Minggu, 30 Mei 2010

haa iki Menginap di Kebun Teh


FOTO-FOTO: KOMPAS/PRIYOMBODO

KETEKUNAN
 
Menginap di Kebun Teh
Minggu, 30 Mei 2010 | 03:14 WIB

Lahir sebagai anak pertama dari orangtua yang berprofesi sebagai pengusaha, sejak kecil Suwarni sudah dididik untuk hidup mandiri dengan merantau ke negeri orang. Bersama adiknya, Suwarni yang ketika itu masih berumur sepuluh tahun bersekolah di Malaysia, sementara orangtua mereka tinggal di Medan.
”Di Malaysia saya hanya tinggal dengan pengasuh,” kata Suwarni.
Dari pengasuhnya inilah Suwarni berkenalan dengan teh. Dulu setiap kali pulang sekolah, Allan, pengasuh Suwarni yang beretnis China, sudah menunggu di rumah untuk mengajak Suwarni minum teh. ”Dia mengajak saya minum teh untuk menghilangkan lelah,” kenang Suwarni.
Pengasuh ini selalu menyeduh teh dalam poci kecil. Poci itu ukurannya hanya berdiamater sekitar lima sentimeter. ”Saya senang lihat pocinya yang imut (mungil). Sejak itu saya menjadi ingin tahu seluk-beluk teh,” ucap Suwarni.
Rasa ingin tahu membuat Suwarni kecil memilih tinggal di kebun teh setiap kali ia dan keluarganya berlibur ke Taiwan. Padahal, ia sangat takut dengan cacing dan ulat. ”Sampai sekarang saya bisa loncat kalau melihat cacing atau ulat ha-ha-ha,” katanya. Selain di Taiwan, ia juga belajar tentang teh ke China.
Untuk menekuni teh, Suwarni tinggal di rumah para petani yang menginap di areal perkebunan. Sejak matahari terbit, ia sudah harus bangun untuk ikut menanam teh, memetik daun teh, mengukur intensitas cahaya matahari yang akan memengaruhi kualitas daun teh, dan lain-lain.
Malam harinya, ia pergi ke tempat pemrosesan daun teh yang lokasinya berbeda dengan areal penanaman. Di situ Suwarni ikut bekerja memproses daun-daun teh. ”Saya harus bangun tengah malam untuk menggoreng daun-daun teh sampai pagi hari,” tuturnya.
Sampai kini Suwarni masih terus bepergian ke kebun-kebun teh di pelosok China dan Taiwan. Selain belajar tentang varietas teh yang baru dikembangkan, ia juga memilih sendiri daun teh berkualitas yang akan dijual di kedainya, Siang Ming Tea.
Setiap kali terjun ke kebun, Suwarni sudah siap dengan sepatu boot dan alat penjepit untuk menyingkirkan cacing atau ulat. Namun, tetap saja, ia tidak berani menyingkirkan dua makhluk yang suka menggeliat itu. Katanya, baru mendekat saja sudah gemetaran. Hiiiii.... (IND/IYA)

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/05/30/03143241/menginap.di.kebun.teh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar