Senin, 31 Mei 2010

haa iki Catatan Kafilah Freedom Flotilla: Gaza Tidak Membutuhkanmu (1)

Senin, 31 Mei 2010 | 14:23 WIB
Freedom Flotilla dalam pelayaran menuju Gaza (electronicintifada.net)

TEMPO Interaktif, Jakarta - Salah satu dari 12 orang Indonesia yang ada di armada Freedom Flotilla yang diserang Israel adalah Santi Soekanto. Ia mantan wartawati harian the Jakarta Post. Suaminya, Wisnu Pramudya, juga ada di atas kapal. Wisnu, juga wartawan, sempat memimpin majalah Hidayatullah.

Berikut bagian pertama tulisan Santi, yang dibuat di atas M/S Mavi Marmara, di Laut Tengah, 180 mil dari Pantai Gaza, 29 Mei 2010.


Gaza Tidak Membutuhkanmu! (1)



Sudah lebih dari 24 jam berlalu sejak kapal ini berhenti bergerak karena sejumlah alasan, terutama menanti datangnya sebuah lagi kapal dari Irlandia dan datangnya sejumlah anggota parlemen beberapa negara Eropa yang akan ikut dalam kafilah Freedom Flotilla menuju Gaza. Kami masih menanti, masih tidak pasti, sementara berita berbagai ancaman Israel berseliweran.

Ada banyak cara untuk melewatkan waktu. Banyak di antara kami yang membaca Al-Quran, berzikir atau membaca. Ada yang sibuk mengadakan halaqah. Beyza Akturk dari Turki mengadakan kelas kursus bahasa Arab untuk peserta Muslimah Turki. Senan Mohammed dari Kuwait mengundang seorang ahli hadist, Dr Usama Al-Kandari, untuk memberikan kelas Hadits Arbain an-Nawawiyah secara singkat dan berjanji bahwa para peserta akan mendapat sertifikat.

Wartawan sibuk sendiri, para aktivis “terutama veteran perjalanan-perjalanan ke Gaza sebelumnya“ mondar-mandir; ada yang petantang-petenteng memasuki ruang media sambil menyatakan bahwa dia "tangan kanan" seorang politikus Inggris yang pernah menjadi motor salah satu konvoi ke Gaza.

Activism

Ada begitu banyak activism, heroism. Bahkan ada seorang peserta kafilah yang mengenakan kaus yang di bagian dadanya bertuliskan Heroes of Islam alias Para Pahlawan Islam. Di sinilah terasa sungguh betapa pentingnya enjaga integritas niat agar selalu lurus karena Allah Ta'ala.

Yang wartawan sering merasa hebat dan powerful karena mendapat perlakuan khusus berupa akses komunikasi dengan dunia luar sementara para peserta lain tidak. Yang berposisi penting di negeri asal, misalnya anggota parlemen atau pengusaha, mungkin merasa diri penting karena sumbangan material yang besar terhadap Gaza.

Kalau dibiarkan riya' akan menyelusup, na'udzubillahi min dzaalik, dan semua kerja keras ini bukan saja akan kehilangan makna bagaikan buih air laut yang terhempas ke pantai, tapi bahkan menjadi lebih hina karena menjadi sumber amarah Allah Ta'ala.

Mengerem
Dari waktu ke waktu, ketika kesibukan dan kegelisahan memikirkan pekerjaan menyita kesempatan untuk duduk merenung dan tafakur, sungguh perlu bagiku untuk mengerem dan mengingatkan diri sendiri.
Apa yang kau lakukan Santi? Untuk apa kau lakukan ini Santi? Tidakkah seharusnya kau berlindung kepada Allah dari ketidak-ikhlasan dan riya' Kau pernah berada dalam situasi ketika orang menganggapmu berharga, ucapanmu patut didengar, hanya karena posisimu di sebuah penerbitan? And where did that lead you? Had that situation led you to Allah, to Allah's blessing and pleasure, or had all those times brought you Allah's anger and displeasure?

Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, sungguh banyak orang yang jauh lebih layak dihargai oleh seisi dunia di sini. Mulai dari Presiden IHH Fahmi Bulent Yildirim sampai seorang muslimah muda pendiam dan shalihah yang tidak banyak berbicara selain sibuk membantu agar kawan-kawannya mendapat sarapan, makan siang dan malam pada waktunya. Dari para ulama terkemuka di atas kapal ini, sampai beberapa pria ikhlas yang tanpa banyak bicara sibuk membersihkan bekas puntung rokok sejumlah perokok ndableg.

Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, subhanallah, di tempat ini juga ada orang-orang terkenal yang petantang-petenteng karena ketenaran mereka.

Semua berteriak, Untuk Gaza! Namun siapakah di antara mereka yang teriakannya memenangkan ridha Allah? Hanya Allah yang tahu.

SANTI SOEKANTO


Sumber :  http://www.tempointeraktif.com/hg/timteng/2010/05/31/brk,20100531-251510,id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar