Misteri Kepergian Sri Mulyani
JAKARTA - Mundurnya Sri Mulyani menuai pro dan kontra dari masyarakat maupun para akademisi.
Pengamat Politik Center For Stategic Internasional Studies (CSIS) J Kristiadi menilia, mundurnya Sri Mulyani merupakan bentuk tekanan bagi SBY dari pihak luar.
"Yang jelas dengan mundurnya Sri Mulyani yang punya kredibel dan kemampuan kelas dunia harus minggir karena apa? Karena tekanan," ujar J Kristiadi usai menjadi pembicara dalam acara CIRUS di Hotel Atlet Century, Jakarta Selatan, Minggu (9/5/2010).
Menurut Kristiadi, kepergian Sri Mulyani ke luar negeri untuk menjadi Managing Director World Bank adalah misteri tersendiri bagi semua kalangan. Karena orang sekelas Sri Mulyani dengan kemampuannya tersebut masihlah sangat dibutuhkan untuk membangun perekonomian Indonesia.
"Misterinya adalah kenapa sampai presiden mau mengorbankan orang yang berani mati untuk reformasi, untuk melawan pengusaha-pengusaha yang tidak jujur soal perpajakan, harus direlakan untuk pergi. Padahal kita butuh dia," ungkapnya.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan bahwa dimungkinkan terjadi politik transaksional dalam melengserkan Sri Mulyani dari jabatannya.
"Century itu karena orang curiga ke mana uang itu dan ini sebuah pertunjukan yang tidak ada hasil apa-apa kecuali ada tujuan untuk menggeser Sri Mulyani," pungkasnya.
Kristiadi juga menambahkan jika memang ada suatu bentuk politik transaksional, maka koalisi partai pemerintah tidak akan bertahan lama.
"Koalisi ini paling lama sampai 2013 karena tidak ada platform jelas bagi mereka sebelumnya, hanya koalisi transaksional saja," pungkasnya.
Selain itu juga dengan masuknya Ical sebagi ketua harian di koalisi pemerintahan, dimungkinkan bahwa Partai Golkar menginginkan jabatan menteri keuangan selanjutnya bisa membawa kepentingan Partai Golkar.
"Dengan adanya Ical di sekber akan ke arah mana? Ke arah menteri keuangan yang bisa diajak bernegosiasi dan bisa membawa kepentingan Golkar," tutupnya.