Selasa, 22 Juni 2010

haa iki Kebhinekaan dalam Bersepeda


KOMPAS/TJAHJA GUNAWAN
Peserta Jelajah Sepeda Surabaya-Jakarta berlatih untuk memperkuat fisik dan menjalin kebersamaan. Jelajah sepeda diikuti 30 peserta dengan menempuh jarak 1.100 kilometer selama 12 hari.
 
45 TAHUN KOMPAS
Kebhinekaan dalam Bersepeda
Selasa, 22 Juni 2010 | 04:07 WIB
Oleh Tjahja Gunawan Diredja

Saat kami bertemu di Stasiun Kereta Api Gambir, Jakarta, Senin (21/6) pagi, raut wajah 30 peserta Jelajah Sepeda Surabaya-Jakarta terlihat sayu. Sebagian tidur agak larut karena menonton sepak bola, tetapi sebagian lagi tak bisa tidur lantaran takut bangun kesiangan.
Namun, di balik raut muka yang masih mengantuk itu, semangat mereka untuk mengikuti Jelajah Sepeda Surabaya-Jakarta selama 12 hari sepanjang 1.100 kilometer sangat tinggi. Semangat yang membara itu sangat boleh jadi karena kegiatan ini cukup menantang dan terbilang langka.
”Saya sangat berterima kasih diberi kesempatan bisa mengikuti jelajah sepeda. Walaupun saya sering bersepeda sendiri jarak jauh di daerah Jawa Barat, tapi bersepeda ramai-ramai dengan jarak tempuh yang lumayan panjang dari Surabaya ke Jakarta baru kali ini,” kata Cucu Eman Haryanto, atau biasa dipanggil Kang Coe, dari Cimahi Cycling Club (Triple C).
Pesepeda lain yang juga ikut bergabung dalam tim jelajah sepeda ini adalah Devin. Ia pernah sendirian bersepeda dari Jakarta ke Aceh. Juga ada Jonminofri, yang pernah bersepeda sendirian dari Jakarta ke Tegal, Jawa Tengah.
”Waktu itu saya, kan, bersepeda santai, tidak terikat waktu. Kalau cuaca tidak bersahabat atau ada makanan yang menarik di tengah jalan, ya, saya berhenti,” ujar Jon.
Latar belakang para pesepeda yang tergabung dalam tim jelajah ini beragam. Ada pembalap veteran Polygon, anggota Kompas Gramedia Cyclist (KGC), wakil dari komunitas sepeda dari Jakarta dan sekitarnya, serta wakil dari Bandung, Yogyakarta, Semarang, Solo, dan Surabaya.
Kegiatan jelajah sepeda yang diikuti oleh mereka yang berasal dari beragam latar belakang dan ”aliran” dalam bersepeda ini merupakan suatu pengalaman tersendiri. Satu sama lain bisa bertukar pengalaman dan pengetahuan mengenai sepeda.
Kegiatan jelajah sepeda ini akan dimulai pada Rabu besok dari depan Gedung Gramedia Expo Surabaya, Jalan Basuki Rahmat, dan akan berakhir di Gedung Kompas-Gramedia di Jalan Palmerah Selatan, Jakarta, 4 Juli mendatang.
Dari Jakarta menuju Surabaya, tim pesepeda menggunakan kereta api. Selama 12 hari, para pesepeda harus mengayuh sepeda dalam irama dan kecepatan yang relatif sama agar tetap berada dalam satu tim yang kompak.
Keutuhan tim, saling tenggang satu sama lain, serta tolong-menolong selama bersepeda sangat diperlukan dalam kegiatan jelajah sepeda. Oleh karena itu, meski dalam rombongan ini terdapat beberapa pesepeda yang biasa mengikuti balapan, seperti Budi Klasik dari komunitas Jalur Pipa Gas (JPG), dan Suharpan atau Arfan Bilux dari komunitas Gading Serpong Mountain Bike, kali ini mereka harus ”menurunkan” adrenalinnya dalam mengayuh sepeda.
Kalau bersepeda sendiri sangat boleh jadi memang hanya ditujukan untuk kepentingan kesehatan pribadi, tetapi ketika kegiatan seperti ini dilakukan bersama-sama, apalagi untuk jarak jauh, memiliki arti dan dimensi yang luas: melampaui sekat-sekat politik, budaya, dan sosial. Semua disatukan oleh kepentingan yang sama, yakni bersepeda bersama-sama dalam suasana gembira dan bisa tetap utuh dalam satu tim yang kompak hingga garis akhir.
Dasar pemikiran itu pula yang digunakan dalam kegiatan Jelajah Sepeda Surabaya-Jakarta. Kegiatan itu dilakukan dalam rangka HUT Ke-45 Harian Kompas. Cakupan lebih luas dari kegiatan ini adalah ingin ”melihat” Indonesia dari sepeda.
Di sejumlah daerah di Tanah Air, masyarakat yang bersepeda memiliki motif dan latar yang beragam. Ada yang bersepeda untuk kehidupan, mengingat sepeda merupakan satu-satunya alat untuk mencari nafkah. Bagi sebagian masyarakat lainnya, sepeda dipakai untuk pergi ke tempat kerja dan sekolah, seperti di Yogyakarta yang dikenal dengan sebutan Sego Segawe (Sepeda Kanggo Sekolah Lan Nyambut Gawe). Di masa lalu, sepeda juga banyak digunakan pekerja perkebunan ketika hendak memetik teh. Namun, sekarang sebagian sudah menggunakan sepeda motor.
Intensitas setiap orang dalam bersepeda berbeda satu sama lain, termasuk mereka yang tergabung dalam tim jelajah sepeda. Untuk itu, khusus karyawan Kompas-Gramedia dan sebagian komunitas sepeda yang ikut dalam kegiatan ini sebelumnya telah menjalani latihan bersama setiap hari Minggu. Tidak hanya itu, mereka juga menjalani tes kesehatan.
Pelibatan komunitas dari sejumlah daerah dalam kegiatan jelajah kali ini sesuai dengan tema yang diusung HUT Ke-45 Kompas, yakni Merajut Nusantara. Kebhinekaan dalam bersepeda dalam kegiatan jelajah ini lebih menonjol. Adapun rute yang akan ditempuh adalah Surabaya-Malang-Trenggalek-Pacitan- Solo-Yogyakarta-Semarang-Pekalongan-Cirebon-Bandung-Bogor-Jakarta.
Di setiap kota yang dilewati, komunitas sepeda setempat juga bisa ikut serta sampai batas kota masing-masing. Sifat dari kegiatan sepeda ini adalah kekompakan dalam tim dan bukan untuk adu kecepatan.
Berbarengan dengan kegiatan jelajah sepeda, juga akan diselenggarakan hiburan rakyat, pembagian buku kepada 55 perpustakaan yang dikelola masyarakat, dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum. Bertepatan dengan HUT Ke-45 Kompas pada 28 Juni 2010, diadakan pergelaran musik jazz yang akan menampilkan konser Trisum (Dewa Bujana, Tohpati, dan Balawan) di Yogyakarta.
Kegiatan Jelajah Sepeda Surabaya-Jakarta merupakan kegiatan bersama dari, oleh, dan untuk masyarakat demi mewujudkan Indonesia yang lebih baik di masa datang.

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/22/04074272/kebhinekaan.dalam.bersepeda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar