Rabu, 20 Oktober 2010

haa iki Cile Yang Lagi Idol

Cile: Tali Sepatu, Pinochet, dan Pinera
Rabu, 20 Oktober 2010 | 04:05 WIB
TRIAS KUNCAHYONO
E-mail: ias@kompas.co.id

INDAH. Dahsyat. Hanya kata-kata itulah yang telontar dari mulut ketika sepasang mata ini menyaksikan betapa indahnya pemandangan di bawah pesawat yang terbang dari Buenos Aires, Argentina, ke Santiago, Cile.
Pemandangan yang begitu indah itu terlihat ketika pesawat berada di atas rangkaian Pegunungan Andes di wilayah Cile, Amerika Selatan. Sejauh mata memandang yang tertangkap hanyalah bentangan pegunungan warna coklat tua dan kemerah-merahan yang dilumuri warna putih berkilau-kilauan bila diterpa sinar matahari. Persis seperti cokelat yang di bagian atasnya dituangi susu putih yang tidak merata.
Inilah negeri yang saya saksikan 10 tahun silam dan yang oleh
Bill Pitzer dalam National Geographic News Service disebut sebagai seutas tali sepatu raksasa yang menggantung di pantai Amerika Selatan. ”Tali sepatu” itu menjurai di antara Pegunungan Andes dan Samudra Pasifik, dan membentuk sebuah negara paling panjang di dunia dalam bentuk satu daratan yang utuh (4.300 km, sementara bentangan Kepulauan Indonesia dari timur ke barat adalah 5.150 km).
Negeri ”Tali Sepatu” itu pekan lalu menggegerkan dunia lewat drama penyelamatan 33 pekerja tambang yang sudah terperangkap selama 69 hari di hampir 700 meter di dalam tanah.
Selama ini Cile sangat dikenal karena kediktatoran Jenderal Augusto Pinochet. Nukilan buku A Nation of Enemies: Chile under Pinochet karya Pamela Constable dan Arturo Valenzuela mengungkapkan, kekuasaan Pinochet ”telah mengubah negara menjadi monster” yang mampu membunuh, menyiksa, dan menghilangkan orang begitu saja tanpa alasan yang jelas.
Kursi kekuasaan Cile direbutnya lewat kudeta berdarah pada tahun 1973. Dengan dukungan Inggris, ia menumbangkan Presiden Salvador Allende yang terpilih lewat sebuah pemilu demokratis pada tahun 1970. Pada tahun 1973, Allende mengangkat Pinochet sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Cile.
Tiga pekan kemudian, September 1973, Pinochet menyingkirkan Allende. Inilah kudeta paling berdarah dalam abad ke-20 di Amerika Selatan. Menurut BBC News, korban tewas mencapai 5.000 orang. Pertumpahan darah tidak berhenti sampai di sini.
Namun, lembaran hitam itu pekan lalu diberi warna lain oleh Presiden Sebastian Pinera lewat keteguhan sikap dan pendiriannya menyelamatkan 33 pekerja tambang. Kekuasaan dan wewenang yang ada di tangannya digunakan sepenuhnya untuk menjadi pemimpin yang sesungguhnya, yang hadir untuk rakyat, yang mampu membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan seluruh rakyatnya.
Pinera telah menulis cerita lain tentang Cile. Akan tetapi, Pinera yang mendasarkan pemerintahannya pada filosofi humanisme, yang menjunjung tinggi manusia dan nilai-nilai kemanusiaan itu, tidak hanya menulis cerita lain tentang Cile, tetapi juga tentang bagaimana seorang presiden itu seharusnya, seorang pemimpin itu seharusnya. Ia melihat, hadir, memberi selamat, dan memeluk setiap pekerja yang keluar dari perut bumi tanpa basa-basi. Ia baru pulang setelah enam penyelamat keluar. Ia mengubah krisis menjadi kesempatan. Semua itu telah meneguhkan bobotnya sebagai pemimpin.
Inilah cerita tentang negeri ”Tali Sepatu” dan presidennya.

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2010/10/20/04052482/cile.tali.sepatu.pinochet.dan.pinera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar