Sabtu, 15 Januari 2011

haa iki Penataan Pasca Erupsi Merapi

Ubah Tata Ruang Sekitar Merapi
Sabtu, 15 Januari 2011 | 03:43 WIB
 
 
Jakarta, Kompas - Material vulkanik pascaletusan Gunung Merapi November 2010 yang bakal meluncur di kaki gunung berupa lahar dingin akan mencapai jumlah yang sangat besar, hampir sepuluh kali jumlah rata-ratanya. Kondisi ini akan mengubah pola aliran sungai, tutupan, dan peruntukan lahan di kaki Merapi.
Karena itu, perubahan tata ruang sekitar Merapi perlu dilakukan, yang nantinya menjadi acuan perencanaan pembangunan pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Pada tahap awal perlu dilakukan perbaikan peta rawan bencana Merapi serta pemodelan pola aliran material di sejumlah sungai.
”Turunnya material oleh guyuran hujan diperkirakan akan berlangsung selama musim hujan hingga tiga tahun ke depan,” kata Direktur Kesiagaan Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Wisnu Widjaja, Kamis (13/1).
Pemodelan aliran sungai diperlukan untuk mengetahui kawasan yang akan tertutup material dari Merapi sehingga diketahui daerah mana yang memerlukan penataan wilayah.
Pembuatan peta dan penyusunan tata ruang ini akan melibatkan sejumlah instansi, antara lain Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian Pekerjaan Umum, perguruan tinggi, serta pemerintah daerah setempat.
Program ini akan dikoordinasikan BNPB. Dalam tahap rehabilitasi, menurut Wisnu, yang perlu diperbaiki juga adalah kondisi sabo dam yang sebagian besar hampir penuh. Jumlah dam di kawasan Merapi sekitar 244 buah.

Luncuran terpanjang
Letusan Merapi pada November tahun lalu memang lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, luncuran awan panas dari kepundan Merapi pada 5 November 2010, menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono, merupakan yang terpanjang dalam sejarah gunung api ini, yaitu mencapai 15 kilometer dari puncaknya. Padahal, tahun 2006 jarak luncuran hanya 6 km.
Muntahan materialnya juga jauh lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu sekitar 150 juta meter kubik. Wisnu menambahkan, muntahan berskala besar terjadi dalam kurun seabad, yaitu pada awal abad ke-19 dan ke-20.
Tumpukan lava di puncak ini ketika hujan tiba akan memicu banjir lahar dingin, seperti terjadi sejak Desember lalu.
Karena banyaknya material yang tergerus air hujan, banjir lahar dingin pun tergolong besar hingga menghancurkan infrastruktur berupa jembatan, bendungan, jalan, dan rumah penduduk.
Saking banyaknya material yang terhanyutkan menyebabkan meluasnya aliran lahar dingin hingga masuk ke Sungai Putih dan Kuning. Kedua sungai ini sebelumnya aman dari terjangan lahar dingin. Antara tahun 1970 dan 1980 aliran lahar dingin terkonsentrasi di Kali Krasak yang berada di barat Merapi.
(YUN/CHE)

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2011/01/15/03434690/ubah.tata.ruang.sekitar.merapi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar