Minggu, 13 Juni 2010

haa iki "Ayo Mas Yok, Silakan Nyanyi...!"


KOMPAS/BUDI SUWARNA
Band KS Plus dari Boyolali
"Ayo Mas Yok, Silakan Nyanyi...!"
Minggu, 13 Juni 2010 | 03:29 WIB

OLEH FRANS SARTONO dan BUDI SUWARNA

Puluhan band yang menyebut diri sebagai pelestari Koes Plus dan Koes Bersaudara bermunculan. Mereka menjadi bintang dalam acara bernama koesplusan.
"Ayo Mas Yok, silakan nyanyi,” kata ”Yon”. Orang yang disebut sebagai Mas Yok oleh orang yang berperan sebagai Yon itu pun menyanyikan lagu ”Jemu”. Lagu itu aslinya memang dibawakan Yok Koeswoyo dalam album Koes Plus In Hard Beat 2, keluaran 1976: ”Kujemu dengan hidupku/Yang penuh liku-liku ...
Penonton pun berjingkrak girang melihat Koes Plus tetiron lengkap dengan awak yang berjuluk Tonny, Yon, Yok, dan Murry itu. Itulah suasana ketika band KS Plus tampil pada pentas Dendang Nostalgia, Sabtu (5/6) malam di aula Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AKA, Semarang. Ratusan penonton yang sebagian besar anggota Fans Koes Plus Semarang (FKPS) hanyut dalam suasana suka, cinta, dan sayang kepada idola mereka, yaitu Koes Plus dan Koes Bersaudara.
Acara serupa itu lazim disebut koesplusan yang kini merebak di Semarang Solo, Yogyakarta, Bekasi, Jakarta, dan kota-kota lain. Tampaknya, koesplusan bukan sekadar nostalgia atau romantisisme masa lalu. Nyatanya, kaum muda usia belasan tahun juga terlihat pada perhelatan tersebut.
Para penghayat lagu Koes menyebut band-band pembawa lagu-lagu Koes Plus dan Koes Bersaudara sebagai band pelestari. Kini ada puluhan band yang membawakan lagu mirip Koes. Tersebutlah, antara lain, Hoss Band,
KS Plus, Pro Plus, dan Nusantara. Semua nama itu terkait dengan Koes Plus dan Koes Bersaudara. Hoss band, misalnya, singkatan dari History of Koes Brothers. ”Kami menyanyikan lagu-lagu Koes Bersaudara dan Koes Plus itu, kan, seperti sejarah,” kata Genjor, personel Hoss Band.
KS Plus yang bermarkas di Banyudono, Kabupaten Boyolali, adalah singkatan dari ”Kolam Susu” yang merupakan lagu kondang Koes Plus. Tapi, bisa juga dibaca sebagai Kota Susu. ”Kami dari Boyolali yang identik dengan penghasil susu [sapi],” kata Gatot Haryanto, Manajer KS Plus.
Malam itu, KS Plus seolah tampil sebagai ”penjelmaan” Koes Plus. Mereka memainkan lagu Koes Plus sepersis aslinya, termasuk aksi panggung. Bahkan, Niko (20), sebagai gitaris, memegang gitar mirip yang dilakukan Tonny Koeswoyo. ”Kami mempelajarinya dari video rekaman Anekaria Safari di TVRI dulu,” kata Niko yang berperan sebagai Tonny Koeswoyo.
Di atas panggung, mereka memang menghayati diri sebagai Koes Plus sungguhan. Pemain gitar KS, Glondong, menyebut dirinya ”Mas Yon”, pemain bas Hardoyo menyebut dirinya ”Mas Yok”, dan pemain drum Triyono menjadi Murry sekaligus Nomo Koeswoyo. Seperti diketahui, Koes Bersaudara berawak keluarga Koeswoyo, yaitu Tonny, Nomo, Yon, dan Yok. Ketika berubah menjadi Koes Plus, posisi Nomo digantikan Murry.
Peran mereka sesuai dengan posisi awak Koes beneran. Niko, sebagai Tonny, misalnya, memainkan gitar melodi, keyboard, dan menyanyikan lagu-lagu yang dibawakan Tonny Koeswoyo. ”Pakemnya memang sudah begitu. Semuanya harus plek sama Koes Plus yang asli. Semakin persis dengan Koes Plus, penonton semakin senang,” ujar Gatot. ”Misalnya, lagu ’Pak Tani’ yang dibawakan Mas Murry tidak boleh dinyanyikan oleh Tonny. Itu bisa fatal kalau di panggung,” kata Niko.

Daya hidup

Merebaknya acara koesplusan menjadi lahan penghidupan band pelestari. Kotek (39), yang dulu main band dengan lagu rock macam Led Zeppelin hingga Gun N’Roses itu, sejak tiga tahun lalu banting setir menjadi Koes Plus tetiron dalam band bernama Pro Plus.
”Kami dulu nge-rock. Tapi, waktu koesplusan sedang gayeng [ramai-ramainya] saya ajak temen-temen koesplusan,” kata Kotek, yang Senin (31/5) lalu bersama Pro Plus tampil di Taman Hiburan Remaja, Sriwedari, Solo.
Tak seperti KS yang memainkan lagu Koes secara persis plek, Pro Plus lebih berani untuk tidak setia pada hukum plek tadi. ”Kami cuma ambil touch-nya dan masuk ke karakter lagu Koes Plus. Itu saja audiens sudah terhibur,” ujar gitaris yang banyak menyanyikan lagu yang dibawakan Yon.
Band-band itu bisa hidup dari ramainya pasar lagu-lagu Koes Plus. Pro Plus yang berasal dari Sewon, Bantul, itu dalam seminggu main tetap dua kali di tempat hiburan di Yogyakarta. Hal itu belum termasuk jika mendapat tanggapan di acara hajatan perkawinan, sunatan sampai syukuran. Pada hari sekitar 17 Agustus mereka bisa tampil 20 kali per bulan.
Potensi koesplusan—lengkap dengan band-band pelestarinya—itu sudah diakui kemerakyatannya oleh parpol sampai produsen berbagai produk. Mereka memanfaatkan band-band itu sebagai penarik massa. KS, misalnya, pernah dikontrak sebuah perusahaan otomotif, obat sakit kepala sampai jamu. ”Kami main di tengah keramaian pasar Simo, Boyolali,” kata Niko.
Dari pengalaman Pro Plus, lagu-lagu Koes Bersaudara dan Koes Plus ”Dara Manisku,” ”Bis Sekolah,” ”Jemu”, atau ”Nusantara” banyak diminta oleh audiens. Bagi kalangan penghayat Koes, keberadaan band-band pelestari itu memang tidak dipandang sebagai pengganti keberadaan Koes yang, menurut mereka, tidak bisa tergantikan.
”Kalau cuma mau mendengar Koes Plus, ya, bisa putar kaset di rumah. Saya juga enggak membayangkan mereka itu Koes Plus, kok. Tapi saya senang datang nonton mereka bersama-sama banyak penggemar lain seperti ini,” kata Suryandono (43), yang datang bersama istrinya menikmati koesplusan di THR Sriwedari, Solo.
Di tangan band pelestari itu, lagu-lagu Koes Plus dan Koes Bersaudara itu terbukti mampu melintas zaman dan menemukan daya hidupnya di tengah peta permusikan Tanah Air yang telah berubah dan generasi yang berbeda.
”Ayo ’Mas Yok’, nyanyi terusss... Merdeka!”

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/13/03290131/ayo.mas.yok.silakan.nyanyi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar