Kamis, 20 Mei 2010

haa iki Para Juara Penuh Gaya

Para Juara Penuh Gaya
Kamis, 20 Mei 2010 | 05:09 WIB

Oleh anton sanjoyo

Rasanya kita tahu persis perasaan Carlo Ancelotti sewaktu diarak di atas bus terbuka hari Minggu (16/5) di London. Pelatih asal Italia itu bahkan menyanyikan ”lagu kebangsaan Chelsea” dengan lantang, seperti anak kecil yang kegirangan saat mendapat tepukan membahana di atas panggung. Ya, Ancelotti barangkali menjadi orang Italia paling bahagia di London saat itu setelah ”The Blues” mematrikan sejarah, meraih gelar ganda Liga Inggris dan Piala FA, dalam jeda waktu sepekan.
Sehari sebelum arak-arakan yang meriah itu, Chelsea memastikan juara Piala FA dengan memukul Portsmouth, 1-0, di Wembley. Enam hari sebelumnya, John Terry dan kawan-kawan merebut takhta Liga Inggris dari tangan Manchester United (MU), lewat kemenangan sensasional 8-0 atas Wigan, di Stamford Bridge.  Inilah untuk pertama kali dalam sejarahnya Chelsea merebut dua gelar paling bergengsi di ranah sepak bola Inggris.
Sukses Ancelotti memang belum lengkap meski terbilang luar biasa pada tahun pertamanya di Stamford Bridge. Mantan pemain dan pelatih AC Milan itu gagal di Liga Champions, tetapi membukukan catatan statistik yang memesona di Liga Primer. Timnya memecahkan rekor gol semusim dengan mencetak 103 gol. Terry dan kawan-kawan juga memenangi seluruh enam laga melawan tiga lawan tradisionalnya di empat besar, MU, Arsenal, dan Liverpool.
Di wilayah elite London bagian barat itu, nama Ancelotti memang masih belum seharum Jose Mourinho, jenius asal Portugal yang pada tahun 2005 membawa kembali pulang trofi Liga Inggris setelah setengah abad menjauh. Mourinho mengulang prestasinya pada tahun 2006 dan menjadikan Chelsea sebuah tim yang efektif dan efisien meski tak sedap dipandang cara mainnya.
Ancelotti, yang datang pada musim panas lalu menggantikan posisi Guus Hiddink, mengubah seluruh filosofi permainan Chelsea menjadi lebih bergaya, penuh teknik tinggi, sekaligus mematikan dan jauh lebih produktif. Didier Drogba, sang ujung tombak, merasakan betul filosofi permainan Ancelotti dengan melesakkan 29 gol, sementara dari lapangan tengah Frank Lampard kembali menjadi gelandang paling subur dengan 22 gol.
Kepercayaan penuh Ancelotti kepada Nicolas Anelka juga membuahkan hasil brilian. Bintang asal Perancis itu seperti menemukan kembali intuisinya yang sempat hilang untuk mencetak gol.
Bersama rekan senegaranya, Florent Malouda, Anelka bahu-membahu membantu Drogba dan Lampard untuk membuat Chelsea menjadi tim paling menakutkan bagi kiper lawan. Bukan saja Wigan yang digasak delapan gol, tetapi Sunderland, Aston Villa, dan Stoke, masing-masing juga digunduli dengan tujuh gol.
Maka, meski gelar Liga Champions belum bisa dibawa ke Stamford Bridge, Ancelotti sudah memulai perjalanan gemilangnya. Timnya sendiri sudah matang sejak dua musim terakhir dengan sebagian besar pemain yang sudah tampil bersama selama rata-rata lima tahun. Tak heran Ancelotti menyatakan tak perlu mendatangkan bintang sekelas Fernando Torres yang bakal hengkang dari Anfield. ”Saya punya Drogba, Lampard, dan Anelka. Torres pemain hebat, tetapi saya sudah punya barisan pencetak gol paling subur di Liga Inggris,” ujar Ancelotti yang berambisi menggusur Mourinho dari memori pendukung ”The Blues”.
Pada hari yang sama, saat Ancelotti merayakan gelar dobelnya, Mourinho juga tengah berpesta bersama Internazionale Milan yang baru saja kembali mengukuhkan diri sebagai yang terbaik di Serie A. Inter, lewat gol semata wayang Diego Milito ke gawang Siena, merebut skudeto lima tahun beruntun dan dua musim terakhir bersama Mourinho. Bersama Mourinho yang hampir pasti hijrah ke Real Madrid musim depan, Inter sudah meraih tiga gelar, dua di Serie A dan Coppa Italia. Mourinho bahkan berpeluang besar membawa Inter menjadi tim Italia pertama yang meraih treble winners saat menghadapi Bayern Muenchen pada Sabtu mendatang di final Liga Champions.
Sulit membantah, ”The Special One” ini memang istimewa. Saat Mourinho tiba di San Siro dua musim lalu menggantikan Roberto Mancini, dia diberi satu tugas, yaitu menjadikan Inter kembali yang terbaik di Eropa. Kurang dari sepekan lagi, dia akan membuktikan apakah memang benar-benar layak disebut istimewa, seperti saat membawa FC Porto merajai Eropa tahun 2004. Pria perlente itu tampaknya sangat yakin, seyakin saat dia menghentikan ambisi Barcelona untuk menjadi tim pertama yang menjuarai Liga Champions dua musim beruntun.
Barcelona sendiri boleh dibilang gagal jika dibandingkan dengan pencapaian spektakuler musim lalu yang merebut semua gelar dari enam ajang yang diikutinya. Namun, sukses mempertahankan gelar La Liga tampaknya tak bisa dipandang sebagai sebuah hiburan semata. Terlebih, pasukan Pep Guardiola yang mengandalkan sumber pemainnya dari akademi yunior La Masia membuat Real Madrid gigit jari, kembali tanpa gelar musim ini.
Di Nou Camp, hari Minggu lalu, Lionel Messi seperti mengejek pasukan Los Galacticos Real Madrid yang membelanjakan 250 juta euro awal musim ini untuk mengejar gelar. Messi mencetak dua gol dari empat gol Barcelona ke gawang Valladolid untuk mendorong posisi Pelatih Madrid Manuel Pellegrini ke bibir jurang.
Sebulan terakhir, Chelsea, Inter Milan, dan Barcelona membuat dunia menunggu waswas. Namun, akhirnya, mereka membuktikan diri sebagai yang terbaik, sekaligus menggusur pesaing terdekatnya. Mereka menjadi juara dengan penuh gaya di laga pamungkas.

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/05/20/05093662/para.juara.penuh.gaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar