-benar serius dalam penegakkan hukum.
‘Perang dan pertunjukan’ Denny-Gayus dari segi pendidikan demokrasi dan kebebasan mengeluarkan pendapat, sangat baik. Sebab fakta yang disampaikan kedua figur terbungkus dengan kalimat-kalimat yang terukur dan menyakinkan.
Namun sisi lain dari ‘perang dan pertunjukan’ tersebut bisa menimbulkan persepsi bahwa orang-orang yang bekerja untuk Presiden SBY bukanlah sosok yang bisa dipercaya. Mereka atau Denny Indrayana pun bisa berbohong. Kesimpulannya bisa seperti ini, apabila materi yang disampaikan Gayus yang dijadikan rujukan.
Dalam rekam jejak belakangan ini, Satgas memang kelihatan tidak lagi sibuk mengejar kasus-kasus lain, kecuali Gayus Tambunan! Sehingga ketika tiba-tiba terjadi ‘pecah kongsi’ pertemanan antara Denny-Gayus, perpecahan ini serta merta menarik perhatian.
‘Perang dan pertunjukan’ Denny-Gayus dapat membuat orang limbung. Siapa sebetulnya yang bisa dipercaya di republik ini ? Orang seperti Denny atau Gayus kah?
Maklum, Denny merupakan salah seorang kepercayaan orang nomor satu di Indonesia yaitu Pak SBY. Sementara Pak SBY satu-satunya putera Indonesia yang mendapatkan kepercayaan mayoritas dari rakyat Indonesia melalui dua kali Pilpres (2004 dan 2009).
Denny dan Gayus bisa mewakili generasi muda Indonesia yang berpotensi dan produktif. Maklum, dengan usia yang masin di bawah 40 tahun, mereka sudah mencetak prestasi. Denny menjadi simbol penegak hukum yang berani, Gayus PNS golongan IIIA tapi bisa memiliki uang puluhan miliar yang disimpan di beberapa rekening.
Tapi dengan kejadian belakangan ini, bisa menarik kesimpulan bahwa Denny sebagai orang pilihan Presiden SBY, kualitas kematangannya patut diragukan. Caranya menangkis tudingan Gayus terkesan kurang dewasa, reaktif sekaligus defensif.
Predikat kepakarannya, gelar yang diberikan kepadanya oleh pers sebagai bentuk apresiasi dari komentar-komentarnya di dunia hukum, saat belum masuk dalam lingkar kekuasaan, tidak sesuai. Predikat kepakarannya pun, perlu dievaluasi.
Akhirnya, apabila catatan-catatan ini dibawa ke kesimpulan subyektif, bisa muncul persepsi bahwa Indonesia yang demikian berpotensi ini, bakal hancur, apabila manajemen pemerintahannya diserahkan kepada orang-orang muda yang belum kapabel. Masa depan bangsa tidak bisa diserahkan kepada generasi seperti ini.
Presiden SBY boleh saja bereksperimen dengan merekrut tokoh muda seperti Denny Indrayana, agar reformasi dan penegakkan hukum bisa cepat terlaksana. Tetapi peristiwa belakangan ini memperlihatkan apa yang dilakukan SBY sangat berresiko tinggi.
Akuntabilitas Satgas berada dalam titik cukup rendah. Presiden berkewajiban mengembalikan kredibilitas dan akuntabilitas lembaga itu. Atau kalau perlu membubarkannya.
Dalam pemahaman umum, perlawanan Gayus terhadap Satgas Anti Mafia Hukum bisa ditafsirkan bahwa Denny Indrayana pun termasuk orang kepercayaan SBY yang memenuhi kriteria telah melakukan kenohongan publik.
Dengan mulai dibukanya Rumah Pengaduan bagi masyarakat yang merasa menjadi korban dari pembohongan pemerintah, kasus Satgas bisa menjadi salah satu pintu masuk. Denny bisa menjadi tumbal sekaligus korbannya.
Sehingga jika Presiden tidak segera mengambil langkah perbaikan atas citra satgas tersebut, dikuatirkan imbasnya akan sangat negatif dan dapat merambah kemana-mana. Apalagi pembentukan Satgas kurang dari satu tahun lalu, memang tidak ditanggapi secara antusias oleh publik.
Baru beberapa minggu Satgas bekerja, satu dari tujuh anggota yang mewakili unsur kepolisian, diberitakan sudah mengundurkan diri. Hingga sekarang tidak jelas apakah unsur kepolisian masih terwakili atau tinggal unsur PPATK, Kejaksaan, UKP4, plus Denny dan Mas Achmad Santosa.
Saat Denny sedang berperang melawan Gayus, Ketua Satgas Kuntoro Mangkusubroto sedang sibuk di luar negeri. Yang pasti, SBY tidak bisa mengganggap persoalan Denny - Gayus akan dengan sendirinya selesai. [mdr/habis]
Sumber : http://nasional.inilah.com/read/detail/1169602/gayus-vs-denny-potret-kebobrokan-hukum-2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar