Kamis, 27 Januari 2011

haa iki Menjadi Mandiri Karena Lahar Dingin

DAMPAK ERUPSI MERAPI
Mandiri Lewat Lahar Dingin
Kamis, 27 Januari 2011 | 04:07 WIB
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Ismadi (50), perangkat Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Mag elang, Jawa Tengah, sibuk menyiarkan informasi tentang kondisi lalu lintas terkait banjir lahar dingin Merapi melalui Lahara FM, Selasa (25/1).
 
Siang itu, Ismadi (50), sibuk siaran, menyuarakan beragam informasi tentang kondisi puncak Gunung Merapi dan situasi lalu lintas di sekitar jalan raya Magelang-Yogyakarta di sekitar Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Informasi berharga ini disampaikan melalui Lahara FM, radio komunitas para relawan Desa Jumoyo, yang baru saja mengudara sepekan terakhir.
Lahara FM yang disiarkan pada frekuensi 92.00 FM didirikan atas inisiatif relawan dan perangkat Desa Jumoyo. Pada tahap awal, siarannya diudarakan dengan peralatan sederhana, yang dibeli dengan uang kas desa sebesar Rp 1,5 juta. Peralatan sederhana tersebut terdiri dari tiga jenis alat, yaitu DVD player, mixer, dan antena pemancar setinggi enam meter.
Untuk sementara, daya tangkap frekuensi baru menjangkau sekitar 3-4 kilometer dari Desa Jumoyo. Untuk lebih memperluas penyebaran informasi, dalam waktu dekat Desa Jumoyo rencananya membeli antena setinggi 18 meter.
Menurut Dwirinawan, relawan, pendirian radio komunitas ini dilakukan untuk memperluas akses informasi tentang bahaya lahar dingin Merapi. Sebelumnya, penyampaian informasi terbatas hanya pada pengguna handy talkie (HT).
Dengan Lahara FM, masyarakat sekitar pengguna jalan juga dapat menerima informasi tersebut. ”Dengan cara ini, diharapkan masyarakat dapat melakukan langkah antisipasi terhadap banjir lahar dingin demi menyelamatkan diri masing-masing,” tambah Dwirinawan.
Informasi tentang bahaya lahar dingin ini, lanjutnya, di masa sekarang menjadi kebutuhan yang sangat penting dan mendesak bagi masyarakat. Tapi sayangnya, kebutuhan itu tidak pernah ”dicukupi” pemerintah. Dampak dari minimnya informasi, warga mengabaikan faktor keselamatan dan nekat memasuki daerah berbahaya kendati di jalan banyak petugas yang memberitahu sedang terjadi banjir lahar. ”Khusus bagi warga sekitar, informasi yang demikian diharapkan dapat mencegah agar mereka tidak panik secara berlebihan,” papar Dwirinawan.
Fakta di lapangan selama ini, kata Dwirinawan lagi, sering kali tidak ada petugas atau aparat yang membantu menenangkan atau mengarahkan masyarakat, saat mereka menghadapi hujan dan banjir di puncak Merapi.

Mandiri
Tak hanya soal informasi, upaya persiapan mengantisipasi bahaya banjir lahar dingin juga dilakukan masyarakat Dusun Kemiren, Desa Jumoyo, secara mandiri. Per Januari 2011 ini, para pemuda dusun mulai memantau kondisi Kali Putih di lima titik, mulai dari puncak hingga tepi jalan raya Magelang-Yogyakarta. Pada masing-masing titik dikerahkan lima pemuda sebagai pemantau.
Hasil pantauan di masing-masing titik saling diinformasikan melalui HT. ”Begitu ada informasi hujan di puncak, warga Dusun Kemiren langsung kami minta untuk segera bersiap berkumpul di posko dan siap mengungsi,” ujar Koordinator Siaga Bencana Lahar Dingin Merapi Dusun Kemiren, Adi Triwahyu.
Dusun Kemiren berpenduduk 116 keluarga atau sekitar 700 jiwa. Untuk persiapan mengungsi itu, dua kendaraan milik warga selalu disiagakan di dekat posko. Kedua kendaraan tersebut terdiri atas satu truk dan satu mobil pikap.
Selain itu, sejak Januari ini pula, setiap warga sudah menyiapkan diri berkemas, menyimpan surat-surat berharga, pakaian, dan kebutuhan lain dalam tas, yang siap dibawa jika sewaktu-waktu mereka perlu mengungsi.
Marsiyem, warga Dusun Kemiren, mengatakan, saat ini dia sudah menyiapkan segala kebutuhan dirinya, suami, dan tiga anaknya dalam satu tas besar. ”Dalam situasi seperti sekarang, tas itu selalu saya siapkan di kamar, dalam kondisi siap angkut,” ujarnya.
Berdasarkan pendataan yang dilakukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, jumlah penduduk yang berada dalam kawasan rawan bencana lahar dingin Merapi— karena tinggal dalam radius 300 meter dari alur 10 sungai yang berhulu di Gunung Merapi—terdata 24.960 keluarga atau 172.342 jiwa. Mereka ini tersebar di 45 desa di enam kecamatan, di Kabupaten Magelang.
Dari data tersebut, jumlah penduduk yang mengungsi terdata 5.006 jiwa. Mereka kini menempati 14 lokasi pengungsian di lima kecamatan, yaitu Kecamatan Muntilan, Salam, Mungkid, Ngluwar, dan Srumbung.
Kepala Sub Bidang Penyelamatan dan Penanggulangan Bencana Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Magelang Heri Prawoto mengatakan, mereka yang belum mengungsi diminta untuk siaga dan mematuhi instruksi pemerintah desa setempat.
”Informasi tentang bahaya lahar dingin selalu kami sampaikan kepada pemerintah desa. Diharapkan, pemerintah desa mau menindaklanjuti hal itu dengan mengarahkan warganya untuk melakukan upaya penyelamatan diri,” kata Heri.
Di tengah situasi ketakutan yang makin memuncak ini, mau tidak mau warga pun melakukan berbagai inisiatif untuk melakukan penyelamatan diri secara mandiri....
(Regina Rukmorini)
Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2011/01/27/04072177/mandiri.lewat.lahar.dingin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar