Kamis, 01 Juli 2010

haa iki Polri, Belajarlah dari Jenderal Hoegeng

Polri, Belajarlah dari Jenderal Hoegeng
Indra Subagja - detikNews

Jakarta - Sosok mantan Kapolri Jenderal Hoegeng pantas jadi panutan bagi Polri. Rekam jejaknya yang bersih dan keberaniannya memberantas korupsi semestinya bisa dijadikan teladan. Apalagi dalam kondisi Polri di tengah isu mafia hukum.

"Dalam kenangan seorang Hoegeng, kita menjadi prihatin bahwa HUT ke-64 Polri telah disesaki oleh persoalan-persoalan dugaan korupsi, kolusi dan nepotisme," kata Koordinator Kontras Usman Hamid di Jakarta, Kamis (1/7/2010).

Isu korupsi jenderal polisi dengan dugaan kepemilikan rekening fantastis yang diduga diperoleh dari kongkalingkong dengan pengusaha sangat mencoreng citra polisi. Tindakan tegas dan penyelidikan harus dilakukan.

"Ini merusak sendi-sendi pengabdian Polri. Meruntuhkan kehormatan Polri. Di luar, Polri kian jauh dari masyarakatnya sendiri. Di dalam, Polri kehilangan panutan seorang pengabdi seperti Hoegeng," terangnya.

Usman menceritakan, pada zaman Hoegeng bertugas, dia bukan saja dipercaya oleh Kapolri RM Soekanto, tapi juga oleh Jaksa Agung R Soeprapto.

"Kapolri dan Jaksa Agung saat itu mempercayakan Hoegeng menangani keruwetan wilayah Sumatera Utara yang penuh korupsi, perjudian, dan soal gangguan keamanan," terangnya.

Hoegeng, lanjut Usman, dipercaya 2 orang petinggi yang berintegritas secara moral, yang sayangnya saat ini tidak dimiliki.

"Itulah kenapa KKN begitu mengakar dan hampir mustahil dihentikan. Hoegeng, Soekanto, dan Soeprapto punya harapan agar tonggak kehormatan Polri tak sekadar harapan, tapi jadi kenyataan. Yaitu pengabdian dan pengorbanan bagi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara," tuturnya.

Usman menegaskan, Polri adalah cermin masyarakat, kalau KKN di tubuh Polri gagal dibongkar, maka budaya KKN dalam masyarakat akan tetap menjamur.  "Wajah HUT Polri di masa berikutnya akan kian suram. Polri masih punya kesempatan dan itu jelas," tutupnya.

Hoegeng adalah Kapolri periode 1968-1971. Hoegeng adalah sosok Kapolri yang dikenal bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Terbukti, memasuki masa pensiun, ia tidak punya simpanan apa pun. Untunglah para kerabatnya menghadiahinya rumah dan mobil.

Kejujuran Jenderal Hoegeng membuatnya menjadi sosok teladan serta disegani lawan dan kawan. Bahkan sampai-sampai ada guyonan di masyarakat, hanya ada dua polisi yang tidak bisa disuap, yaitu Hoegeng dan polisi tidur.

Saat memasuki masa pensiun, Hoegeng ditawari menjadi duta besar di Belgia. Namun tugas itu ditolak karena merasa tidak cocok dan lebih suka tinggal di negeri sendiri. Lulusan pertama Akademi Kepolisian (1952), ini meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Rabu 14 Juli 2004.

(ndr/fay) 


Sumber : http://www.detiknews.com/read/2010/07/01/162038/1391145/10/polri-belajarlah-dari-jenderal-hoegeng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar