Jumat, 22 Oktober 2010

haa iki Semangat Membangun, Malas Pemeliharaannya

Terbengkalainya Fasilitas Triliunan Rupiah
Jumat, 22 Oktober 2010 | 05:51 WIB
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Rumput dan tanaman liar tumbuh di sekitar stadion kompleks olahraga Tenggarong yang terbengkalai.
Oleh GATOT WIDAKDO


Triliunan rupiah dana dihabiskan untuk pembangunan kompleks olahraga Tenggarong di Kabupaten Kutai Kartanegara dan kompleks olahraga Palaran di Samarinda, Kalimantan Timur. Proyek mercusuar untuk Pekan Olahraga Nasional tahun 2008 di Kalimantan Timur itu kini terbengkalai.
Kompleks olahraga Tenggarong, Selasa (12/10), seperti kota mati. Gedung olahraga megah di atas lahan seluas 55 hektar itu benar-benar nyaris tak berpenghuni.
Selain Stadion Madya yang megah, di kompleks itu juga terdapat gedung pencak silat, gedung velodrom, gedung panahan, kandang kuda, equestrian (indoor/outdoor), lapangan tenis, lapangan voli, lapangan basket, panjat tebing, dan asrama penginapan yang bisa menampung 544 atlet.
Yang memprihatinkan, selain jarang dipakai untuk menggelar pertandingan, hampir semua gedung itu juga tak terawat. Paving block mengelupas, ruangan te- rasa pengap dan berdebu, sampah berserakan, tanaman liar dan alang-alang tumbuh dengan subur. Fasilitas kamar mandi di asrama atlet dibiarkan roboh.
Kondisi yang hampir sama terlihat di kompleks olahraga Palaran, Samarinda. Beberapa fasilitas yang dibangun di atas lahan seluas 82 hektar ini tampak tak terurus.
Aktivitas di Palaran, pekan lalu, agak terlihat lebih ramai karena tengah digelar turnamen bulu tangkis Grand Prix Gold Indonesia Open di GOR Bulu tangkis. Namun, beberapa sarana olahraga lain yang tak dipakai tampak terbengkalai.
Di stadion bisbol dan sofbol, rerumputan tumbuh dengan subur dan tinggi. Bahkan, garis batas serta lintasan permainan di lapangan sama sekali tak terlihat. Tak hanya rumput alang-alang, tanaman liar juga tumbuh di tengah lapangan.
Pagar besi yang mengelilingi stadion berkapasitas 600 orang ini juga berkarat. Sebagian cat malah sudah mengelupas, dan pagar besi ditumbuhi tanaman merambat.
Kondisi memprihatinkan juga terlihat di arena akuatik, tempat cabang olahraga renang, polo, dan loncat indah biasa digelar. Air kolam keruh. Tumbuhan lumut menjalar dan menempel di dinding kolam.
Di kompleks olahraga Palaran ini terdapat stadion megah dengan kapasitas 50.000-60.000 penonton. Namun, stadion ini juga tidak dimanfaatkan klub Liga Indonesia Persisam Samarinda yang justru memilih Stadion Segiri yang berada di pusat kota.
”Selain jauh dari kota, rumput di Palaran juga sudah kalah bagus dari Segiri yang selalu dirawat. Secara historis, suporter kami juga lebih dekat dengan Stadion Segiri,” kata Manajer Persisam Agus Cung Setiawan.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kalimantan Timur Masri Hadi mengatakan, masalah status kewenangan pengelolaan kompleks olahraga yang belum jelas membuat pemanfaatan kompleks olahraga ini menjadi tidak maksimal. Sampai saat ini, kewenangan pengelolaan masih di bawah dinas pekerjaan umum, dan belum diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah provinsi atau kabupaten.
”Pengelolaan belum diserahkan ke pemerintah sepenuhnya karena ada tuntutan kontraktor sehingga kewenangan stadion masih di bawah dinas pekerjaan umum,” kata Masri.
Diakui, pemanfaatan kompleks olahraga Palaran dan Tenggarong belum cukup maksimal. Untuk menggelar berbagai acara olahraga, perlu bantuan pemerintah pusat dan pengurus cabang olahraga.

Tidak punya konsep
Situasi ini secara langsung menggambarkan bahwa Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur ataupun pemerintah pusat tidak memiliki konsep yang jelas soal pembangunan olahraga.
Sebelum PON tahun 2008 digelar, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga ketika itu, Adhyaksa Dault, sudah mengingatkan agar fasilitas olahraga yang dibangun di Kalimantan Timur ini tidak ditinggalkan setelah PON selesai. Pengalaman PON di Palembang harus menjadi pelajaran.
Dia juga mengusulkan, agar fasilitas tidak mubazir, Kalimantan Timur harus dijadikan pusat pembangunan olahraga di Kawasan Indonesia Timur.
Namun, usulan tersebut sampai sekarang cuma tinggal wacana. Tidak pernah ada kelanjutan, baik dari Kementerian Pemuda dan Olahraga yang sekarang, KONI Pusat, maupun pemerintah daerah.
Kompleks olahraga Tenggarong dan Palaran akhirnya seperti kota yang ditinggalkan penduduknya. Menjadi ironis karena semua fasilitas itu tak termanfaatkan secara optimal di tengah keterpurukan prestasi olahraga kita.

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2010/10/22/05513333/terbengkalainya.fasilitas.triliunan.rupiah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar