Polri, Belajarlah dari Jenderal Hoegeng
   Indra Subagja - detikNews
Jakarta -   Sosok mantan Kapolri Jenderal Hoegeng pantas jadi panutan bagi Polri.  Rekam jejaknya yang bersih dan keberaniannya memberantas korupsi  semestinya bisa dijadikan teladan. Apalagi dalam kondisi Polri di tengah  isu mafia hukum.
"Dalam kenangan seorang Hoegeng, kita menjadi  prihatin bahwa HUT ke-64 Polri telah disesaki oleh persoalan-persoalan  dugaan korupsi, kolusi dan nepotisme," kata Koordinator Kontras Usman  Hamid di Jakarta, Kamis (1/7/2010).
Isu korupsi jenderal polisi  dengan dugaan kepemilikan rekening fantastis yang diduga diperoleh dari  kongkalingkong dengan pengusaha sangat mencoreng citra polisi. Tindakan  tegas dan penyelidikan harus dilakukan.
"Ini merusak sendi-sendi  pengabdian Polri. Meruntuhkan kehormatan Polri. Di luar, Polri kian jauh  dari masyarakatnya sendiri. Di dalam, Polri kehilangan panutan seorang  pengabdi seperti Hoegeng," terangnya.
Usman menceritakan, pada  zaman Hoegeng bertugas, dia bukan saja dipercaya oleh Kapolri RM  Soekanto, tapi juga oleh Jaksa Agung R Soeprapto. 
"Kapolri dan  Jaksa Agung saat itu mempercayakan Hoegeng menangani keruwetan wilayah  Sumatera Utara yang penuh korupsi, perjudian, dan soal gangguan  keamanan," terangnya. 
Hoegeng, lanjut Usman, dipercaya 2 orang  petinggi yang berintegritas secara moral, yang sayangnya saat ini tidak  dimiliki. 
"Itulah kenapa KKN begitu mengakar dan hampir mustahil  dihentikan. Hoegeng, Soekanto, dan Soeprapto punya harapan agar tonggak  kehormatan Polri tak sekadar harapan, tapi jadi kenyataan. Yaitu  pengabdian dan pengorbanan bagi kepentingan masyarakat, bangsa, dan  negara," tuturnya.
Usman menegaskan, Polri adalah cermin  masyarakat, kalau KKN di tubuh Polri gagal dibongkar, maka budaya KKN  dalam masyarakat akan tetap menjamur.  "Wajah HUT Polri di masa  berikutnya akan kian suram. Polri masih punya kesempatan dan itu jelas,"  tutupnya.
Hoegeng adalah Kapolri periode 1968-1971. Hoegeng  adalah sosok Kapolri yang dikenal bersih dari korupsi, kolusi dan  nepotisme. Terbukti, memasuki masa pensiun, ia tidak punya simpanan apa  pun. Untunglah para kerabatnya menghadiahinya rumah dan mobil.
Kejujuran  Jenderal Hoegeng membuatnya menjadi sosok teladan serta disegani lawan  dan kawan. Bahkan sampai-sampai ada guyonan di masyarakat, hanya ada dua  polisi yang tidak bisa disuap, yaitu Hoegeng dan polisi tidur.
Saat  memasuki masa pensiun, Hoegeng ditawari menjadi duta besar di Belgia.  Namun tugas itu ditolak karena merasa tidak cocok dan lebih suka tinggal  di negeri sendiri. Lulusan pertama Akademi Kepolisian (1952), ini  meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Rabu  14 Juli 2004.
 (ndr/fay) 
Sumber : http://www.detiknews.com/read/2010/07/01/162038/1391145/10/polri-belajarlah-dari-jenderal-hoegeng
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar