Rabu, 27 Oktober 2010

haa iki Bencana Mentawai

112 Orang Tewas, Ratusan Hilang
Rabu, 27 Oktober 2010 | 02:53 WIB



Padang, Kompas - Tsunami setinggi 1,5 meter akhirnya muncul sekitar pukul 22.00 dan menyapu wilayah Pulau Pagai Selatan dan Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Tsunami muncul setelah terjadi gempa tektonik berkekuatan 7,2 skala Richter, Senin (25/10) pukul 21.42.
Akibat tsunami, 112 orang tewas dan ratusan penduduk Pulau Pagai Selatan dan Pulau Pagai Utara diperkirakan hilang tersapu tsunami.
Demikian penjelasan resmi hasil Rapat Koordinasi Musyawarah Pimpinan Daerah Provinsi Sumatera Barat, Selasa (26/10) malam, yang dipimpin Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, dan dihadiri antara lain Bupati Mentawai Edison Saleleubaja.
Episentrum gempa, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, berpusat di kedalaman 10 kilometer pada jarak 78 kilometer sebelah barat daya Pulau Pagai Selatan. Gempa besar ini, Senin malam, membuat panik penduduk Kota Padang yang kemudian berlarian mencari tempat yang tinggi.
Manajer Pusat Pengendalian Operasional Penanggulangan Bencana Pemerintah Provinsi Sumbar Ade Edward, Selasa, mengatakan, jumlah pengungsi mencapai 637 keluarga atau sekitar 3.500 orang. Adapun bantuan logistik yang dikirim dari Padang juga sulit masuk lokasi bencana mengingat ketinggian ombak kemarin mencapai 5 meter.
”Kapal yang kami kirim ke sana tadi pagi sempat balik lagi. Kami baru mengirim bantuan lagi sore harinya. Kemungkinan kapal bantuan yang mengangkut logistik sampai ke Pagai pada pagi hari karena waktu tempuh dari Padang mencapai 12 jam,” katanya. Para pengungsi menurut Ade terpaksa tinggal di rumah-rumah warga yang terletak di dataran tinggi.
”Sementara ini komunikasi dari dan ke Pulau Pagai Selatan belum bisa dilakukan. Informasi ini dari Pulau Pagai Utara, dan belum lengkap,” kata Ade Edward. Wakil Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet meminta bantuan baju-baju bekas, makanan, tenda ringan, dan kantong mayat.

Monga dan Munte Kecil
Pinda Simanjuntak dari Yayasan Citra Mandiri Mentawai menambahkan, Dusun Monga dan Dusun Munte Kecil, dua dusun dari enam dusun di Desa Malakopak, Kecamatan Pagai Selatan, luluh lantak disapu tsunami. ”Ada ratusan rumah layak huni yang memang sudah tidak dihuni sejak 2007 hancur. Air masuk hingga 800 meter dari bibir pantai dengan ketinggian 1,5 meter.”
Gelombang air laut juga merusak Kantor Kecamatan Pagai Selatan, kantor lain, dan sejumlah gedung sekolah.
Anggota DPRD Mentawai, Yan Winnen Sipayung, mengatakan, korban hilang kebanyakan karena tersapu arus balik air laut.
Namun, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar Harmensyah pada hari yang sama mengatakan hanya satu rumah roboh diterjang tsunami di Desa Malakopak.
Kabupaten Kepulauan Mentawai, terdiri dari empat kelompok pulau utama, yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan yang dihuni oleh mayoritas masyarakat suku Mentawai. Wilayah seluas 6.011,35 kilometer persegi itu memiliki 10 kecamatan, dan 42 desa, dengan penduduk sekitar 68.097 orang.
Sekelompok wisatawan asal Australia melaporkan perahu mereka yang tertambat di pantai diremukkan oleh tsunami itu. Sebagian orang itu harus berpegang erat-erat ke pohon untuk bertahan hidup.
”Kami merasakan guncangan di bawah kapal, dan dalam beberapa menit terdengar suara keras,” ujar Rick Hallet, pria Australia pengelola bisnis persewaan perahu di Sumatera.
Sebuah perahu lainnya tertambat di dekat kapal yang ditumpangi Hallet. ”Gelombang air mengangkat perahu itu dan menghantam perahu kami. Api muncul di dek belakang dan segera menyambar ke depan. Saya minta semua naik ke dek atas sebelum perahu meledak dan kami terpaksa melompat meninggalkan kapal,” ujarnya kepada Australia’s Nine Network.
Sebagian penumpang tersapu hingga 200 meter ke daratan dan naik pohon untuk menyelamatkan diri, menunggu selama setengah jam sebelum gelombang reda. Beruntung, menurut Hallet, ke-15 orang dalam kelompoknya selamat.
Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan Mudjiharto mengatakan, tinggi gelombang laut mencapai 3 meter, dan air menyapu hingga 600 meter dari garis pantai di Pulau Pagai Selatan, daerah yang paling parah terlanda tsunami. ”Sekitar 80 persen bangunan di Desa Muntei Baru hancur tersapu gelombang, dan banyak warga yang hilang,” ujar Mudjiharto. Petugas medis telah dikirim ke daerah bencana menggunakan helikopter.

Instruksi Wapres
Wakil Presiden Boediono, selaku pelaksana tugas Presiden, kemarin, menginstruksikan empat menteri terkait untuk mempersiapkan langkah tanggap darurat tahap awal untuk menanggulangi korban akibat gempa bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai.
Keempat menteri itu adalah Menko Kesra Agung Laksono, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, dan Menteri Sosial Salim Segaf Al’Jufrie.
Juru Bicara Wapres, yang juga Staf Khusus Bidang Media Massa, Yopie Hidayat di Jakarta menyatakan, langkah-langkah tersebut bisa dijalankan agar meminimalkan jumlah korban dan mengatasi dampak kerusakan yang terjadi.
Sementara itu, terkait dengan sulitnya bantuan dikirim ke lokasi bencana, Kepala Penerangan Komando Daerah Militer I Bukit Barisan Letnan Kolonel (Caj) Asren Nasution mengatakan, TNI tengah berupaya melihat kondisi medan.
”Kemungkinan besar memang bantuan yang dikirim ke sana harus dengan helikopter atau kapal perang. Kebetulan tidak ada helikopter dan kapal perang besar yang disiagakan di Padang atau Medan. TNI akan melihat kemungkinan penggunaan helikopter dan kapal perang besar membantu korban bencana di Mentawai,” kata Asren.(INK/ART/BIL/HAR/WAS/HRD/AP/AFP/Reuters)

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2010/10/27/02533761/112.orang.tewas.ratusan.hilang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar