Rabu, 16 Juni 2010

haa iki Belanda Lawan Belanda

Belanda Lawan Belanda
Senin, 14 Juni 2010 | 03:41 WIB
Oleh SINDHUNATA

Arjen Robben sudah menyusul rekan-rekannya di Johannesburg, Afrika Selatan. Menurut Dick van Toorn, ahli fisioterapi dari Rotterdam, Belanda, yang menangani pemulihan cederanya, Robben sudah fit untuk turun bermain.
Musim ini, bersama Bayern Muenchen, Robben berada dalam performa terbaiknya. Robben yakin, ia bisa membawa tim ”Oranye” mendekati final. Robben sangat akrab dengan rekan-rekan Jermannya di Bayern Muenchen.
”Namun, jika nanti kami berhadapan, tak ada lagi rasa beriba hati kepada teman. Saya akan menghadapi rekan-rekan Jerman saya sebagai lawan,” ujar Robben mantap.
Robben, begitu juga rekan-rekannya, sangat yakin kali ini Belanda akan berhasil. Para pengamat juga mengatakan bahwa Belanda adalah kesebelasan yang sangat harus diperhitungkan. Akan tetapi, sejarah telah mencatat paradoks ini: Belanda selalu kandas, justru ketika mereka sedang hebat.
Kali ini, dalam babak penyisihan, Belanda punya tiga lawan, yakni Denmark, Jepang, dan Kamerun. Namun, Leo Beenhakker, mantan Pelatih Belanda yang telah melanglang buana, menambahkan, Belanda masih punya lawan keempat, yakni diri Belanda sendiri. Melawan dirinya sendiri, itulah paradoks yang sampai saat ini tak terselesaikan oleh kesebelasan Belanda.
”Di atas kertas, Belanda sangat kuat dan bermain luar biasa, tetapi tiba-tiba datanglah hari buruk, dan Belanda tidak bisa apa-apa lagi. Ingatlah pada Piala Eropa lalu, Belanda tersisih secara mengenaskan, padahal sebelumnya sangatlah diunggulkan,” kata Beenhakker.
Beenhakker kemudian mengutip kata-kata terkenal dari Rid de Saedeleer ini: Jika dalam sebuah Piala Dunia bermain 24 kesebelasan, 23 kesebelasan akan bermain untuk menang. Tinggal satu-satunya kesebelasan yang berniat untuk bermain bola dengan seindah mungkin, dan satu-satunya kesebelasan itu adalah Belanda.
Beenhakker lalu mencontohkan Arséne Wenger, yang sangat dihormatinya. Katanya, Wenger membangun Arsenal yang unggul dalam teknik dan indah dalam bermain. Toh, Arsenal lama tak meraih juara. Persis seperti yang terjadi pada Belanda.
”Kesebelasan Belanda punya kecenderungan untuk mati dalam keindahan. Persoalan Belanda adalah tidak hanya bagaimana membangun kualitas yang unggul, tapi juga bagaimana membangun mental untuk menang,” kata Beenhakker.
Paradoks yang diajukan Beenhakker itu ternyata disadari oleh pemain-pemain Belanda. Mungkin paradoks itu sudah sedikit bisa diatasi karena pengalaman pemain-pemain Belanda selama ini. Perlu diketahui, beberapa kader kesebelasan Belanda kali ini sedang atau pernah merumput di Jerman.
Arjen Robben dan Mark van Bommel bermain di Bayern Muenchen, Joris Mathijsen di Hamburg. Sementara Nigel de Jong dari Manchester City dan Rafael van der Vaart dari Real Madrid, sebelumnya juga bermain di Jerman.
Pengaruh Jerman diam-diam telah meresapi pemain-pemain itu. ”Pemain Jerman dapat memberikan semuanya dalam setiap menit. Dari mereka kami harus belajar, dan karena itu kami harus mengubah cara kami bermain. Saya sendiri sekarang bermain seperti seorang pemain Jerman,” kata Mathijsen.
Pemain Belanda kelihatannya telah mengubah mentalnya. Mereka tidak lagi memberikan semuanya untuk menang. Itu yang juga dirasakan oleh pelatih asal Belanda, Huub Stevens, yang pernah melatih di klub-klub Jerman: Schalke, Hertha BSC, FC Köln, dan Hamburg.
”Pemain Jerman menjalankan dulu tanggung jawabnya, baru kemudian bertanya, mengapa ini dan itu perlu. Sebaliknya, pemain Belanda ingin membuat semuanya sesuai dengan cara dan gayanya, karena itu mereka selalu bertanya, ’mengapa’, sebelum mereka menjalani sebuah pengarahan,” kata Stevens.
Dalam partai perdananya nanti, Belanda akan menghadapi Denmark. Mantan Pelatih Belanda, Dick Advocaat, mengingatkan, Belanda harap jangan menyepelekan Denmark. Denmark memang tidak memiliki pemain unggulan, tetapi mereka adalah pekerja-pekerja keras yang dapat saling memberikan diri satu sama lain.
”Denmark adalah mesin yang sangat solid. Tak mudah mereka ditaklukkan, juga oleh kesebelasan Belanda,” kata Advocaat.
Selain itu perlu diingat bahwa dalam kesebelasan Denmark ada banyak pemain yang sedang atau pernah bermain di Liga Belanda. Mereka, misalnya, Jon Dahl Tomasson (Feyenoord), Dennis Rommedahl (Ajax), Simon Busk Poulsen (AZ Alkmaar), Thomas Enevoldsen (Groningen), Christian D Eriksen (Ajax), serta Jakob Poulsen dan Daniel Jensen, keduanya mantan Heerenveen yang kini bermain masing-masing di Aaarhus dan Werder Bremen. Belum lagi Pelatih Denmark sendiri, Morten Olsen, yang tak asing dengan pemain dan gaya permainan Belanda. Tahun 1996-1997, Olsen melatih Ajax dan mempersembahkan juara liga dan Piala Belanda.
Maka, saat Belanda melawan Denmark nanti bisa juga disebut Belanda lawan Belanda. Di sini Van Bommel dan kawan-kawannya akan diuji apakah benar mereka bisa mengalahkan tidak hanya lawan mereka, tetapi juga diri mereka sendiri.
Pertandingan di Stadion Soccer City, Johannesburg, nanti kiranya boleh disebut sebagai Belanda lawan Belanda dalam arti yang sesungguhnya.

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/14/03410980/belanda.lawan.belanda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar