Minggu, 10 Oktober 2010

haa iki Bencana Ekologi

Penyebab Banjir Mudah Ditelusuri
Sabtu, 9 Oktober 2010 | 04:08 WIB
 
Jakarta, Kompas - Penyebab banjir bandang di Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, sebenarnya mudah ditelusuri melalui data kala curah hujan.
Dengan data kala curah hujan dua tahunan saja sudah dapat disimpulkan apakah banjir bandang itu disebabkan kerusakan ekologi atau akibat curah hujan ekstrem.
Kepala Pusat Database Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wasito Hadi mengatakan, curah hujan memiliki karakter berulang sehingga bisa dijadikan indikator penelusuran penyebab banjir bandang.
”Data kala curah hujan secara spesifik lokal inilah yang jarang dikeluarkan oleh instansi yang memiliki kompetensi,” kata Direktur Pesisir dan Lautan Kementerian Kelautan dan Perikanan Subandono Diposaptono, Jumat (8/10) di Jakarta.
Menurut Subandono, banjir pada umumnya mengakibatkan kerusakan wilayah pesisir hingga 80 persen. Substrat daratan yang terbawa masuk ke laut juga mengancam ekologi pantai, seperti terumbu karang, sehingga penyebab kejadian banjir perlu ditelusuri dengan segera.

Belum ada data
Secara terpisah, sejumlah pejabat di instansi BMKG belum bisa menunjukkan data kala ulang curah hujan yang spesifik di Papua Barat ini.
”Wilayah Papua berada di kawasan perairan Samudra Pasifik barat yang memiliki periode tertentu untuk kejadian fenomena La Nina. Data kala hujan seharusnya bisa diperoleh, tetapi saat ini kami masih kesulitan untuk mengeluarkan data tersebut,” kata Wasito.
Kepala Bidang Informasi Perubahan Iklim BMKG Soetamto mengatakan, curah hujan di kawasan Papua Barat pada 4 Oktober 2010 tercatat di beberapa lokasi. Intensitas curah hujan tersebut antara 130 milimeter per hari dan 236 milimeter per hari. Intensitas curah hujan tersebut ternyata mengakibatkan banjir bandang di Wasior, Papua Barat, yang mengakibatkan lebih dari 80 warga meninggal dan puluhan lainnya belum ditemukan.
”Memang harus memeriksa data secara lengkap untuk mengetahui penyebab banjir bandang itu memang akibat hujan yang ekstrem atau karena kerusakan lingkungan. Tetapi, bisa pula karena kedua-duanya,” kata Soetamto.
Dia mengatakan, pembentukan awan dalam sepekan ke depan juga diprediksikan menimbulkan curah hujan ekstrem. Wilayah-wilayah yang memiliki tingkat kerusakan ekologi akan semakin rentan terkena bencana banjir dan tanah longsor.
Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG Mulyono Prabowo mengatakan, peluang hujan deras dalam sepekan ke depan masih merata di pulau-pulau besar mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi. Namun, kecepatan angin dan ketinggian gelombang laut cenderung berkurang dibandingkan sepekan sebelumnya.
”Indeks La Nina saat ini juga cenderung menurun, dari nilai 24 sampai 25 pada pekan lalu, saat ini menjadi 23,” kata Mulyono.(NAW)

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2010/10/09/04085731/penyebab.banjir..mudah.ditelusuri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar