Rabu, 26 Mei 2010

haa iki AKU MATA HARI 20

AKU MATA HARI
Rabu, 26 Mei 2010 | 02:58 WIB
Remy Sylado

Tapi aku girang mendapatkan sebuah kosakata berkesan: mata hari.
”Maar, Mevrow, u moet niet zeggen ’mata’ en ’hari’,”) kata Nyai Kidhal. ”Maar matahari.”
”Ik begrijp. Jij bedoelt ’de oog van de dag’ toch?”) kata­ku.
Cepat-cepat Nyai Kidhal menyalahkan. Katanya, ”Nee, ’mata­hari’ is ein woord, oorspronklijke zin van ’zon’.)
”Oh?”
Aku senang mendengar itu.
Sekoyong timbul aci-acian dalam pikiranku yang tampaknya istimewa. Kosakata ’matahari’ itu begitu hebat tertancap dalam ingatanku. Matahari berarti panas. Orang-orang di Belanda hanya menikmati panasnya matahari dalam satu musim yang tidak lebih dari empat bulan. Pikiranku sekarang, kalau mata­hari itu panas, dan sifat panasnya itu dipindahkan ke perempuan pada perangainya, niscaya perempuan yang diandaikan berperangai panas, akan tetap tidak berubah dalam duabelas bulan. Hubungannya ke depan nanti adalah, yang kompeten menilai panasnya perempuan tentulah hanya lelaki. Pasti lelaki bakal punya perhitungan-perhitungan tersendiri untuk menilai mutu dan manfaat panasnya perempuan.
Nalarku mengatakan, panasnya perempuan beda dengan panasnya benda-benda yang lain. Kalau lelaki memegang benda-benda panas, taruhlah kuali, pasti lelaki itu akan segera melemparnya. Tapi kalau lelaki itu memegang perempuan yang panas, pasti lelaki itu akan berlama-lama mendekapnya. Ini memang bicara berandai-andai. Ini harus dibuktikan melalui pengalaman.

9

Aku senang di Ambarawa, tapi aku harus bilang, ini bukanlah sebuah kota yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosialku, melainkan sebuah mintakat yang disebut dalam bahasa Belanda dorp ) dengan ciri-ciri rumah yang akan diketahui kelas ekonominya berdasarkan bahan bangunannya: gedeg, papan, tembok.
Yang aku maksudkan dengan kebutuhan-kebutuhan sosial tersebut antara lain pakaian-pakaian bagus.
Kalau aku ingin memiliki pakaian yang bagus, aku harus membeli kainnya di Semarang, di Bodjong,) jalan paling besar di kota itu yang bahkan lebih besar dari jalan-jalan di Amsterdam.
***

Dari kecil ibuku sudah membiasakan aku berbaju bagus.
Aku rasa, Heer Wybrandus Hanstra pun sebagai lelaki pertama yang menyatakan cinta padaku, asal-muasalnya menyenangi aku karena tertarik pada bajuku.
Astaga, aku sudah melanggar janjiku sendiri, untuk tidak akan menyebut-nyebut namanya sepanjang hidupku, tapi sial, aku baru menyebutnya. Seperti kataku, aku benci dia, sebab dialah guruku yang norak itu. Tak peduli bahwa dia sudah hilang, menghilang, atau dihilangkan.
Aku menyebut namanya di sini, secara tidak sengaja, sebab bicara soal baju bagus, justru karena baju itu pulalah aku tidak pernah lupa menjadi bagai si tolol di hadapan si norak.
Dia memang lelaki edan. Tapi dia satu-satunya manusia yang demi alasan pengajaran, mengajak aku ke Rijksmuseum untuk melihat bukti peribahasa Latin ars longa vita brevis ) menikmati keindahan: lukisan, patung, keramik, furnitur, tekstil.
Ketika aku ke museum itu, aku berbaju merah. Itu adalah salahsatu gaun yang aku sukai karena bagus.
Di tengah koridor yang menuju ke arah pusat perhatian mata yang terpampang lukisan besar Rembrandt van Rijn ”Si Penjaga Malam”,) dia menarik lenganku untuk berhenti lebih dulu di tengah-tengah zal 217, dan secara khusus melihat lukisan ”Pengantin Yudah”,) juga karya Rembrandt van Rijn.
30) Tapi, Nyonya, Anda jangan bilang ’mata’ dan ’hari’
31) Saya paham. Kamu maksudkan ’sang mata dari hari’
32) Tidak, ’matahari’ sebuah kata, makna asli dari surya
33) desa yang tertata
34) sekarang Jl. Pemuda
35) seni itu abadi hidup itu singkat
36) ”De Nachtwacht”, sebenarnya ”Het korporaalschap van kapitein Frans Banning Cocq en luitenant Willem van Ruytenburch” (pada 1970-an pernah dirusak oleh orang sinting, dan sekarang dijagai opas)
37) ”Het Joodse bruidje”

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/05/26/02582354/aku.mata.hari

2 komentar:

  1. aku juga kliping aku mata hari..
    kerren iah ;)

    BalasHapus
  2. tapi sekarang gak kliping lagi, udah ketinggalan jauh, karena waktu itu menu Kompas Cetak kan ditiadakan jadi gak memantau lagi, baru belakangan tahu kalo masih bisa akses & cerita Mata Hari nya udah ketinggalan jauh.

    BalasHapus