Ngasem Kosong, Pasthy Ditempati
 Pemerintah akan Terus Mempromosikan
Jumat, 23 Apr 2010 10:35:16
JOGJA -- Sebanyak 287 pedagang dari Pasar Ngasem  mulai menempati Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (Pasthy), Kamis  (22/4) kemarin. Prosesi kepindahan dilakukan dengan boyongan kirab  hijrah yang dikemas menarik dengan sentuhan tradisional dan kesenian.
Para pedagang berarakan hijrah menggunakan andong, tampak raut  bersemangat di wajah mereka. Sebagian pedagang pasar tradisional yang  masih tinggal melepas mereka dengan lambaian dan jabat tangan.  Iring-iringan kirab dilepas oleh Sekda DIY Tri Harjun Ismaji mewakili  Sri Sultan Hamengku Buwono X didampingi Walikota dan jajaran Muspida.
"Seringkali terdengar selentingan, wah nanti kalau pindah dagangan  tidak laku atau wah nanti ditinggalkan pelanggan. Saudara-saudara tidak  perlu resah dan khawatir, marilah kita tatap lokasi baru di Pasthy  secara positif," kata Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam  sambutan yang dibacakan Sekda DIY, Tri Harjun Ismaji.
Sultan mengajak para pedagang agar yakin akan lebih baik di Pasthy.  Sebab, pemerintah sudah memperhitungkan secara cermat prospek pasar itu,  termasuk lokasi yang lebih layak dan lebih luas dibanding sebelumnya.  Relokasi pasar burung tertua di Yogyakarta itu perlu dilakukan untuk  penataan kawasan.
Menurut Sultan, Pasthy bisa digarap dan dikembangkan menjadi salah satu  alternartif tempat wisata baru di Yogyakarta dengan keberadaan berbagai  fasilitas yang sangat mendukung. Dari sisi perekonomian, prospek Pasthy  juga sangat cerah.
"Dari segi lokasi Pasthy mudah dijangkau. Bahkan nantinya akan  diupayakan ada trayek bus Trans Jogja yang diarahkan melewati Pasthy.  Setelah relokasi, sudah menjadi komitmen pemerintah untuk terus  mempromosikan Pasthy sehingga nantinya bisa menjadi ikon baru dan  kebanggaan Yogyakarta," tuturnya.
Walikota Yogyakarta, Herry Zudianto, mengajak seluruh pedagang untuk  bersama-sama mewujudkan semboyan "pasare resik, atine becik, rejekine  apik". Pasthy akan menjadi pasar terpadu bagi para hobiis, karena di  dalamnya terdapat burung, tanaman hias, dan ikan hias dalam satu  kawasan.
Setelah dilepas, sluruh peserta yang berbusana tradisional Jawa gaya  Yogyakarta menempuh jarak sekitar 2 km. Iring-iringan kirab terdiri dari  mobil hias yang dinaiki badut satwa, enam kuda tunggang, gerobag yang  ditarik sapi untuk mengangkut barang dagangan bersama punakawan, dan 50  andong. Dalam kirab juga ada atraksi kesenian berupa musik angklung dan  kesenian tek-tek.
Bertindak sebagai cucuk lampah dengan mengendarai kuda yakni Kepala  Dinas Pengelolaan Pasar (Dinlopas) Kota Yogyakarta Ahmad Fadli dan ketua  paguyuban pedagang burung pasar ngasem. Walikota, jajaran muspida dan  DPRD Kota juga turut berkirab naik andong bersama para pedagang. Rute  yang dilalui dari Pasar Burung Ngasem melewati perempatan Tamansari dan  Pojok Beteng Kulon menuju ke Pasthy di Jalan Bantul Km 1. 
Ahmad Fadli menuturkan, jumlah pedagang yang pindah ke Pasthy sebanyak  207 pemegang Kartu Bukti Pedagang (KBP) dan pedagang non KBP atau  pedagang lapak sebanyak 80 orang. Pasthy terdiri dari 3 zona yakni zona  satwa, tanaman hias, dan ikan hias, yang dilengkapi dengan kuliner.
Pasar itu berdiri diatas tanah seluas 15.605 meter perseggi. Bangunan  pasar seluas 5.500 m persegi terdiri dari 16 unit kios dan 37 los yang  terbagi dalam 764 modul. Dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti  taman, kubah burung, tempat ibadah, toilet, area parkir kendaraan,  tempat bermain anak, tempat kesenian, dan arena lomba burung.
Pasthy juga dikonsep sebagai pasar yang ramah lingkungan. Dua per tiga  dari keseluruhan luas tanah digunakan sebagai taman sehingga menjadi  pasar dalam taman. Pengelolaan sampah dilakukan secara mandiri, tidak  ada sampah yang diangkut keluar dari pasar. Sampah diolah menjadi kompos  untuk dimanfaatkan di zona tanaman hias. (c16)
Sumber : http://www.bernas.co.id/news/CyberMetro/METRO/10248.htm 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar