Selasa, 20 Juli 2010

haa iki 'Brooklyn's Finest': Polisi Juga Manusia

Selasa, 20/07/2010 10:54 WIB
Ekky Imanjaya - detikMovie




Gambar

Jakarta - "Police on the scene you know what I mean. They passed me up confronted all the dope fiends". (Ice Ice Baby, Vanilla Ice)

Keseharian polisi, sebagaimana profesi lainnya, tentu banyak menyimpan cerita menarik. Namun, di Indonesia, sedikit sekali yang menceritakan soal ini. Entah karena takut rugi, atau memang aturannya begitu ketat?

Berbeda dengan Hollywood, banyak sekali yang diangkat. Demikian pula dengan 'Brooklyn's Finest' karya sutradara Antoine Fuqua.

Di film ini, penonton disuguhi representasi polisi dalam tiga karakter dan tiga cerita yang berbeda. Gaya multiplot ini begitu pas menyuguhkan ketiga tokoh yang berbeda latar belakang tetapi memiliki banyak persamaan: selain sama-sama polisi New York, mereka adalah manusia yang punya harapan, kecemasan, rasa takut, dan marah. Pendek kata: emosi. Ketiga cerita tidak berhubungan tapi ketiganya beberapa kali bertemu dalam beberapa scene.

Eddie Dugan (Richard Gere) adalah polisi senior yang medioker dan mencari jalan aman dan hati-hati. Dia tidak mau mengambil risiko. Tak heran, rekan-rekannya, termasuk anak-anak baru yang masih magang, menganggapnya pecundang dan pengecut. Hidupnya kesepian, istrinya menceraikannya dan pacarnya seorang pelacur. Masalahnya, tujuh hari lagi adalah momen besar dalam hidupnya: masa pensiun setelah bekerja 22 tahun! Akankah ia tetap dianggap tidak berguna?

Clarence "Tango" Butler (Don Cheadle) adalah polisi yang sedang menyamar tapi sudah bosan dengan hal itu. Karena ia merasa hidupnya hilang, bahkan istrinya pun menceraikannya. Ia sangat dekat dengan Casanova Philips (Wesley Snipes, kemunculan perdananya setelah 5 tahun) yang menolongnya saat ia menyamar di penjara. Apa tindakannya jika ditugaskan untuk memata-matai sahabatnya itu, untuk kepentingan karir segelintir orang saja?

Sedangkan Salvatore "Sal" Procida ( (Ethan Hawke) adalah polisi antinarkoba yang didesak kebutuhan untuk pindah rumah, namun tidak mampu membayar uang mukanya. Apa pasal? Istrinya sakit karena sanitasi rumahnya buruk, dan ia tengah mengandung anak kembar, sementara mereka sudah punya banyak putra putri. Sal yang Katolik taat itu (punggungnya dipenuhi simbol keagamaan, juga patung, tanda salib, kalung salib, dan banyak lagi) pun dilanda perang batin antara kepatuhannya pada norma agama atau desakan ekonomi? Saat pengakuan dosa, ia menangis, setelah memberikan pernyataan bahwa ia tidak butuh pengampunan, namun bantuan Tuhan. Maka terjadilah hal ini: sebelum membunuh pengedar narkoba dan merampok uangnya, dia selalu berdoa.

Ketiga pemeran utama polisi bermain apik. Dan kisah pun mengandung kritik sosial politik, khususnya tentang polisi yang korup. Misalnya, Eddie diminta untuk menghubungkan kematian seorang bocah akibat keteledoran seorang polisi pemula dengan narkoba? Sesuatu yang melawan hati nuraninya yang tengah dilanda rasa bersalah. Atau ada beberapa karakter polisi yang begitu menyebalkan sehingga kita ingin sekali menonjok wajah mereka? Walau pun ia seorang wanita?

Yang juga menarik untuk diperhatikan adalah suara kereta api yang berisik dan mengganggu dialog, seolah ikut menyebarkan ketidaknyamanan. Film ini begitu dekat dengan realitas karena disyut di sana: Manhattan, Queens, dan Brooklyn. Termasuk di Brownsville, Perumahan Van Dyke, Rego Park, dan perumahan Louis Pink.

Peran besar lainnya adalah sang penulis skenario, Michael Martin, yang memang dekat dengan Kota
New York, bahkan belajar film di Brooklyn College. Detail-detail minor keributan, narkoba,dll--di daerah kumuh itu menjadi nafas tersendiri dan membentuk lanskap mental sebuah kota yang kacau balau dan peringkat pertama kriminalitas di AS.

Tiba-tiba saya teringat lagu lama Beastie Boys, 'No Sleep 'till Brooklyn', yang menggambarkan atmosfir kota ini dengan bagus: 'Another plane, another train Another bottle in the brain, Another girl - another fight, Another drive all night?'


(iy/iy)
Sumber : http://movie.detikhot.com/read/2010/07/20/105458/1402717/918/brooklyns-finest-polisi-juga-manusia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar